✨Khamsa 'Asyar

34 5 0
                                    

"Hasan, Juna. Alhamdulillah.. Hukuman kalian selama seminggu ini telah selesai. Bapak harap kalian tidak akan mengulanginya." ucap Ustadz Sulaiman.

"Baik tadz, kita nggak akan melanggar aturan lagi."

"Iya tadz," ucap Juna seraya melirik pada Ustadz Chen yang tersenyum padanya.

Setelah hukuman Hasan dan Juna berakhir. Mereka menjadi lebih akrab. Bahkan, Hasan memperkenalkan Juna pada Jefri, Reza, dan Muaz.

Mereka pun, menjadi lebih akrab, apalagi Jefri selalu mengajari bahasanya pada Juna yang membuat semua orang tertawa, ya, Bahasa Arab dan Betawi khasnya.

"Gini nih jadinye, kalo orang yang gak bisa bahasa selain Bahasa Indonesia, bisanye ngeledek." ucap Jefri yang membuat teman-temannya tergelak.

"Iya jef, iya, tapi masa Bahasa Arab begitu sih?" ucap Juna yang tidak bisa menahan tawanya.

"Ente jangan ngikutin mereka. Ini tu perpaduan culture jun, culture, Arab ama Betawi kalo disatuin jadi cakep kan." ucap Jefri seraya tersenyum penuh arti.

"M-maksudnya?" ucap Hasan, Juna, dan Muaz yang berpura-pura bingung.

"Masa gak ngerti, maksudnya 'cakep' itu ya dialah. Si 'Arabetawi.. Ehe." ucap Reza dengan logat Arab yang disambut oleh tangan Jefri menepuk pundaknya.

"Nah, gitu dong. Peka kalian itu, peka. Apa kecakepan ane ini masih kurang?"

"Gak." ucap Reza.

"Maksudnye, ane gak cakep?"

"Gak kurang cakepnya jef,"

"Alhamdulillah, muka ane kan emang mirip Imam Ali mangkanye cakep."

"Emang ente tau wajah Sayyidina Ali?" tanya Muaz meniru logat Jefri.

"La. Gak tau bang. Hhehee.."

"Yaelah, kirain bener wajahnya Imam Ali mirip Jefri." ucap Juna.

"Hahahaaa.." tawa kelima santri itu mampu menghangatkan suasana. Mereka sepakat untuk selalu menjalin tali silaturahmi agar ukhuwah Islamiyah tetap terjaga. Insya Allah..

***

Hijrahati || Part 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang