1

37 2 0
                                    

 "ABWAANNKK !! JI SOO ​​BERANGKAT DULU !! " pamit seorang gadis bernama lengkap Kim Ji Soo dengan kecetaran suaranya.

Gadis dengan rambut keriting namun lurus itu melangkahkan kaki keluar tanpa menunggu balasan dari sang kakak. Agak gak sopan emang. Dengan berlari-buru ia mengeluarkan sepeda motor berbahan emas kesyangannya dan melenggang cepat bagai roket NASA menuju jalan raya kota Manaajah yang selalu penuh dengan kendaraan.

"Aduh! Pake macet! Bisa enggak sih, Suenep enggak macet semenit aja! Lihat nih, udah jam tujuh! Gerbang sekolah pasti udah di tutup. Oh tidak ! Sekarang hari Rabu !! Jadwalnya Pak Mingyu jaga gerbang! Matilah aku! Pasti nanti disuruh bersihin taman belakang sekolah. Duh !! " omel Ji Soo entah di tujukan kepada siapa yang membuat pengendara di dekatnya tampak aneh.

Ji Soo mah, masa bodoh dengan tatapan mereka. Yang Ji Soo pedulikan hanya satu.

Bagaimana cara melewati gerbang sekolah tanpa ketahuan Pak Mingyu?

CIIIITTTT !!!!

Suara sepeda motor Ji Soo yang di rem mendadak. Ia hampir saja menabrak gerbang keramat itu.

Ji Soo menghembuskan napas. Bukan karena ia telah berhasil melewati gerbang keramat. Tapi karena gerbang keramat dipindahkan, pindah motor Ji Soo untuk masuk ke halaman sekolah.

Ji Soo menatap orang yang menutup gerbang dengan sorot mata kesal sambil turun dari motor.

"Pak Mingyu, tolong biarkan saya masuk, ya. Saya mau belajar di kelas, dan kelas saya ada di sana, dan Pak Mingyu tahu, kan, yang mencari ilmu itu hukumnya wajib, dan sekarang saya tidak bisa mencari ilmu karena tidak bisa masuk ke kelas, dan saya tidak bisa bertanya untuk mencari ilmu, dan ini semua karena bapak. "

"Kamu tahukan, per ..."

"Gerbang sekolah tutup pukul tujuh lebih tiga puluh menit. Saya tahu, kok.Tapi ini sangat mepet sekali, pak. Hanya lewat beberapa detik saja saya sudah tidak bisa masuk ke sekolah dan saya ketinggalan banyak pelajaran, "potong Ji Soo. "Jika aku jadi bodoh itu salahnya bapak pokoknya. Dan bapak harus bertanggung jawab! "

"Tidak bisa! Bapak harus menta ... "

"Memangnya bapak tidak pernah terlambat masuk sekolah? Sekalipun tidak pernah? Lagi pula, ini pertama kali saya terlambat, dan hanya beberapa detik saja. Masa bapak tidak mengizinkan saya masuk? Oke, kalau saya enggak dibolehin masuk, nanti bapak hukum dan waktu lama sampai banyak sekali pelajaran yang saya tinggalkan, dan saya ... "

"Aduh! Iya-iya. Kamu boleh masuk. Sana, cepetan! Mau meledak kelapa saya ngadepin kamu, "potong Pak Mingyu sambil memegangi yang sudah ada bunyi pip-pip-pip kayak bom yang mau meledak.

Ji Soo tersenyum puas. Akhirnya ia diizinkan masuk, bahkan harus ada yang bekorban. Yaitu Pak Mingyu yang sekarang sedang mengguyur disetujui dengan air dari selang untuk mengurangi kepanasannya.

Setelah dibuka gerbang, Ji Soo menaiki motornya dan melajunya ke parkiran sekolah kusus sepeda motor.

Di sepanjang lorong menuju kelasnya Ji Soo di sibukkan oleh berbagai sapaan. Entah itu dari adik kelas, kakak kelas, teman seangkatan, perempuan, laki-laki.

Bahkan saat melewati kamar mandi ia dapat membantah Gisha yang dilambaikan. Ji Soo hanya tersenyum tipis untuk menjawab sapaan Gisha agar tidak terjadi keributan karena Ji Soo baru membalas sapaan dari hantu penunggu kamar mandi lantai satu itu.

Belum memasukki kelas, Ji Soo langsung di hadang dikirim mahluk astral teraneh yang pernah ia temui. Ban Ban dan Bin Bin, begitulah Ji Soo memanggil mereka.

"Eh, dugong!" kaget Ji Soo dengan suara yang pelan. "Minggir! Ji Soo mau masuk! " Perintahnya yang tentu saja mereka abaikan.

"Minggir dulu! Nanti kalo ada yang nanya Ji Soo ngomong sama siapa gimana? Mau Ji Soo jawab ngomong sama hantu? Eh, iya-ya. Kalian kan hantu. " Dengan santainya ia melewati tubuh Ban dan Bin tanpa memedulikan tatapan kesal dari kedua hantu itu.

Dunia Hitam-PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang