Musabaqoh.

58 5 0
                                    

Aira menunggu dengan cemas di salah satu sofa yang terdapat di kantor pesantren. Tatapannya menunduk, cemas menunggu apa yang akan ustadz Arsyad sampaikan. Pasalnya, sejak kedatangannya ke kantor, ustadz Arsyad masih belum berbicara mengenai hal yang akan di sampaikan.

"Jadi begini Aira, Abah berencana mengirim anti dan Qonza untuk mewakili pesantren dalam Musabaqoh Hifdzul Qur'an di Jakarta. Dan ini juga sudah di rundingkan dengan para asatidz dan asatidzah. Kami sepakat memilih kalian berdua untuk berangkat sebagai perwakilan dari pesantren. Apa anti bersedia? "

"Tapi tadz, kenapa harus ana? Kenapa bukan akhwat yang lain? "

Arsyad tersenyum simpul tanpa Aira sadari. Senyum yang membawa arti tersendiri bagi Arsyad.

"Karna ana ingin anti. Assalamualaikum. "

Setelah mengucapkan kata anti, Arsyad segera beranjak keluar dari kantor sebelum Aira bertanya maksud dari ucapannya. Ucapan yang membuat Aira berfikir akan maksud di balik ucapan itu.

Maksud ustadz Arsyad apa ya? Kok jadi bingung. Apa sebenarnya maksud dari omongan ustadz tadi?

*****

"Za! "

"Apa? "

"Tadi ustadz bilang aku sama kamu bakal di kirim ke Jakarta buat perwakilan musabaqoh. "

"Iya, aku juga tau kok. "

"Kamu tau? Kok kamu udah tau sih? Siapa yang kasih tau kamu? Padahal aku baru aja balik dari kantor lo."

"Ai.... Aku udah di kasih tau sama abang dari 2 hari yang lalu. Sengaja aku di suruh diam sama abang. Soalnya abang pengen kasih tau sendiri ke kamu. "

"Kok gitu sih? "

"Ya mana aku tau deh. "

"Curang ih. "

"Maasyi'ti. " (terserah kamu).

Aira semakin bingung.

Kenapa ustadz Arsyad nggak suruh Qonza aja yang kasih tau aku? Kenapa Qonza malah di suruh diam aja? Dan kenapa ustadz Arsyad sampe mau repot-repot ngasih tau sendiri ke aku? Padahal kan beliau bisa minta ustadzah yang infoin?

"Udah, gk usah di pikirin lahhh, mending kamu mulai belajar aja lancarin hafalannya. "

"Emang musabaqohnya kapan sih Za?"

"Loh abang nggak bilang apa? "

"Nggak tuh. "

"Musabaqohnya di adakan di akhir semester nanti. Jadi nanti kita nggak ujian kelulusan Ai, kita cuma di minta fokus sama musabaqoh aja. "

"Terus, nilai ujian kita nanti gimana dong? "

"Udah... Aman mahh... Nilai ujian kita nggak akan terancam kok. Percaya sama aku deh. "

"Ok lahhh... Percaya aja deh sama kamu. "

Sejak mereka di tunjuk sebagai perwakilan pesantren untuk musabaqoh, fokus Qonza dan Aira hanya tertuju ke hafalan. Mereka terus berusaha memberikan yang terbaik untuk pesantren. Prinsip yang mereka pegang, walaupun jika dalam musabaqoh itu mereka tidak berhasil, setidaknya mereka bisa memberikan yang terbaik untuk pesantren.

Waktu yang mereka punya hanya tinggal 2 minggu lagi, bertepatan dengan ujian akhir semester akan di mulai.

"Qonza! Aira! "Latifah berusaha mempercepat langkahnya saat di lihatnya dua akhwat yang sedari tadi ia cari ada di taman sekat dengan musholla.

"Kenapa Fah? Kok sampe ngos-ngosan gitu sih? "

"Em ... Itu ... anu ... Tadi... "

"Atur nafas dulu deh. "

"Iya kamu atur nafas dulu, tenang dulu, baru habis itu ngomong. Sini deh duduk dulu!"

Setelah di rasa nafasnya teratur, Latifah mulai berbicara.

"Itu tadi ustadzah Ain bilang sama aku, katanya musabaqoh kalian di majukan. Jadi yang seharusnya 2 minggu lagi kalian berangkat, jadi 5 lagi. So, waktu kalian tinggal 4 hari lagi dong artinya? Kan sehari nanti di pake' buat perjalanan ke Jakarta. "

"Kok tiba-tiba di majukan gitu sih?" Aira sedikit terkejut dengan informasi yang Latifah bawa.

"Nah itu dia yang aku nggak tau. Ustadzah nggak bilang alasan musabaqoh nya di majuin. "

"Waktu kita nggak banyak Ai. Harus lebih extra fokus sama hafalan kita. "

"Iya Za, kamu bener. "

"Walaupun kalau nanti kita nggak menang, setidaknya kita bisa kasih yang terbaik buat pesantren. "

"Jangan keburu pesimis dulu dong Qonza. Aku yakin banget nih, kalian pasti bisa kasih yang terbaik buat pesantren. Semangat terus deh pokonya, kita semua do'ain yang terbaik buat kalian kok. Ok? "

"Iya insya Allah, kita pasti berusaha kok. Ya kan Za? "

"Pasti dong. Makasih ya Latifah. "

"Sama-sama...."

Hari yang di nanti itu tiba. Kini kedua akhwat perwakilan dari Ponpes As-Shidqiyyah itu tengah menunggu dengan was-was di balik panggung musabaqoh. Sementara ustadz dan ustadzah yang mendampingi mereka menunduk ksyusuk memanjatkan do'a yang terbaik untuk kedua santriwatinya.

"Afwan tadz, boleh ana tanya sesuatu?"

"Tafaddholi... "

"Afwan kalau sebelumnya ana lancang karna memperhatikan antum belakangan ini. Ana sering nggak sengaja lihat antum memandang Aira dari kejauhan dengan sorot mata yang teduh. Apa, ada sesuatu di antara antum dan Aira? " Arsyad tersenyum sekilas mendengar penuturan Ain.

Jadi benar kata Ummah. Ain memang sering perhatikan aku. Apa mungkin dugaan Ummah itu benar, kalau Ain punya perasaan ke aku?

"Sebelumnya, afwan juga kalau mungkin ana salah duga. Apa benar anti punya perasaan sama ana? "

Diam. Ain menunduk dalam. Ia tak menduga kalau perasaan yang selama ini ia simpan rapi, pada akhirnya di ketahui lebih cepat dari dugaannya. Arsyad tak perlu jawaban terucap dari lisan ustadzah muda yang duduk di sampingnya. Karna Arsyad sudah menukan jawabannya.

"Nggak usah bingung ana tau dari mana. Cukup mudah mengetahui gelagat anti selama ini." Arsyad memberi jeda sejenak.

"Sebelum anti semakin salah paham dan berharap lebih, ana akan tegaskan. Ana memang menaruh perasaan lebih buat Aira. Dan setelah dia lulus nanti, ana akan melamarnya. "

******

Ia menangis dalam diam. Setelah mendapat jawaban dari Arsyad, Ain pemit untuk ke toilet sebentar. Ia tak ingin menangis di depan orang yang selama ini, secara diam-diam ia harapkan.

Ya Allah, sabarkanlah hatiku dengan ketentuanmu. Kuatkan aku ya Allah.... Ikhlaskan aku akan dia ya Allah. Mungkin dia memang bukanlah jodoh yang Engkau persiapkan untukku. Ya Allah, jika dia memang bukan untukku, maka kuatkanlah aku dengan segala ketentuanMu. Dan berilah aku, jodoh yabg terbaik di mataMu. Insya Allah, aku ikhlas dengan semua ini ya Rabb...

Tak ada salahnya kita berharap. Namun, jangan berharap kepada sesama makhluk. Akan tetapi berharaplah kepada Sang Maha pencipta makhluk itu. Perbanyaklah berdo'a, karna hanya kekuatan do'a lah yang akan membantu meringankan semua kegundahan di hati. Percayalah jika dia untukmu, maka Allah pasti akan mendekatkan dia padamu. Namun jika dia memang bukan untukmu, percayalah, Allah punya rencana yang lebih indah bagimu. Kelak, Allah akan mempertemukanmu dengan orang yang lebih baik. Baik di mata Allah.

__________

See you next time kawan😊 jangan lupa vote ya... 😉

QOBILTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang