Hyunjin terdiam di atas ranjangnya. la sudah terlihat jauh lebih baik dari beberapa waktu lalu. Namun ia masih sering melamun dengan sorot mata kosong. Pikirannya melayang, mengingat kejadian diwaktu lalu yang terus menghantuinya selama beberapa tahun. Kenangan buruk itu sudah lama terkubur semenjak ia membuka lembaran baru di kehidupan perkuliahannya. Tetapi malam ini, Kenangan buruk itu kembali menyerangnya. Kakak tingkatnya yang memicu hal itu kembali datang.
Perasaannya tak tenang. Setiap ia memejamkan mata, bayangan-bayangan mengerikan itu selalu muncul. Membuatnya takut untuk sekedar beristirahat meski tubuhnya sudah sangat lelah.
Ponselnya berbunyi singkat menandakan adanya pesan baru yang masuk. Notifikasi itu cukup membuat Hyunjin sadar dari lamunannya. Ia beranjak untuk meraih ponselnya yang berada di nakas ranjangnya.
Bibir Hyunjin tersenyum kecil membaca rentetan pesan dari kakak tingkatnya itu. Ia berdecih membaca isi pesan terakhir yang dikirimkan oleh Chan. Tak habis pikir jika Chan berani sekali mengirimkan pesan seperti itu kepadanya disaat dirinya sudah memiliki kekasih yang sempurna.
Namun tak dipungkiri, pesan-pesan itu cukup membuatnya jauh lebih tenang dari sebelumnya. la mengetikan balasan penuh makian main-main pada Chan dengan cara yang sama, spamming. Dering ponselnya yang cukup panjang menjadi jawaban atas segala pesan teror yang ia kirimkan pada Chan. Lelaki berlesung pipi itu menelponnya beberapa menit setelah pesan-pesannya dibaca.
Hyunjin mengangkat panggilan itu, membalas sapaan Chan dengan sebuah dehaman sarat akan kantuk. “Kenapa belum tidur?" Sebuah senyuman terpatri di wajah Hyunjin, “Ada sesuatu yang membuatku takut." balasnya dengan suara yang pelan.
"Hmㅡ? Takut pada apa? Mind to tell me? Saya dengarkan."
Helaan nafas berat lolos dari mulut Hyunjin. Tangannya perlahan bergetar hanya dengan mengingat tentang bayangan-bayangan yang menghantuinya selama ini. "Aku takut. Kenangan itu sangat menghantuiku, Kak. Aku, ㅡhh takut." Hyunjin mulai bercerita dengan suara bergetar serta nafas yang terbata.
"Hey, calm down, Radya. Breathe ok? Ceritakan pelan-pelan dengan tenang."
Hyunjin mengangguk meski Chan tak dapat melihatnya, namun la tetap melakukan instruksi yang Chan berikan. "Bayangan itu menyeramkan. Mereka jahat. Mereka kejam. Aku takut mereka datang kembali padaku.” lirihnya diakhiri dengan isakan pilu.
"Mereka membullyku, melecehkanku. Aku takut. Bayangan itu sungguh menyakitkan. Tak ada yang percaya jika Mereka melecehkanku. Aku disudutkan. Mereka berpikir jika aku yang menghibur Mereka. A-akuㅡ Aku bukan penghibur."
Isakan Hyunjin semakin sering keliar dari mulutnya. Tubuhnya bergetar cukup hebat. Bayangan buruk itu benar-benar merusaknya. Chan dapat merasakan sakit yang dirasakan Hyunjin. Suara Hyunjin benar-benar terdengar begitu memilukan.
“Adya,"
Hyunjin berdeham membalas panggilannya, "Listen to me. Saya percaya kamu bukan penghibur. Saya percaya sama kamu, Radya." ujar Chan mencoba menenangkan Hyunjin yang terguncang.
"Maafkan Saya. Ini semua salah Saya. Karena Saya, Kamu kembali mengingat kenangan buruk itu. Saya benar-benar minta maaf, Dya." Chan meminta maaf penuh penyesalan sudah membangkitkan rasa takut pada diri Hyunjin.
Tangisan Hyunjin perlahan mereda, digantikan dengan suara dengkuran halus setelahnya. Dengkuran tenang itu membuat Chan tersenyum kecil, hatinya terasa lega karena Hyunjin berhasil tertidur.
“Mimpi indah, Radya."
KAMU SEDANG MEMBACA
gigil; on hold
Fanfictionchanjin; kamu lucu, boleh saya cubit pipinya? au!lokal // highest rank #2 on chanjin!