Lelaki bersurai kelabu itu memandang lelaki lainnya yang tengah terbaring dengan mata tertutup di atas katil unit kesehatan kampus. Lelaki yang baru saja ia temui di Kantin itu masih terlelap tanpa ada gerak-gerik yang menunjukkan jika ia akan terbangun.
Mereka bertemu di Kantin fakultas seni ketika ia tengah menyantap gado-gado kesukaannya. Lelaki dengan tahi lalat di dekat matanya itu awalnya hanya duduk di bangku tak jauh dari tempatnya berada karena keadaan Kantin yang cukup ramai. Tak lama kemudian anak itu mengeluh kesakitan dan meminta tolong padanya untuk mengambilkan obat lambung di loker lelaki itu karena ia lupa membawanya.
Namun lelaki manis itu terjatuh tak sadarkan diri sebelum ia pergi untuk menolongnya, dan berakhir dengan dirinya yang membawanya ke Unit Kesehatan.
Atensinya teralihkan ketika ia mendengar suara lenguhan lirih di depannya. “Ah, kamu sudah sadar?" tanyanya menghampiri lelaki yang kini tengah mengeluhkan perutnya yang terasa perih.
"Kamu tadi pingsan di Kantin." jelasnya ketika lelaki bertahi lalat itu memandangnya kebingungan. "Telat makan?" tanyanya seraya memberikan minum padanya.
Hyunjin mengangguk sebelum menegak air mineral yang diberikan lelaki bersurai abu itu. “Mau bubur atau roti?" tawar si surai abu setelah Hyunjin selesai minum seraya menunjuk bungkusan paper bag di nakas samping katil.
Seporsi bubur ayam tersaji di hadapannya ketika Ia memilih makanan lembut itu. "Mmㅡ Makasih ya Kak?" ujar Hyunjin dengan senyuman tipis disela aktivitasnya memakan bubur.
Lelaki itu tertawa hingga lesung pipinya yang manis muncul di wajah rupawannya, membuat Hyunjin sedikit terkesima. "Bukan hal yang besar. Saya Aga. Dareen Agasa Damara. Kamu?" balasnya lembut lalu memperkenalkan dirinya pada Hyunjin.
"Haidarazin Bian Radya. Terserah Kakak mau panggil apa saja, hehe." cengirnya lucu, ikut memperkenalkan diri. Bubur ayamnya sudah tandas, Ia benar-benar kelaparan.
Aga pun ikut tersenyum melihat cengiran Hyunjin yang sangat menggemaskan. "Ya sudah. Saya duluan ya? Masih ada keperluan lain. Sampai jumpa lagi, Radya." pamitnya setelah memastikan Hyunjin sudah menyelesaikan makannya dan meminun obatnya.
Hyunjin mengerutkan keningnya guna berpikir akan sesuatu. “Aga? Kok familiar ya?" gumamnya sambil terus berfikir keras kapankah ia mendengar nama orang yang telah menolongnya.
"Vanter Band! Pantas suaranya gak asing." gumamnya lagi setelah mengingat siapa sosok Aga. Vanter Band merupakan nama grup band kebanggaan kampusnya. la sering sekali mendengarkan mereka siaran langsung di radio kampus saat rabu malam.
Lagu-lagu mereka sangat bagus menurutnya, banyak pesan-pesan yang mereka sampaikan dari lagu-lagu itu, dan biasanya tentang isu sosial. Jujur selama setahun kuliah di Kampusnya, Ia belum pernah bertemu atau setidaknya melihat bagaimana wujud Vanter Band secara langsung. Hyunjin hanya mengagumi mereka melalui radio saja, dari suara mereka tanpa memandang fisik mereka.
Hyunjin tak menyangka, ternyata sosok bassist yang Ia kagumi sangatlah ramah dan berhati hangat. Rupanya pun cukup menarik, dengan rahang tegas, kulit putih, hidung bangir, lesung pipi yang muncul ketika ia tersenyum, serta bibirnya yang terlihat merona.
Pipinya memanas begitu mengingat seberapa tegas bentuk wajah lelaki itu. Tangannya dengan reflek menepuk-nepuk pipinya agar rasa panas itu menghilang. "Aduh. Kamu mikir apa sih Bian." gerutunya pada dirinya sendiri.
“Tadi Kak Aga manggil Aku Radya?" gumamnya mengingat-ingat tentang kebenaran nama yang terucap dari mulut pemuda berlesung pipi itu.
Dan setelahnya pipi seorang Haidarazin Bian Radya kembali memanas.
Dareen Agasa Damara (Aga), diperankan oleh Christopher Bang Chan
KAMU SEDANG MEMBACA
gigil; on hold
Fanfictionchanjin; kamu lucu, boleh saya cubit pipinya? au!lokal // highest rank #2 on chanjin!