Arashi menaruh selembar daun di atas telapak tanganmu, senyum senantiasa terlukis di wajah tampannya.
"Apa ini?" tanyamu seraya menatap Arshi heran.
Bukannya menjawab pertanyaanmu, dia malah meletakkan lagi sebuah bunga merah di telapak tanganmu yang satunya lagi kemudian tertawa pelan.
"Kau tahu tentang cerita bunga dan daun?" tanya Arashi.
"Apa? Memangnya ada cerita seperti itu?"
"Tentu saja ada. [Name]-chan mau mendengarnya tidak?"
"Tentu saja aku mau. Cepat ceritakan padaku!"
Arashi tersenyum dan mulai bercerita, "Jadi, jaman dahulu kala, satu bunga tumbuh di sebuah pot kecil. Pot itu terletak di tengah-tengah padang ilalang dan danau. Dia hanya sendirian dan tidak mempunyai teman sebayanya. Malangnya, bunga itu hanya mempunyai sehelai daun yang tumbuh di batangnya untuk di ajak mengobrol."
"Suatu hari, musim panas datang. Bunga pun bertanya, 'kalau seandainya aku layu dan tidak cantik lagi apakah kau akan terus menemaniku?' katanya sedih. Daun lalu menjawab, 'tentu saja, aku akan selalu ada di sisimu!' Bunga pun tersenyum mendengar jawaban dari daun itu. Kemudian dia bertanya lagi. 'Lalu, kalau aku mati. Kau bagaimana?' daun menjawab lagi 'Jika kau mati aku juga pasti mati! sekarang, bolehkah aku yang bertanya?' Bunga tersenyum, 'kalau aku jatuh ke tanah karena tertiup angin bagaimana?' 'aku pasti akan merindukanmu setiap waktu!' kata bunga itu."
"[Name]-chan, mengapa kau malah melamun?"
Kau tersentak mendengar pertanyaannya, matamu lantas mengerjap beberapa kali.
"Aku hanya merasa sedih."
"Kenapa?"
"Entahlah, tapi bagaimana akhir cerita mereka?"
Arashi tertawa pelan, "Daun itu jatuh, namun bunganya tidak jatuh."
"Berarti daun tidak menepati janjinya. Buktinya dia meninggalkan bunga!"
"Tidak. Daun tidak meninggalkan bunga. Karena 1 hari kemudian musim salju datang dan mereka terkubur bersama deh. selesai!"
"Menyedihkan sekali."
"Apanya yang menyedihkan? malah itu bagus, berarti mereka mati bersama karena terkubur dalam salju!"
Kau mengangguk pelan, "Tapi jujur saja, aku tidak mengerti apa maksudmu menceritakan itu kepadaku."
"Dengar ya, [Name]-chan. Anggap saja kau itu bunga, dan aku daun. Jadi aku selalu berharap kalau kita akan bersama dan saling melengkapi sampai kita dijemput oleh Tuhan. Kau mengerti?"
"Tidak."
Arashi menggeleng pelan, dia menatapmu gemas sebelum kembali berkata, "Suatu saat kau pasti akan mengerti. Sekarang ayo kita kembali. Istirahat sudah selesai!"
Arashi menarik lenganmu, mengajakmu untuk meninggalkan taman sekolah.
Bunga itu indah. Ya, seindah dirimu. Dan daun itu setia. Sesetia Arashi padamu. Bunga dan daun yang saling melengkapi layaknya kisah kalian berdua.