✨Sittah

23 6 0
                                    

"Iya jef? Ayo ceritakan saja."

"Kayaknya nggak ada tadz,"

"Yasudah, bagaimana dengan Reza?"

"Saya? S-saya tidak tau apa-apa tadz," ucap Reza gemetar. Hal ini sempat membuat orang-orang di sekitarnya curiga. Tapi, ini biasa terjadi karena Reza memang orang yang selalu gugup jika diberi pertanyaan apapun.

"Baiklah, setelah beberapa saksi sudah bapak tanyai. Sekarang giliranmu Hasan. Kenapa kamu harus melanggar peraturan di Pesantren? Coba tolong jelaskan kembali peraturannya Ustadz Dimas."

"Jadi, salah satu peraturan di sini adalah tidak boleh menggunakan handphone, jika ingin menghubungi orangtua bisa lewat telepon khusus di kantor. Dan, berkata kasar adalah hal yang sangat dilarang dalam agama, untuk itu seorang santriwan atau satriwati jika mengucap perkataan 'keji' maka akan dihukum dengan membersihkan seluruh pekarangan hewan ternak dan menjadi ketua santri untuk satu minggu." jelas Ustadz Dimas selaku Wakil Kepala Pesantren.

Mendengar hal itu, Hasan tertegun dan matanya terbelalak. Semua temannya merasa tidak enak dan kasihan terhadapnya, tapi apa boleh buat, Hasan yang melakukan kesalahan memang harus dihukum sesuai peraturan yang berlaku agar menimbulkan efek jera nantinya.

"Saya terima hukumannya tadz. Saya mengaku telah berkata kasar, karena.. Karena kalah dalam permainan game dan saya terjatuh karena terlalu kebawa suasana dengan game yang saya mainkan." jelas Hasan.

"Jadi, penyebabnya 'game' ya? Tapi, game itu tidak akan bisa kamu mainkan kalau tidak ada handphone atau alat perantara lainnya. Jadi, bapak tanya, dari mana kamu bisa dapat handphone itu?"

"Dari... Hmm.. Dari Juna Ustadz."

"Juna?"

***

Hijrahati || Part 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang