Kehidupan Baru.

62 8 0
                                    

Pagi yang begitu cerah untuk mengawali hari yang indah. Bunga-bunga bermekaran, burung-burung berkicau di dahan-dahan pohon, bersenandung menyambut pagi yang cerah.

Pagi ini Winda harus menemui Ummah untuk belajar kitab tauhid. Sudah 1 minggu Winda belajar dari bimbingan Ummah. Kini Winda juga sudah tak memakai baju yang menampakkan lekuk tubuhnya. Pakaiannya kini muslimah walau tanpa cadar. Winda tak siap jika harus berpenampilan seperti putrinya. Baginya ini terlalu cepat. Biarlah ia belajar sedikit demi sedikit. Ummah dan yang lainnya pun tidak keberatan. Yang terpenting adalah niat Winda kuat ingin belajar dan berubah.

*****

"ان الناس خلق هلوعا(١٩) اذا مسه الشرجزوعا (٢٠) واذامسه الخير منوعا(٢١) الا المصلين(٢٢) الذين هم علي صلاتهم داءمون(٢٣) "
(QS. Al-Ma'arij:19-23)

"Masya Allah... Mumtaz Aira. Bacaannya sudah bagus, begitu juga dengan hukum tajwid nya sudah tepat. Lanjutkan lagi menghafalnya ya? Sedikit lagi kamu mumtaz khatam. " Komentar dan nasihat dari uatadzah Ain mampu membuat semangat Aira memuncak.

Setiap ba'da ashar, para santri akan menyetorkan hafalan mereka kepada para asatidz dan asatidzah. Satri putra akan berkumpul di masjid sedangkan santri putri di musholla asrama.

"Heran deh sama dia, gimana caranya coba anak pelacur bisa hafal qur'an melebihi kita yang udah lama nyantri di sini? " Obrolan dengan suara rendah dari arah samping Qonza mampu membuatnya emosi seketika. Ia tau betul siapa yang di bicarakan teman di sampingnya ini.

"Iya tuh. Jangan-jangan dia pakek ilmu hitam lagi. Semacam sihir gitu mungkin. "

"Bisa jadi tuh. Jangan-jangan dia juga kasih pelet ke semua ustadz ustdzah di pesantren lagi? makanya semuanya suka sama dia. "

Asragfirullahal adzim ... Mereka sudah keterlaluan. Apa mereka nggak malu sama penampilan mereka? Berpenampilan syar'i namun masih suka membicarakan orang. Naudzubillah....

"Afwan ukhti, ana tadi sedikit dengar pembicaraan kalian. Boleh ana kasih saran? " Alis akhwat di samping Qonza terlihat bertaut menandakan kebingungan.

"Sebaiknya antunna (kalian) lepas saja nikob yang antunna pakai. "Qonza berdiri setelah mengucapkan kata terakhirnya. Ia berjalan pelan. Namun belum jauh ia melangkah, akhwat tadi memanggilnya.

"Ya uhk!! Ayyi khidmatin min haadzal hadits?? (Apa maksud dari perkataan ini) " Qonza berhenti saat mendengar panggilan akhwat di sampingnya tadi. Ia berbalik menghadap akhwat yang memanggilnya.

"Apa yang kalian bicarakan tadi tidak benar. Tidak baik ber suudzan kepada orang lain. Aira bisa, karna niat nya belajar di sini lillahi ta'ala. Bukan semata mencari gelar santri. Dan kenapa ana saranin antunna lepas saja nikob yang antunna pakai? Itu karna sebenarnya antunna tidak pantas mengenakannya. "

"Limadza kadzalik? " (kenapa begitu)

"Karna percuma antunna pakai nikob kalau antunna masih membicarakan orang lain. Melakukan ghibah yang sudah nyata bukan perbuatan yang Allah sukai. Lalu buat apa kalian berpenampilan syar'i kalau perilaku kalian belum bisa mencerminkan sosok seorang muslimah? Afwan, assalamualaikum. "

Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Qonza beranjak menghampiri Aira yang hendak keluar dari musholla. Dua akhwat yang tadi membicarakan Aira bungkam karca ucapan Qonza. Awalnya memang mereka kesal karna merasa tak terima dengan ucapan Qonza. Namun setelah mereka renungkan, Qonza benar. Tak seharusnya mereka membicarakan orang lain, apalagi ber suudzon dengan orang tersebut. Itu bukanlah mencerminkan sifat seorang muslimah.

Qonza memang sengaja menunggu giliran Aira menyetorkan hafalannya. Sementara ia sendiri sudah selesai menyetorkan hafalan pada ustadzah Robiah. Mereka berjalan beriringan menuju asrama. Namun langkah mereka terhenti karena ustadz Arsyad meminta mereka berhenti sejenak.

"Kenapa Bang? "Tak sembarang memanggil abang, Qonza memperhatikan sekitar terlebih dahulu saat hendak memanggil abang. Jika ada santri maka tentu ia akan mengucapkan kata ustadz dan bukan abang.

"Aira, saya mau bicara sama kamu. Ba'da isya' tolong temui saya di kantor ya? "

"Masalah apa ustadz? "

"Sudahlah, pokoknya kamu temui saya aja nanti. "

"Na'am ustadz. "

"Oza boleh ikut, Bang? "

"Maaf Oza, Abang mau bicara penting sama Aira. "

"Owhhh ok. "

"Ya sudah, assalamualaikum. "

"Wa'alaikumussalam...." Jawab Qonza dan Aira bersamaan.

"Kira-kira ustdaz Arsyad mau ngomong soal apa ya? "

"Entah. Aku juga bingung. Nggak biasanya Abang kelihatan serius banget gitu. Sudahlah, nanti kamu juga tau sendiri. "

"Hemm iya deh. "

Mereka kembali melanjutkan langkah menuju asrama. Saat masuk kamar, mereka sudah di sambut dengan suara khas Faidzah dan Latifah yang sedang bermain 'Truth Or Dare'. Ada-ada saja memang tingkah kedua teman sekamar Aira dan Qonza itu. Namun, tanpa ada mereka, kamar juga akan terasa sunyi. Untunglah Aira dan Qonza memiliki teman sekamar yang selalu asik. Bisa menghibur hati yang terkadang sedih. Sedih menahan rindu dengan orang tua di rumah, sedih bila ada masalah yang datang, sedih dengan kata-kata oedas yang terkadang di ucapkan teman yang lain, dan sedih jika nilai atau hafalan malah berantakan.

Keceriaan adalah salah satu solusi kita melupakan sejenak rasa sesak di hati. Dan dengan keceriaan itu, kita bisa kembali membangkitkan semangat untuk terus berjuang di medan jihad. Tanda dukungan dan semangat dari orang lain, maka kita tidak akan bisa membangkitkan semangat itu sendirian. Kita butuh orang-orang yang perduli dengan kita, agar kita bisa membagi sedikit rasa gundah yang menghampiri. Dan kemudian kita bisa membangkitkan semangat bersama-sama.

اجهد ولاتكسل ولاتكن غافلافندامة الاقبي لمن يتكسل
'Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas. Karna penyesalan itu datang pada orang yang malas.'

__________

Hai haiii jumpa lagi.. 😁
Maaf ya belakangan jadi jarang up, soalnya lagi sibuk bantu bikin kue dan imajinasinya juga lagi mampet nih... 😂
Jangan lupa vote and komen ya... Karna komen dari kalian bisa bantu Anna memperbaiki kisahnya. Dan vote dari kalian bisa bantu Anna jadi lebih semangat lagi nulisnya... 😉

QOBILTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang