Niat Lillahi Ta'ala.

40 6 0
                                    

Selang 2 hari setelah Arsyad mengungkapkan perasaannya pada Aira, ia memberanikan diri menyampaikan niat nya pada Wulan bahwa ia ingin mengkhitbah putri semata wayangnya. Wulan tak menyangka bahwa Arsyad akan memilih putrinya untuk menjadi pendamping dalam hidupnya. Namun tentu saja ia merasa haru dan senang, putrinya akan berada dalam bimbingan laki-laki sholeh seperti Arsyad. Oleh sebab itu, Wulan pun menyambut baik niat Arsyad. Arsyad pun bertanya mengenai wali untuk acara akad nanti. Apakah Aira masih memiliki wali atau tidak. Dan Wulan pun menjelaskan kepada Arsyad bahwa Aira masih memiliki wali. Aira mempunyai seorang paman di Surayabaya, kakak kedua Wulan. Maka Arsyad pun menyampaikan hal tersebut pada Abah. Semua anggota keluarga setuju bahwa minggu depan, mereka akan pergi ke Surabaya untuk mengkhitbah Aira kepada walinya.

"Cie cieee si Abang senyum-senyum aja nih. " Silva menggoda jail kala ia melewati kamar Arsyad yang terbuka dan menampakkan sosok Arsyad yang berdiri di depan jendela kamar, tatapannya lurus mengarah ke luar jendela.

Silva menggoda karna tak sengaja melihat abangnya itu tengah tersenyum-senyum tak tau apa yang di pikirkan laki-laki yang menjadi abngnya itu.

"Apaan sih Va? "

"Sapa suruh Abang senyum-sendiri, kaya lagi bahagia banget gituuuu. "

"Kamu mah paling pinter kalo di suruh godain abang. "

"Hehehe nggak papa donggg.... Ntar juga Abang kangen kalau Silva nggak jahilin Abang. "

"Idihhhh pede banget sih! "

"Haha.... Jadi kapan mau berangkat ke Surabaya Bang? "

"Minggu depan. Mau ikut? "

"Emmm nggak deh. Silva mau di rumah aja, pengen ngobrol-ngobrol sama santri. "

"Pengen ngobrol sama santri atau sama akhii? "

"Ih, Abang apaan sih? Silva tuhh mau ngobrol sama akhwat-akhwat santri. Siapa juga yang mau ngobrol sama akhi? Nggak deh! "

"Kali aja gituuu... Entar kan Abang tinggal aduin ke Abah. "

"Oooo jadi abang maunya lihat Silva di omelin Abah Ummah gitu? "

Arsyad tertawa melihat wajah sang adik yang langsung memasang wajah garang. Ia suka jika sudah membuat Siva menjadi jengkel dan ngambek. Terlihat semakin lucu.

"Ketawa aja terus! Udah ah, Silva mau bantu Ummah masak aja."

"Iya gih sana, yang rajin ya. "

"Tau deh. " Silva pergi dengan tampang kesal. Arsyad hanya geleng-geleng kepala setelah kepergian Silva dari kamarnya. Ia suka saat Silva kesal dengan ulahnya. Ia merasa dengan itu hubungannya dengan sang adik terasa semakin dekat.

*****

Abizar menatap kosong pemandangan yang ia lihat dari jendela kamarnya. Hatinya tak menentu sejak ia meninggalkan pesantren setelah lulus. Karena tak ingin mengecewakan orang tuanya, ia pun dengan berat hati meninggalkan pesantren, tempat di mana ia menuntut ilmu selama 6 tahun dalam bimbingan asatidz dan asatidzah. Sebenarnya ia sangat ingin tetap berada di pesantren. Namun kedua orang tuanya memintanya meninggalkan pesantren karna mereka ingin ia pergi ke Yaman untuk melanjutkan pendidikannya di sana. Alhasil ia pun menuruti kemauan orang tuanya karna ia tak mau membantah.

Jadi, di sinilah ia sekarang. Berada jauh di negri orang. Jadwal kampus memang belum aktif, namun Abizar harus stand by di Yaman agar semua urusan lebih mudah. Dan situasi seperti inilah yang membuatnya menjadi sedih dan pilu.

Diam menatap kosong pemandangan di luar sana, membuatnya semakin merindukan suasana pesantren. Ia rindu dengan semua kegiatan dan pembelajaran di pesantren. Namun inilah yang sekarang harus ia jalani. Ia harus berniat lillahi ta'ala agar ilmu yang ia tuntut di negri pelajar ini bisa bermanfaat baginya dan juga bagi kehidupannya. Ia harus menjalani semua dengan niat tulus menuntut ilmu. Mulai sekarang, ia harus membangkitkan semangatnya kembali untuk berjihad. Di manapun ia menuntut ilmu, maka ia harus menuntutnya karena Allah.

Abizar mengukir senyum untuk mengawali semangat berjihad yang baru saja ia bangitkan kembali. Namun ia juga tak akan melupakan semua ilmu yang ia dapat selama menjadi santri di As-Shidqiyyah. Ia bahkan berniat ingin mengamalkan ilmu yang telah ia dapat kepada siapapun yang ingin belajar. Dan ia juga akan semakin menguatkan hafalannya. Ia akan melupakan sejenak sosok akhwat dalam diamnya. Fokus pada kuliah dan hafalan yang akan ia lakukan saat ini. Jika memang Allah berkenan untuk mempertemukannya dengan akhwat dalam diam itu, maka suatu saat pasti ada jalan.

"Semoga kamu selalu dalam lindungan Allah di manapun kamu berada. " Arsyad bermolog mendo'akan seseorang nun jauh di sana. Jauh dari pandangan mata, dan jauh dari jangkauan.

Barang siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali•

__________

Anna tepatin nih janji Anna buat up hari ini. Happy reading wan kawannn.... Semoga suka ya😇

QOBILTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang