O9

741 144 5
                                    

"Ayo ikut sarapan bareng."

"Ah, iya Tante." Chan tersenyum tipis, kepalanya mengangguk pelan mematuhi perkataan wanita cantik yang dapat ia tebak sebagai Ibu dari lelaki yang masih terlelap meringkuk di dalam dekapannya.

Selepas wanita paruh baya itu menghilang dari balik pintu kamar, jemarinya memainkan helaian surai halus Hyunjin dengan hati-hati. la menunggu Hyunjin terbangun, tak tega membangunkannya.

"Selamat pagi." sapanya pada Hyunjin yang perlahan membuka matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman yang tentu saja dibalas senyuman tipis oleh Hyunjin yang terlihat tersipu. "Bangun Radya, Mama kamu ngajak sarapan bareng." ujarnya lagi dengan lembut ketika Hyunjin alih-alih terbangun malah menenggelamkan wajahnya pada ceruk lehernya dan sepertinya bersiap untuk kembali terlelap.

Dengungan tak jelas keluar dari mulut Hyunjin, menolak ajakan yang Chan katakan. "Ajin masih ngantuk. Mau lanjut bobok." gumamnya sedikit merengek di leher Chan, semakin merapatkan tubuhnya.

Chan tersenyum tipis, jemarinya dengan telaten mengusap-usap rambut legam Hyunjin, memberikan kenyamanan pada anak itu. Tak lama suara dengkuran terdengar begitu halus, Hyunjin benar kembali mengarungi alam mimpi. la tersenyum tulus, membisikan kalimat selamat istirahat untuk Hyunjin lalu ikut terlelap dengan kedua lengan yang merengkuh tubuh mungil Hyunjin dengan posesif.

Pintu kamar kembali terbuka setelah setengah jam Bunda Laina menunggu anaknya tak kunjung turun untuk sarapan. Bibirnya tersenyum tipis, ditangannya ada sebuah nampan dengan dua piring berisi roti isi keju dan daging asap.

la mengusap surai anak satu-satunya dengan lembut setelah menaruh nampan itu diatas meja belajar sang anak. "Bunda sayang Ajin." bisiknya, setelahnya la mendaratkan satu kecupan sayang pada pelipis Hyunjin dan berlalu pergi.

" bisiknya, setelahnya la mendaratkan satu kecupan sayang pada pelipis Hyunjin dan berlalu pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ajin."

Hyunjin yang tengah mengunyah kukis coklat berdeham menjawab panggilan itu sebelum menoleh pada sang Ayah, matanya menatap sang Ayah penuh selidik. "Apa?"

Ayah Rafa pun menatap anak tunggalnya dengan tatapan menyelidik. "Cowo yang semalam Kamu bawa ke Kamar siapa?" tanyanya sambil sebelum mengunyah kacang atom sembari menunggu jawaban dari anaknya.

Tubuh Hyunjin menegang, maniknya membola kaget dengan fakta bahwa Ayahnya tahu jika la menyelinapkan seseorang malam tadi. “Uhㅡ Hehe." Ayah Rafa mendelik ketika Hyunjin hanya menyengir tak berdosa.

"Haha Hihi. Jawab bocah." Sungutan dari sang Ayah membuat Hyunjin cemberut sebal. “Oh, pacarmu ya?" tanyanya penuh dengan ledekan yang membuat Hyunjin semakin merengut kesal.

"Ih! Bukan! Kak Dama bukan pacar Ajin. Ayah jangan sok tahu deh." rengek Hyunjin dengan sebal kepada sang Ayah yang meledeknya yang sudah berani membawa seseorang diam-diam tengah malah ke dalam kamarnya.

Ayah Rafa tergelak puas mengerjai anaknya sendiri. Ia memang suka sekali mengerjai anaknya hingga mengambek, karena menurutnya Hyunjin sangat menggemaskan seperti anak kecil meski kini sudah menginjak sembilan belas tahun.

Sebuah usapan penuh kasih sayang Hyunjin dapatkan, "Kalau pacar juga gak apa. Ayah gak melarang, yang penting Ajin bahagia." ucapnya lembut dengan senyuman di wajahnya.

Hyunjin menatap sang Ayah dengan senyuman tipis. Ia membawa tubuhnya kedalam dekapan hangat sang Ayah. "Terima kasih. Ajin sayang Ayah, hehe." ujar Hyunjin pelan dengan kekehan kecil diakhir.

Pucuk kepalanya mendapat satu kecupan ringan dari Ayah Rafa. "Ayah juga sayang Ajin." balasnya tulus.

"Ayo cepat sebutkan. Ayah pasti ada sesuatu."

"Hehe, tahu aja kamu. Tolong belikan bubur kacang ijo dong, di deket alfa situ."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


gigil; on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang