Guardie Del Cuore XVII

483 73 17
                                    

Update lagi.... Yuhu,

.

.

Pukul delapan malam, Mean baru selesai dari urusannya dengan polisi. Memberi kesaksian dan memberikan bukti tertulis. Sebisa mungkin segera menyelesaikannya, besok dia harus kembali untuk kesaksian lanjutan. Pagi-pagi sekali harus datang menemui Title selaku Dokternya untuk memberi surat kesehatan dan kesembuhan untuknya, supaya kasus ini bisa cepat ditangani. Mean tidak mau berlama-lama berurusan dengan para penjilat.

Hidupnya sudah lebih baik dan Mean ingin terus memperbaikinya.

Mendapatkan kebahagiannya dan mengejar apa yang selama ini tidak dia dapatkan.

Dalam hal ini tentu kasih sayang dan cinta.

"Phi akan pulang?" Mark bertanya setelah mereka memasuki mobil.

"Mn. Ke apartemen." Jawabnya singkat.

"Ckck," Mark berdecih, "Maksudku ke rumahmu."

"Besok, bagaimana?" Mean meminta pendapat Adiknya.

"Boleh," Mark setuju, "Aku mau ikut juga, mau men-jenguk mereka." Ucapnya dengan tawa tertahan.

Mean menggumam, Mark tidak berkomentar apapun. Toh, dia ingin lihat bagaimana kakaknya menghadapi saudara-saudaranya yang lain. Setidaknya sebelum mereka mendekam di penjara, Mark ingin tahu reaksi mereka ketika tahu Mean bisa berdiri dihadapan mereka dalam keadaan yang sangat baik.

Membayangkannya saja Mark merasa sangat senang. Hatinya meletup-letup bahagia. Ah, mungkin dia merasa puas dan akan bertambah puas ketika semuanya selesai meski tidak sesuai rencananya.

Mark tidak puas jika mereka hanya masuk penjara, harusnya masuk neraka. Sudah diberi hati minta jantung. Manusia tidak tahu diri!

Mark menyamankan posisi supaya punggungnya merasa lebih nyaman, Mean disebelahnya memandang keluar jendela melihat jalanan yang terlihat basah karena hujan mulai turun. Mark berpikir mungkin kakaknya memikirkan sesuatu atau seseorang atau mungkin suatu hal yang masih mengganjal dalam hati dan pikirannya.

****

Seorang pemuda manis kini tengah duduk seorang diri di bangku yang terletak di taman rumahnya. Malam ini bulan dan bintang tidak bersinar, tapi pemuda ini masih terlihat terlarut pada langit yang gelap. Tidak dapat ditebak apa yang dipikirkannya, mungkin sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan.

Pria paruh baya mendekati pemuda itu dengan hati yang merasa khawatir, putranya itu seperti memikirkan banyak hal. Padahal hubungannya dengan keluarganya sudah membaik, Racht turut bahagia akan hal itu, hanya saja dia tetap tak dapat mengelak dari rasa khawatirnya. Apa yang dipikirkan putra bungsunya?

"Kenapa belum tidur?" Racht masih berada dibelakang pemuda itu, berjalan mendekat dan duduk disebelahnya.

Pemuda itu tersenyum tipis, "Belum mengantuk, Ayah." Elaknya, padahal sedang terbebani dengan pemikirannya sendiri.

"Kau bisa ceritakan masalahmu padaku, katakan saja ada apa." Racht mencoba membujuk putranya.

Plan menggeleng lirih, bagi seorang Racht itu adalah sebuah kepalsuan. Putranya tidak pernah menceritakan masalahnya sejak kecil. Pun tentang perasaannya, bahkan ketika sakit tidak pernah mengadu padanya. Hatinya dipenuhi kesesakan karena perasaan bersalah telah membiarkan putranya tumbuh tanpa kasih sayang.

"Dimana Phi Blue?" Pertanyaan itu menarik kesadarannya kembali.

Berusaha menunjukkan wajah yang tenang dan senyum wibawanya, "Di ruang tengah, bersama Jean." Menjawab tanpa basa basi, "Apa yang sedang kau pikirkan, nak?" Sang Ayah tetap berusaha tenang saat bertanya.

Guardie Del Cuore (MeanPlan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang