O7

775 140 3
                                    

"Maaf lama, dosennya kebiasaan korupsi waktu.”

Chan menganggukan kepalanya dengan senyum menawannya pada gadis yang langsung mendudukan diri di kursi di hadapannya. “Gak apa, Reya. Gue juga baru nunggu lima menit kok." balasnya dengan lembut.

Seunghee mengangguk paham, “Jadi, apa yang mau Dareen omongin?" tanyanya setelah menyesap smoothie beri yang sudah dipesankan oleh Chan. Maniknya menatap Chan lekat, menaruh seluruh perhatiannya pada lelaki yang menjadi pacarnya dua tahun terakhir.

Kekehan lolos dari mulut Chan, tangannya mengusak surai terang Seunghee. “Lo peka banget." tutur Chan dengan jemari yang mencubit gemas pipi gembil gadis itu. Seunghee mendengus sebal lalu mengerang, menepis tangan Chan yang mencubit pipinya sedangkan Chan tertawa lagi karenanya.

Tangan Chan meraih tangan gadis mungil itu, menggenggamnya dan memberikan usapan lembut pada punggung tangan gadis itu. Keduanya terdiam dengan senyuman tipis yang terpatri indah, menikmati setiap momen yang tercipta.

"Loㅡ lagi suka sama seseorang ya?" Seunghee bertanya memecahkan keheningan yang melanda mereka selama beberapa menit. la dapat melihat senyuman canggung dari lelaki yang sudah la kenal belasan tahun lamanya.

Chan menggaruk tenguknya kikuk, "Apa sebegitu terlihat ya?" alih-alih menjawab, la malah bertanya balik. Lelaki berlesung pipi itu bisa melihat jika Seunghee mengangguk acuh sembari meminum smoothienya menggunakan sedotan.

Seunghee terkekeh, "Gue kenal Lo udah lebih dari dua belas tahun, Dar. Kalo Lo sadar, Lo begini juga tingkahnya waktu naksir Liu atau Rain dulu." jelasnya dengan santai. "Siapa? Bian ya?" tebaknya dengan pandangan antusias.

“Lo gak marah gitu? Secaraㅡ Gue gak langsung mengkhianati Lo." tanya Chan setelah mengakui jika la memang tertarik dengan lelaki yang mempunyai senyuman semanis gula yang baru la kenal beberapa minggu belakangan.

Gelak tawa menggema di Kafetaria yang kebetulan sedang minim pengunjung karena masih jam perkuliahan berlangsung, membuat Chan sangat bersyukur karena mereka tidak menjadi pusat perhatian banyak orang.

Seunghee meninju bahu lelaki yang sudah menjadi sahabatnya sejak jaman sekolah dasar itu. "Lo lupa ya? Kita pacaran karena sama-sama nyaman. Lo nyaman sama Gue, Gue nyaman sama Lo. Kita udah terbiasa bareng makanya Kita sepakat pacaran." jelasnya mengingatkan Chan pada kesepakatan mereka dua tahun yang lalu.

Penjelasan dari Seunghee membuatnya terkekeh pelan, jika diingat-ingat memang lucu. Bahkan diawal masa pacaran mereka pun masih sangat canggung dengan status baru mereka yang membuat mereka berlaku bergidik geli. “Lo benar. Terima kasih Reya sudah jadi pacar Gue selama dua tahun ini. Maaf kalau selama ini Gue masih belum jadi pacar yang baik buat Lo." tutur Chan tulus dengan senyuman. Tangannya mengelus pipi berisi itu lalu mencubitnya gemas.

Seunghee tersenyum lebar, menampakan deretan gigi-giginya yang lucu. "Gak apa. Terima kasih kembali Dareen. Meski Lo belum jadi yang terbaik, Gue senang kok selama jadi pacar Lo. Maaf juga kalau Gue sering bikin Lo kesal, hehe." balasnya dengan kekehan menggemaskan.

Kedua telapak tangannya menangkup pipi Chan lalu menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri. Chan pun berlaku hal yang sama, membuat keduanya terkekeh geli bahagia dengan kehadiran masing-masing di hidup mereka. Beberapa pengunjung Kafetaria pun ikut memekik gemas dalam hati melihat tingkah dua sejoli yang sebentar lagi kembali menjadi status bersahabat itu.

"Kak Dama?"

Chan menoleh begitupun dengan Seunghee, mereka dengan serentak melepaskan kontak fisik yang mereka lakukan. “Bian! Sini-sini! Duduk sama Aku!" Seunghee bersuara memanggil Hyunjin dengan antusias menyuruh anak itu duduk di dekatnya.

Hyunjin dengan canggung melangkah mendekati kedua kakak tingkatnya itu, lalu duduk tepat di sebelah Seunghee. "Bian mau mesan apa? Teteh yang traktir." tanya Seunghee berusaha mencairkan suasana canggung yang tercipta.

Maniknya menatap sekilas Chan yang tersenyum teduh padanya, membuatnya gelagapan dan kembali menaruh perhatian pada Seunghee. "Umㅡ Es Air Lemon aja Teh, hehe." jawabnya dengan cengiran menggemaskan.

Seunghee memekik gemas, la bahkan sampai menguyel-uyel pipi berisi Hyunjin. “Oke! Bentar ya, Teteh pesankan dulu." ucapnya sebelum meninggalkan Hyunjin berdua dengan Chan.

Hyunjin merutuki kakak tingkatnya yang dengan teganya meninggalkannya berdua dengan Chan. la masih sangat canggung dengan bassist band kampusnya itu setelah mereka melakukan late night call beberapa hari yang lalu.

Dehaman dari Chan membuat Hyunjin sedikit berjengit kaget ketika la tersadar dari lamunannya. "Bagaimana Radya? Sudah mendingan?" tanyanya begitu lembut dengan pandangannya yang teduh.

Kepala yang lebih muda terangkat, memberanikan diri untuk menatap Chan. Kepalanya mengangguk ragu akan keadaannya. "Uh, mungkin? Aku masih kesulitan tidur, hehe." jawabnya tidak terlalu yakin dengan tawa kikuk diakhir.

Chan meraih jemari Hyunjin untuk digenggamnya, kembali menarik perhatian sang adik tingkat. "Kalau kamu butuh teman, kamu bisa telepon Saya, atau kalau kamu masih canggung sama Saya, kamu bisa telepon Reya. Kita akan nemenin kamu, Radya." ujar Chan mencoba memberikan semangat pada Hyunjin. Tangannya pun meremas lembut genggamannya, lalu setelahnya ibu jarinya mengusap-usap punggung tangan Hyunjin dengan lembut.

Hyunjin mengangguk dengan berusaha tersenyum sebaik mungkin. Ia menarik tangannya dari genggaman hangat Chan begitu Seunghee kembali dengan segelas air lemon dingin untuknya. Ia merasa tidak enak dengan kakak tingkatnya yang sudah begitu baik padanya karena secara tidak direncanakan merebut perhatian Chan dari Seunghee.

 Ia merasa tidak enak dengan kakak tingkatnya yang sudah begitu baik padanya karena secara tidak direncanakan merebut perhatian Chan dari Seunghee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
gigil; on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang