Awal bertemu.

63 6 0
                                    

Suasana musabaqoh semakin menengang. Kini hanya tinggal 5 peserta yg bertahan. 3 di antara 5 peserta itu adalah perwakilan dari As-Shidqiyyah. 1 ikhwan dan 2 akhwat.
1 ikhwan perwakilan dari As-Shidqiyyah gugur di season 4 musabaqoh. Jadilah kini mereka bertiga. Aira, Qonza, Abizar.

"Oza! "

"Iya, Bang?  "

"Bagus, pertahankan terus posisi kamu. Semangat. Kamu dan Aira pasti bisa memenangkan musabaqoh ini, Abang yakin itu. "

"Iya, Bang. Tapi gimana sama ikhwan dari As-Shidqiyyah? "

"Untuk perwakilan ikhwan, Abang kayaknya nggak salah pilih. Abizar tahun lalu saat musabaqoh juga memenangkan juara 2. Semoga kali ini dia bisa memenangkan posisi juara 1 dari peserta ikhwan. "

"Amin, semoga aja ya Bang. "

"Aira kemana? Kok nggak kelihatan?" Arsyad menoleh ke sana kemari mencari keberadaan sahabat sepupu manjanga itu.

"Iya ya? Aira mana ya? Coba Oza cari dulu ya Bang. Mungkin Aira ke toilet. "

"Oh ya sudah. "

Qonza mencari Aira menuju arah toilet. Dia fikir sahabatnya itu pasti sedang membenarkan nikob atau sekedar merapikan penampilan di sana. Namun belum juga sampai, Qonza malah menabrak seseorang akibat ia berjalan terburu-buru karna mencari Aira. Pasalnya, sebentar lagi season akhir akan segera di mulai. Jadi ia harus secepatnya menemukan Aira dan mengajaknya kembali ke ruang tunggu peserta.

"Ups Afwan maa nadzortu... " (Aku nggak lihat)

"Laba'sa. Anti Qonza kan? " (Nggak papa.)

Kenapa nada dia kayak tau banget sih sama aku?

Belum juga Qonza tersadar akan fikirannya. Ikhwan yang tak sengaja ia tabrak tadi mengenalkan diri.

"Abizar. " Ucapnya sambil menangkupkan tangan di depan dada. Memdengar nama Abizar, Qonza seketika teringat percakapannya dengan Arsyad beberapa menit yang lalu.

"Apa antum ini perwakilan dari As-Shidqiyyah juga? "

"Iya, kita dari satu ma'had yang sama. "

"Masya Allah, ana nggak tau malah siapa aja ikhwan yang di tunjuk ustadz Arsyad untuk perwakilan dari As-Shidqiyyah. "

"Ana sendiri juga kaget waktu Gus Arsyad tunjuk ana. Ana kira Ali sama Fikar yang bakal jadi perwakilan. Nggak tau nya malah sama ana. "

"Tapi antum juga keren kok. Tadi ana sempet dengar waktu antum giliran maju. "

"Anti juga masya Allah, merdu lantunan yang anti bawakan."

"Za! Kok kamu di sini? "

"Eh, Ai? Kamu dari mana aja sih? Aku tu nyariin kamu lo. "

"Aku tadi baikin khimar di toilet. "

"Oh ya Ai, ini Abizar ikhwan dari As-Shidqiyyah. Yang tadi kita bilang suaranya bagus pas maju itu lo.. "

"Oh... Iya. Aira. " Aira menangkupkan tangannya memperkenalkan diri pada Abizar.

"Abizar. " Senyum tak lupa Abizar sematkan walau samar.

"Kalo gitu, kita kembali ke ruangan dulu akh. "

"Oh iya silahkan. "

"Assalamualaikum. " Aira dan Qonza mengucapkannya secara bersamaan.

"Waalaikumussalam.. "

Di sepanjang lorong menuju ruang tunggu peserta, Qonza maupun Aira menumpahkan sedikit rasa terkejut mereka. Peserta bernama Abizar, yang sejak awal musabaqoh selalu merek puji karna suaranya yang merdu, ternyata adalah teman mereka dari pesantren. Dan yang lebih membuat mereka heran, kenapa mereka tidak pernah sekali pun melihat Abizar di pesantren? Entah saat kegiatan mengaji kitab di masjid, ataupun saat acara-acara ma'had.

"Sudah lah, nggak usah mikirin itu dulu. Kita fokus aja buat season terakhir musabaqoh ini."

"Iya Ai, Kamu bener. Semoga kita bisa kasih yang terbaik buat As-Shidqiyyah."

"Aminn.... "

Suasana tegang mulai terasa. Sejak 2 jam yang lalu musabaqoh telah berakhir. Kini ketiga peserta yang tersisa di season akhir ini hanya menunggu pengumuman siapakah yang berhasil memenangkan musabaqoh. Dalam musabaqoh ini pemenang hanya di ambil 2 peserta saja, juara 1 dan 2. Namun karna menyaksikan penampilan ketiga peserta yang tersisa, panitia mulai mendiskusikan lagi bahwa akan di adakan juara harapan. Mengingat ketiga peserta yang tersisa mempunyai kemampuan yang tak bisa di anggap remeh. Bahkan para juri pun bingung untuk menentukan siapakah yang berhak mendapat juara 1 dan 2,dan siapakah yang akan mendepatkan posisi juara harapan.

"Aywa, para hadirin, setelah para juri berdiskusi mengenai 3 peserta kita, maka kami selaku panitia memutuskan untuk mengadakan juara tambahan bagi ketiga peserta kita yang sudah berhasil bertahan sampai season akhir musabaqoh. Jadi, siapakah yang akan menempati posisi juara harapan kita? "

Suara MC dari atas panggung menggema ke seluruh ruangan musabaqoh. Membuat situasi tegang semakin kentara. Arsyad menunduk dalam melafadzkan do'a untuk ketiga santri bimbingannya. Ia tau semua posisi juara itu akan menjadi milik ketiga santrinya. Namun, ia tetap mendo'akan yang terbaik untuk ketiga santri bimbingannya.

"Baik, tahun ini cukup luar biasa untuk Ponpes As-Shidqiyyah ya? Karna ketiga peserta kita tahun ini, peserta yang bisa bertahan hingga season akhir, merupakan santri-santri dari Ponpes As-Shidqiyyah. Tepuk tangan yang meriah untuk As-Shidqiyyah....!!! "

Ruangan menjadi gaduh dengan suara tepuk tangan dari para hadirin yang hadir dalam acara misabaqoh ini.

"Menurut antum siapa yang bakal jadi juara 1 tadz? " Ali yang duduk di samping Arsyad bertanya untuk mencairkan suasana tegang.

"Hanya Allah yang tau Li. Kita cuma bisa mendo'akan yang terbaik buat mereka."

"Maaf Tadz, ana nggak bisa bertahan sampai season akhir."

"Nggak masalah Li, yang penting kamu sudah memberikan yang terbaik buat ma'had. Usahamu dalam mempertahankan diri dalam musabaqoh hingga gugur merupakan kebanggaan juga buat ma'had. "

"Syukkron Tadz.... "

"Afwan. "

*****

Mobil baru saja memasuki gerbang pesantren yang seketika di sambut dengan seruan takbir dari para santri. Mobil yang membawa ketiga peserta musabaqoh perwakilan As-Shidqiyyah itu di parkir tepat di samping rumah Abah. Mereka pun kemudian turun dan menghampiri Abah, Ummah, serta para asatidz dan asatidzah di depan. Abah langsung memeluk tubuh Abizar setelah sebelumnya Abizar mencium takzim punggung tangan Abah.

"Allahu akbar.. Barakallah akhi... "

"Syukkron Abah.. " kemudian Abah beralih merangkul bahu Ali.

"Usaha anta sudah membuat kami bangga nak. "

"Syukkron Abah, afwan ana nggak bisa mempertahankan hingga akhir. "

"Tidak papa nak. Kami sudah bangga dengan usaha kalian semua. "

Sementara itu Ummah memeluk kedua akhwat yang sudah seperti anak sendiri. Aira dan Qonza. Pelukan haru, bangga bercampur menjadi satu. Arsyad tersenyum tulus menyaksikan apa yang ia lihat saat ini. Ia bersyukur dan mengucap hamdalah atas nikmat yang telah Allah berikan kepada seluruh warga pondok. Arsyad mengucap hamdalah untuk ketiga santrinya yang berhasil memenangkan musabaqoh. Juara 1 berhasil diraih oleh Abizar. Sang Bintang Pelajar Pondok. Juara 2 diraih Aira, dan juara harapan diraih Qonza.

Antum memang tulus menyayanginya Guz. Bahkan hanya karena kemenangannya antum bisa tersenyum manis sekali seperti ini. Senyum yang tak pernah sekalipun antum tunjukkan kepada kita semua selama aku berada di ma'had. Semoga dia pilihan yang tepat untuk antum Guz.

Senyum itu, senyum tulus yang ia ukir. Sebagai tanda syukur untuk apa yang sudah terjadi hari ini. Namun senyum itu sedikit menorehkan luka untuk seorang Ain yang selama ini telah berani diam-diam menaruh rasa pada Guz nya itu.

__________

Don't forget give your vote and komen ya... 😉
Menjelang lebaran ini Anna mohon maaf buat semuanya kalau mungkin Anna ada salah sama kalian ya.... Semoga puasanya lancar ya wan kawan ku semua..  😍😍

QOBILTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang