Keesokan harinya. Hasan lebih giat dari biasanya. Kali ini, ia memulai hukumannya bersama Juna tentunya. Anak itu terlihat menunduk sejak ia dan Hasan mulai membersihkan pekarangan hewan ternak.
Merasa canggung dengan ini, Hasan kemudian menanyainya tentang suatu hal, tapi tidak ada jawaban dari Juna. Kenapa anak ini? Begitu pikir Hasan.
"Assalamu'alaikum Juna. Kamu mu'alaf ya? Aku baru tau soalnya. Masya Allah.. Aku salut sama kamu dan keluarga." Hasan berbicara seolah dia bertanya pada seseorang namun ia sendiri yang menjawabnya.
"Hmm.. Kandang sapi nya agak kotor ya? Mungkin, karena nggak banyak santri yang melanggar peraturan dan bapak yang biasa bersihin tempat ini lagi sakit. Semoga dia lekas sembuh ya.. Aamiin." Lagi-lagi Hasan bertanya namun tak ada jawaban.
Saat Hasan menyerah untuk menanyai hal lain pada Juna. Hal yang tidak terduga terjadi, Juna bertanya padanya namun dengan kalimat yang berbeda dengan bahasa yang digunakan para santri.
"Lo ogeb bat sih. Mainin hp nya malah di kamar, ya ketauan lah. Gimana sih?!"
"Hah? Ogeb?"
"Hahhaa.. Lo gak tau ogeb? Gak gaul bat lo jadi anak millenial. Asal lo tau ya, gue ini masuk Islam karena Ter-Pak-Sa, bukan dari hati. Inget itu!"
"Kenapa terpaksa? Bukannya ayah kamu sendiri yang daftarin kamu sekolah di sini? Berarti kamu setuju dong."
"G. Bokap gue itu masuk Islam karena dia nikah sama nyokap tiri gue, dia Islam, jadi, gue terpaksa ngikut. Bokap maksa, bilang kalo dengan gue masuk Islam Nyokap yang udah meninggal gak akan jadi masuk nerakanya. Kan ngakak, apa hubungannya coba? Islam itu teroris, sok-sok an aja baik, padahal?" Juna tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya itu.
Hasan terdiam dan menahan dirinya dari amarah karena perkataan Juna tadi.
"Istigfar Jun! Islam itu agama perdamaian, mereka, para teroris mengaku Islam hanya untuk mengelabui kalian agar menilai Islam itu buruk. Saya yakin, sebenarnya kamu mempercayai Islam. Nyatanya kamu masuk Islam kan? Karena ingin menyelamatkan orangtuamu dari api neraka. Hanya saja, masih ada beberapa penghalang di hati kamu."
"Bac*t aja teros, percuma. Gue, cuman males aja bokap ngomong tiap kali. Jadi, gue mutusin masuk Islam. Puas? Gara-gara lo juga, gue jadi kena hukuman!"
"Bukannya karena kamu ya? Kamu kan yang mengajak untuk melanggar peraturan. Aku ngaku salah karena pernah ikut melanggar aturan, dan aku juga gak mau kalau kamu, melakukan hal gak baik lagi. Walau itu terlihat sepele, tapi lama-kelamaan kalau perilaku itu udah tertanam sedari muda, sampai tua pun bisa terus melakukannya."
"Gini deh, kalau mau ceramah di MUI aja sono! Gak usah di depan gue!" ucap Juna lalu pergi meninggalkan Hasan sendiri.
"Astagfirullahal'adzim.."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahati || Part 1 ✅
Spiritualité✨Hanya kisah sederhana yang menyisipkan nilai Islami. Perjalanan para remaja labil yang memulai hijrahnya dengan penuh warna. Fakhri Hasan Juna Saputra Muaz Zaidan Moch. Ali Jefri Reza Arridho ✨Mereka akan memberikan pelajaran hijrah yang berarti ba...