13

1.3K 158 36
                                    

Jemarinya dengan hati-hati sekali mengusap surai kecoklatan yang terasa begitu halus di permukaan kulitnya. Sang empu masih terlelap dengan nyamannya di dalam pelukannya. Wajah manisnya terlihat begitu tenang dengan pipi yang bersemu sisa pergumulan mereka beberapa jam yang lalu.

Bibirnya tersenyum kecil merasakan pelukan di pinggangnya mengerat perlahan. Kekasihnya terlihat sangat menggemaskan tertidur dengan balutan selimut abu untuk menutupi tubuh polosnya yang terlukis memar yang sangat kontras dengan kulit cerahnya.

la terkekeh pelan, hatinya menghangat mengingat bahwa la kini dapat dengan sesuka hati memanggil lelaki manis itu sebagai kekasihnya. Ia dengan gemas mencubit hidung bangir anak itu, setelahnya la membubuhkan kecupan hangat di pelipisnya.

"Kakak mau pergi?" lirihan itu membuat pergerakannya terhenti. Ia mengurungkan niatnya beranjak untuk membersihkan diri serta membereskan kekacauan yang mereka perbuat.

Pelukan di pinggangnya mengerat sekali lagi, penuh akan rasa takut yang begitu kental. Chan dapat merasakannya dengan jelas, kekasihnya ini takut untuk ditinggalkan. "Tidak, Saya cuma mau mandi sama membereskan kekacauan yang kita perbuat. Ajin tak merasa lengket dan bau?" tutur Chan dengan lembut menjelaskan alasannya hendak beranjak.

Pipi mochi itu bersemu, membuatnya terkekeh kecil. "Ayo bangun dan bersihkan diri." ujarnya lagi setelah menghentikan tawanya. Rengkuhan Hyunjin mengendur, la menunduk malu sekali teringat akan aktivitas panas yang mereka lakukan tadi.

Chan mendelik bingung, la menanti kekasihnya mengucapkan sesuatu karena lelaki itu berdengung cukup pelan. "Ada sesuatu yang ingin Kamu sampaikan?" kepala Hyunjin mengangguk pelan setelah la bertanya demikian.

Hyunjin mendongakan kepalanya untuk menatap Chan yang sudah berdiri di samping ranjangnya. Ia menarik lengan kakak tingkatnya itu, memberikan kode agar yang lebih tua merundukan tubuhnya sedikit yang tentu saja di turuti oleh Chan.

"Ajinㅡ mau dimandikan Kak Dama, boleh?"

Punggung sempit yang terhias sisa memar kekerasan beberapa waktu lalu serta memar baru ciptaannya terpampang di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Punggung sempit yang terhias sisa memar kekerasan beberapa waktu lalu serta memar baru ciptaannya terpampang di hadapannya. la dengan telaten mengusap-usap punggung itu dengan tangan yang terlumur sabun cair beraroma buah segar.

Hyunjin mendengkur layaknya kucing, menikmati sentuhan Chan yang tengah membersihkan tubuh kotornya. Kepalanya di tidurkan pada tepi bath up dengan lipatan tangannya sebagai tumpuan.

Chan tersenyum melihat hasil pekerjaannya berhasil membuat punggung itu bersih mengkilap. "Berbaliklah, Saya ingin membersihkan wajahmu." titahnya lembut pada Hyunjin yang sepertinya hampir saja terlelap kembali.

Wajah itu la basuh dengan air hangat dengan perlahan, poni panjangnya disibak ke belakang agar mempermudah pekerjaannya. Sabun cuci muka la keluarkan pada telapak tangannya secukupnya sebelum mengusapkan tangannya yang berbusa karena sabun pada permukaan kulit wajah Hyunjin dengan sangat hati-hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

gigil; on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang