O5

856 153 30
                                    

Sedan hitam itu melaju memasuki area drive thru salah satu tempat makan burger ternama. "Saya lapar. Radya mau pesan juga tidak?" Chan bertanya sebelum menurunkan kaca mobilnya lalu menyebutkan pesanannya pada pegawai drive thru tersebut.

"Sundae strawberry sama chicken snack wraps. Uhㅡ can i get some coffee too?" Chan mendelik marah pada Hyunjin setelah mendengar permintaan terakhirnya. “No. Tambah sundae satu, sama chicken wraps ya Mbak." ujar Chan pada Hyunjin sebelum menyebutkan pesanan adik tingkatnya itu.

Pegawai wanita itu terkekeh kecil melihat pertengkaran kecil antara Chan dan Hyunjin, baginya terlihat menggemaskan. "Baik, Saya ulang ya pesanannya. PaHe mushroom steak satu, hot coffee satu, sundae strawberry satu, dan chicken snack wraps satu. Ada tambahan lain?" Chan mengangguk, "Air mineralnya dua botol.", tambahnya sebagai penutup.

Hyunjin tersenyum cerah mendengar kata kopi disebutkan oleh pegawai tadi, “Kopi untukku?" tanyanya riang. Chan menyentil kening Hyunjin pelan, “Punya Saya. Kamu air putih saja. Sudah malam." ujar Chan dengan delikan marah pada adik tingkatnya itu.

Hyunjin merengut sebal, manurutnya Chan sangatlah menyebalkan saat ini. Menjengkelkan. "Gak usah manyun. You can have a sip of mine." kata Chan setelah menutup jendela mobilnya ketika sudah mendapatkan pesanannya.

Raut wajah Hyunjin berubah kembali menjadi ceria. la dengan antusias mengambil gelas berisi kopi panas milik Chan lalu menyesapnya perlahan. “Terima kasih Kak Aga!" ucap Hyunjin setelah menaruh kembali kopi itu pada cup holder yang ada di mobil Chan.

Chan hanya terkekeh mendengar suara ceria dari lelaki manis itu. Kepalanya mengangguk, matanya masih terfokus pada jalanan ibukota yang perlahan menyepi. “Radya."

"Ya Kak?" Hyunjin mengalihkan perhatiannya dari cup sundae serta chicken wraps di tangannya untuk menoleh pada Chan. "Bisa tolong suapi Saya?" pinta Chan dengan menoleh pada Hyunjin sekilas sebelum kembali menatap jalanan.

Hyunjin mengangguk, ia dengan telaten menyodorkan roti lapis daging dengan saus jamur itu pada Chan sambil sesekali memakan chicken wrapsnya. Hal itu tentu saja diterima dengan senang hati oleh Chan. "Omong-omong, Aku mau diculik ke mana?" tanya Hyunjin disela aktivitasnya menyuapi Chan dengan makanan.

Chan tertawa mendengar perkataan Hyunjin itu. "Mutar-mutar Jakarta saja. Biar kamu bisa menemani Saya makan seperti ini.” jawabnya yang membuat Hyunjin menganggukan kepalanya paham.

Satu pekikan keluar dari mulut Chan karena ia baru saja mendapatkan sebuah cubitan di pinggangnya dari Hyunjin. “Kakak niat selingkuh dari Kak Reya ya?" todong Hyunjin dengan menunjuk wajah Chan dengan muka sebal setelah menaruh makanannya pada pangkuannya.

Chan sesekali menoleh pada Hyunjin yang masih menatapnya marah. Lalu gelak tawa kembali menggema di dalam mobil sedan itu. “Astaga. Saya tidak seburuk itu, Radya. Saya hanya mengajakmu makan sebagai teman." jelasnya setelah menepikan mobilnya. Ia tak mau mengalami kecelakaan karena hal bodoh.

"Tapi kalau Radya mau jadi selingkuhan Saya, gak apa sih.”

Hyunjin masih merajuk sedari Chan secara jahil menawarkannya untuk menjadi selingkuhannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyunjin masih merajuk sedari Chan secara jahil menawarkannya untuk menjadi selingkuhannya. Kesal sekali. "Hei, Saya bercanda. Saya minta maaf okay?" Chan pun sudah berulang kali meminta maaf selama di perjalanan menuju rumah Hyunjin.

Bahkan ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan rumah Hyunjin, lelaki itu masih enggan berbicara. "Radya." Chan kembali memanggil lelaki itu untuk mendapatkan perhatiannya.

Dehaman dari Hyunjin membuat Chan tersenyum, itu artinya Hyunjin sudah tidak terlalu marah dengannya. "Maaf ya? Saya salah udah menyinggung perasaan Kamu." sesal Chan lampu.

Keningnya mengkerut begitu Hyunjin tertawa geli entah karena apa hingga terpingkal. "Kena! Kakak bodoh sekali." Chan terdiam sesaat sebelum menyeringai begitu menyadari dirinya dijahili balik oleh anak itu.

Tawa Hyunjin semakin menggelegar ketika Chan menggelitikinya tanpa ampun hingga nafasnya terengah. “KAK! STOP! HAHA!” Hyunjin berteriak dengan terbata karena kewalahan tertawa. Chan ikut tertawa mendengarnya, ia senang sekali menjahili lelaki manis itu. Wajah merajuknya sungguh menggemaskan.

Keduanya sama-sama berhenti tertawa ketika tubuh Chan tertarik hingga mengukung Hyunjin. Manik keduanya membola terkaget dengan hal yang terjadi. Namun pandangan Chan berubah setelah menelusuri wajah Hyunjin, terutama bibir tebal yang merona itu. Hyunjin pun menegak salivanya menyadari seberapa dekat wajah mereka, terlebih ketika melihat jika sang kakak tingkat menjilat bibirnya dengan perlahan untuk melembabkan bibirnya yang sepertinya kering.

Mereka berdua sama-sama memperhatikan bibir masing-masing sambil sesekali bertatapan. Hyunjin mencengkram erat kemeja bermotif tropikal Chan dengan manik terpejam erat begitu lelaki pucat itu semakin mengikis jarak mereka.

Chan tersadar dengan apa yang ia lakukan ketika suara nafas memberat dan terbata menyapa pendengarannya. la dengan cepat memundurkan tubuhnya, ia bisa melihat jika Hyunjin menangis dengan mata terpejam serta isakan pilu yang sangat lirih.

Chan bisa merasakan jika anak itu gemetaran, karena tangan Hyunjin masih mencengkram bajunya. "Radya? Hei?" Chan berusaha memanggil Hyunjin karena tingkahnya sedikit berubah menjadi aneh. Anak itu terus bergumam kata berhenti dan tolong berulang kali. Pipi Hyunjin ia tepuk beberapa kali dengan lembut hingga anak itu membuka matanya yang memerah karena menangis.

Chan dengan suka rela membawa tubuh Hyunjin ke dalam rengkuhannya setelah mereka berpindah tempat ke jok belakang atas permintaannya. Hyunjin kembali menangis dalam diam di dadanya meski isakan terkadang masih lolos sesekali. Tubuhnya meringkuk di dalam pelukannya, seperti mencari perlindungan.

"Maafkan Saya." bisik Chan tepat di telinga Hyunjin. Ia merasa sangat bersalah telah membuat keadaan Hyunjin sekacau ini. Rematan Hyunjin mengerat ketika ia meminta maaf. Kepala anak itu menggeleng lemah namun masih sedikit terisak lirih.

Punggung Hyunjin ia usap dengan lembut, berusaha memberikan kenyamanan serta perasaan melindungi untuk Hyunjin. “Sudah ya nangisnya? Nanti orang tua kamu khawatir. Masuk gih." ujar Chan sembari mengusap pipi gembil Hyunjin dari air mata. Mencoba membenahi wajah kacau Hyunjin.

Hyunjin mengangguk patuh, ia tersenyum kecil. "Terima kasih, Kak Dama. Bian masuk ya?" pamitnya sebelum keluar dari mobil sedan hitam itu. Chan pun ikut membalas senyumam itu. Ia berpindah menuju bangku pengemudi, menatap Hyunjin yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya.

"Radya."

"Ya?"

“Saya suka panggilan itu. Selamat malam.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
gigil; on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang