Kau menatap cupcake di tanganmu dengan perasaan bahagia.
Setelah berperang dengan alat-alat dapur, akhirnya kau berhasil membuat mahakarya yang akan kau berikan pada seseorang.
"Tsukasa-kun!"
Kau melambai heboh pada remaja berambut merah yang baru saja keluar dari kelasnya.
"Onee-sama?" Tsukasa berjalan menghampirimu dan berhenti tepat di depanmu.
"Aku punya sesuatu untukmu!"
"Banarkah? Apa itu?!" Tanya Tsukasa senang. Manik ungunya berbinar layaknya anak kecil yang diberi mainan kesukaannya.
"Taraaaa!" Kau menunjukkan mahakaryamu dan menyerahkannya pada Tsukasa, "Aku membuatnya sendiri lho~"
Tsukasa menerima cupcake yang terbungkus dengan pita merah itu dan menatapmu, "Onee-sama membuatnya sendiri?" tanyanya takjub.
Kau mengangguk cepat, "Tentu saja! Ayo coba cupcake-nya, Tsukasa-kun!"
Sesuai perintahmu, Tsukasa segera memakan cupcake yang kau berikan.
"......"
Tsukasa terdiam saat kunyahan pertama.
Kau yang menganggap diam-nya Tsukasa sebagai bentuk keterpananaan atas lezatnya kue buatanmu pun sontak merasa senang.
"Bagaimana? Enak, kan? Aku tidak mencicipinya karena aku ingin kau menjadi orang pertama yang merasakan kelezatan cupcake buatanku!"
"......"
"Tsukasa-kun!" Kau mengguncang tubuh Tsukasa karena dia hanya diam dengan wajahnya yang entah kenapa mulai membiru. "Katakan sesuatu!"
"A-asin."
"Apa?"
"Cupcake-nya asin." Meski begitu, Tsukasa terus mengunyah kue yang ada di dalam mulutnya.
Iris matamu membulat seketika.
"Aku tidak menyangka, Onee-sama begitu ingin menikah denganku."
Bruk
Tubuh Tsukasa ambruk sesaat setelah mengucapkan kalimat itu. Wajahnya berubah ungu. Entah semengerikan apa kue yang kau buat itu.
"Kyaaaaa! Tsukasa-kun, jangan mati dulu!"
Setelah dibawa ke rumah sakit, akhirnya diketahui bahwa Tsukasa tidak mati.
Dia hanya keracunan.