1O

777 138 4
                                    

"Kak."

Dehaman lembut menjadi balasan panggilannya setelah mereka terduduk di depan minimarket selama beberapa menit berlalu. Hyunjin menyedot jus buah kotakannya, memandang singkat kakak tingkatnya yang tengah meminum latte sambil bermain ponsel di sebelahnya.

Kotak minuman itu la letakan di atas meja yang tersedia. “Ayah merestui Kakak jadi pacarku." ujarnya begitu lempeng. Tangannya meraih tusuk lidi dan mengambil baso goreng bersaus pedas dari dalam plastik.

Hyunjin berjengit kaget mendengar suara terbatuk dari sebelahnya. “Ha?" Hyunjin ingin tertawa saja melihat tampang dungu Chan yang terngah terbengong dengan mulut terbuka.

Sapu tangan la usapkan pada bibir serta dagu basah yang lebih tua dengan kikikan geli. “Lemah. Baru gitu saja sudah kaget." oloknya pada Chan yang bersemu saat tersadar akan tingkah konyolnya.

Chan merengut, "AAA! IH! LEPAS!" la tertawa mendengar rengekan dari adik tingkatnya ketika la memiting leher anak itu dan menenggelamkannya tepat di ketiaknya. “Nah, rasakan.” ujarnya penuh kepuasan setelah melepaskan pitingannya.

Hyunjin mengerang sebal, la dengan cepat mengigit bisep Chan kesal hingga membuat lelaki berlesung pipi itu memekik kesakitan. “Menyebalkan.” rengutnya.

Chan terkekeh, jemarinya bergerak menuju pucuk kepala Hyunjin, menyisir surai lembut Hyunjin dengan hati-hati. "Radya mau pacaran sama Saya?" tanyanya santai sembari mengunyah bakso goreng yang dibeli Hyunjin.

Bahu Hyunjin bergedik acuh, “Kak Dama mau punya pacar kayak Ajin?" ujarnya balas bertanya dengan menatap Chan yang memperhatikannya balik.

Raut wajah Chan perlahan menggelap, "Jangan begitu. Kamu pantas dimiliki oleh siapapun Radya." tutur Chan penuh pengertian. Jemarinya meraih tangan Hyunjin dan menggenggamnya lembut.

Senyuman tipis tercetak di wajah Hyunjin, hatinya menghangat dengan setiap kata yang terlontar dari mulut Chan. Tangannya secara perlahan membalas genggaman Chan. Ibu jari keduanya pun saling mengusap punggung tangan satu sama lain hingga kekehan geli tercipta.

“Dareen? Lo sama siaㅡ Haidar?"

Minho menatap sahabatnya itu dengan bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho menatap sahabatnya itu dengan bingung. Sudah seminggu ketua UKM band itu terlihat tak bersemangat. "Lo ada masalah Sa?" tanyanya, pada Chan yang meminum soda di sebelahnya, karena la tahu jika Chan hanya minum minuman berkarbonasi saat la stress.

Chan melirik temannya itu sekilas, helaan nafas berat lolos dari mulutnya sebelum la menaruh botol sodanya. "Radya aneh Ki. Sudah seminggu menghilang, gak ada kabar sama sekali." curhatnya pada lelaki bernama Kiano Anggara itu.

Lelaki bersurai hitam dapat melihat wajah frustasi sahabatnya. Bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa gak ke rumahnya aja?" usulnya sembari menepuk-nepuk bahu lebar Chan guna memberikan kekuatan.

Kepala Chan menggeleng lemah, “Sudah, tapi Radyaku gak mau keluar.” balas Chan dengan lesu yang membuat Minho memukul bahu Chan. “Apa banget. Kayak sudah resmi saja." sungutnya sebal hingga mendapatkan satu tawa kecil dari Chan sebagai balasan.

"Ada hal yang mengganggu Dia mungkin?" Chan terdiam, la memikirkan pertanyaan Minho. Menerka-nerka hal apa yang membuat Hyunjin mengurung dirinya saat ini. Lamunannya terusik oleh dering ponselnya.

Wajahnya tersenyum riang, membuat Minho bergedik ngeri memperhatikan sahabat lamanya itu mengangkat panggilan teleponnya dengan antusias. Hanya sebentar, raut bahagia itu memudar dan tergantikan dengan raut panik, ketika Chan mengakhiri panggilannya. “Ada apa?”

"Radya! Bahaya! Sesak!"

"Radya! Bahaya! Sesak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
gigil; on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang