4

9 1 0
                                    

"Panggil aku Veen," ucapnya.

Jisoo mengangguk, "Halo Veen."

Lalu Veen melebarkan senyumnya. "Bagaimana kabarmu?" tanyanya.

Jisoo mengangguk sebagai jawaban ia baik-baik saja. Lalu sorot mata Veen berubah menjadi serius tanpa menghilangkan senyuman mautnya.

Veen menghembuskan napasnya kasar, "Aku tahu ini berat untukmu untuk mengerti semuanya dalam waktu singkat. Namun kau harus segera mengerti dan poin utamanya saat ini," ia menjeda perkataanya dan mengambil napas lalu menatap Jisoo dengan sorot meyakinkan, "Kau harus percaya denganku."

Jisoo bingung apa yang harus ia lakukan. Kini ia baru saja bertemu dengan pria tampan yang tiba-tiba membawanya ke rooftop berdua, lalu menyuruhnya untuk mempercayai ia begitu saja.

"O-oh, oke. Jadi apa saja yang perlu aku percayai," jawab Jisoo akhirnya.

Veen mengalihkan pandangannya menuju pemandangan kota yang tidak pernah beristirahat itu, lalu menghembuskan napasnya lagi.

Sebenarnya Jisoo bingung. Mengapa Veen terus-terusan mengatur napasnya? Masa ia grogi berdekatan dengan Jisoo? Tapi itu bukanlah hal yang penting sekarang.

"Aku tahu kemarin lusa Kezha menemuimu."

Pikiran Jisoo pun melayang ke kejadian dua hari lalu, saat banyak sekali pertanyaan yang memenuhi pikirannya, termasuk pertanyaan yang tidak penting seperti 'dimana rumah Kezha? Apa ia punya pacar?'

"Karena keadaan yang tidak mendukung, jadi ia hanya memberitahu namanya dan tidak memberitahumu poin penting dalam pertemuan itu." Lagi-lagi Veen menjeda perkataannya yang semakin membuat Jisoo gemas.

"Oke-oke, percepat saja. Aku sudah greget banget pengen tau apa yang amu omongin."

Veen mengangguk. "Akan ku ceritakan mulai awal."

Dan Jisoo pun tersenyum senang, seperti anak kecil yang akan diceritakan dongeng oleh ayahnya.

"Nama kamu adalah Shyra, pemimpin kebaikkan bersama Kezha. Sedangkan kejahatan dipimpin oleh Thera dan Jeyna. Meskipun kalian adalah bagian dari Sang Penguasa, namun kalian membuat dunia tidak seimbang. Kebaikkan ada di mana-mana, orang-orang hidup dengan rukun dan saling membantu. Hal itu membuat kejahatan bertindak dengan menyerang kebaikkan, memprotes tentang keseimbangan alam yang tidak sengaja dihancurkan oleh kebaikkan. Terjadi perang besar tanpa ujung yang berdampak besar pada kehidupan manusia. Kau sudah berusaha membujuk Kezha untuk menghentikan pertikaian ini dan mengembalikan keseimbangan alam lagi, namun ia sama sekali tidak menggubris. Begitupun dengan Thera yang tidak berhasil berbicara dengan Jeyna. Akhirnya, kau dan Thera membuat kesepakatan sendiri dengan mengorbankan kehidupan kalian saat itu untuk kedamaian dunia," Veen berhenti berbicara. Ia menolehkan wajahnya supaya leluasa menatap mata Jisoo dengan serius.

"Te-terus? Apa yang kau dan Thera perbuat? Eh, maksutku apa yang Shyra—atau aku katamu—perbuat bersama Thera?" tanya Jisoo gelagapan.

Veen tersenyum kecil. "Kalian sepakat untuk tidak berpisah. Dengan bersamanya putih dan hitam dunia akan seimbang. Oleh karena itu kalian meninggalkan dunia kalian berasal dengan ingatan yang baru, menjalani kehidupan yang baru seperti para manusia pada umumnya. Setelah berkali-kali kalian reinkarnasi pun kalian tetap selalu bersama. Hingga saat ini kalian masih terikat," jelasnya.

Jisoo terkaget mendengarnya. Ia tidak percaya dengan reinkarnasi. Namun kini Veen tiba-tiba menjelaskan ia dan Thera yang selalu bersama-sama walau berkali-kali reinkarnasi. Hingga saat ini ia masih terikat dengan Thera.

"Thera? Siapa Thera dikehidupan ini? Ikatan seperti apa yang kau maksut?" Jisoo bertanya dengan alis yang tertaut. Sungguh, ia benar-benar bingung. Semua ini, seluruh penjelasan Veen, tidak dapat dicerna oleh akal manusianya.

Dunia Hitam-PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang