Guardie Del Cuore XIX

511 70 44
                                    

#misi40hari

Spesial tag for jonquil_Alstroemeria

.

.

Harusnya Plan dirawat di Rumah Sakit,  tapi dia tetap kuliah.  Meskipun Plan hanya ada satu mata kuliah, hari ini dia memaksa untuk berangkat ke kampus seorang diri. Tidak ada pengawal, tidak ada kakaknya, tidak ada Ayahnya dan tidak ada sopir. Yah, karena selama ini tidak ada yang mengganggunya jadi dia pikir dia akan baik-baik saja.

Saat sampai di mobilnya untuk segera pulang, Plan dibekap dari belakang. Mencoba memberontak tapi tidak ada pukulan serius. Plan bahkan tidak bisa melihat wajah orang yang membekapnya meski orang itu ada dibelakangnya.

Ketika obat biusnya bekerja, beberapa orang berseragam hitam memasukkannya kedalam mobil berwarna hitam yang menghampiri mereka lalu naik setelahnya. Plan telah kehilangan kesadarannya.

"Pria semanis ini mau bos apakan ya?" Seorang diantara mereka bertanya.

"Bagaimana bisa kau menanyakan itu bodoh! Tentu saja dijadikan sandera."Kata pemuda disebelah kanan Plan. Mereka mengapit Plan ditengah.

Sementara seorang yang lain mengemudi didepan dengan tenang, tidak ikut bicara dan tentu saja tetap dengan wajah datar seperti sebelumnya. Tentu saja karena dia robot sepenuhnya, didesain untuk mematuhi perintah Tuannya dan menjalankannya.

***

Sore hari yang cerah, Racht baru saja pulang dari dinasnya. Telponnya berdering berulang kali, suara seseorang menyapa indra pendengarannya dengan nada kesenangan yang tiada terbendung. Dilanjutkan dengan kata-kata yang membuat rasa khawatir seorang Racht Kijrowalak naik secara signifikan.

Begitu terkejut, tercengang, nyaris tidak percaya ketika tahu putranya ada ditangan musuhnya. Racht tahu siapa yang menelponnya, itu Dean, bos Mafia yang sangat sulit dia tangkap. Sudah bertahun-tahun mengejarnya, tapi hasilnya Nihil. Entah bagaimana orang itu bersembunyi, ketika Racht mencarinya tidak ada yang dia dapatkan.

"Pasti mengkhawatirkan putramu ya?" Tanyanya sinis, 'Tenang saja, dia aman bersamaku." Dean mengatakannya dengan tenang, lalu terdengar decakan ringan.

Racht menggeram, "Apa mau mu?" Kekesalannya sudah sampai di ubun-ubun.

"Kau memang selalu terburu-buru," Dean berkomentar, "Aku tidak mau kalian menjemputnya secara beramai-ramai atau membawa pasukan, ahh aku hanya ingin Mean yang datang." Dean tanpa basa basi lagi menjelaskan keinginannya.

"APA?!" Racht tidak mengerti kenapa jadi Mean yang dibawa-bawa.

"Masalahmu denganku, kenapa harus membawa Mean dalam urusan kita?" Racht kesal dengan Dean yang terlalu bertele-tele.

"Ingin mencoba kemampuannya, bukankah dia yang terakhir kali menjaga putramu?" Sehalus apapun Dean bicara tetap saja mengesalkan ditelinga Racht.

"Jangan macam-macam denganku, Dean!" Racht memperingatkannya.

"Hah!" Umpatnya, "Bagaimana bisa kau menganggapku macam-macam?" Bertanya dengan nada suara yang ditinggikan, "Turuti saja, suruh Mean yang datang atau putramu akan pulang tanpa nyawa." Terdengar helaan nafas, "Pilihan ada di tanganmu, Bapak Menteri."

Panggilan ditutup secara sepihak, Racht memandangi layar ponselnya dengan perasaan yang tidak dapat diungkapkan.

Lima menit setelahnya, dia akhirnya memberanikan diri menelpon orang yang diharapkannya dapat menolongnya. Setidaknya untuk putranya, Racht tidak ingin membuat siapapun dalam bahaya tapi.....tapi putranya lebih dari segalanya.

Guardie Del Cuore (MeanPlan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang