Narukami Arashi

2.5K 263 32
                                    

"Arashi, tunggu!"

"....."

Tak ada tanggapan. Sang empunya nama terus berjalan tanpa memperdulikan seruanmu yang menyuruhnya untuk berhenti.

Tidak, Arashi tidak tuli. Dia hanya tidak mau berdebat denganmu hanya karena masalah yang menurutnya tidak cukup penting untuk diperdebatkan.

"Aku bilang tunggu, Arashi!"

Kau meraih pergelangan tangan Arashi dan menyentaknya hingga lelaki pirang itu kini berbalik menghadapmu.

"Ara~ [Name]-chan. Ada apa lagi? Bukankah pembahasan kita mengenai hal itu sudah selesai? Sekarang biarkan aku melanjutkan pekerjaanku."

"Tidak."

"Apa?"

"Kau tidak boleh mengambil pekerjaan itu, Arashi."

"[Name]-chan, aku ini seorang model. Jadi kupikir tidak masalah aku mengambil pekerjaan ini."

"Tapi-...."

"Tapi apa? Hanya karena ini adalah pemotretan gaun perempuan, kau melarangku?"

"Hanya?" Kau membeo, "Kau ini laki-laki, Arashi. Kau pikir pantas seorang laki-laki mengenakan gaun dan berlenggak-lenggok seperti perempuan?"

"Kenapa? Bukankah itu menggemaskan?" Arashi tersenyum manis, seolah perkataannya barusan sangat normal untuk dikatakan.

"Arashi-...."

"Pembahasan selesai. Aku harus berganti pakaian untuk melanjutkan pemotretannya. Kau tunggu aku saja di sana." Arashi menunjuk sebuah kursi tak jauh dari lokasi pemotretan, "Duduk manis di sana. Dan begitu aku selesai, aku akan mengajakmu makan di luar. Oke?"

Tanpa menunggu persetujuan darimu, Arashi langsung melenggang pergi menuju ruang ganti. Meninggalkanmu yang hanya bisa menghela napas dan menuruti kata-katanya.

.
.
.

"Hey, lihat. Bukankah itu Narukami Arashi?"

"Ah, kau benar."

"Aku tidak mengira dia benar-benar melakukannya."

"Kenapa heran? Dia kan memang seperti itu."

"Hahaha. Seperti itu? Maksudmu seperti banci?"

"Ssttt, jangan keras-keras. Jika terdengar oleh managernya, kita bisa dihajar."

Kau mengepalkan tanganmu begitu mendengar dua orang kru di belakangmu sibuk membicarakan Arashi. Inilah alasan kenapa kau tidak suka Arashi menerima pekerjaan ini. Tak jarang kau mendengar cibiran orang-orang yang mengolok-olok Arashi karena lelaki itu berpakaian dan bertingkah seperti perempuan. Meskipun itu tuntutan pekerjaan, tetap saja perkataan seperti itu membuatmu tidak nyaman dan merasa sangat kesal.

Arashi no Baka!

Entah sudah berapa ratus kali kau melarang Arashi untuk menerima tawaran seperti ini, tapi lelaki pirang itu sama sekali tidak mendengarkanmu. Dia hanya tersenyum dan dengan logatnya yang khas mengatakan bahwa kau tidak perlu khawatir. Lagipula, Arashi juga berkata bahwa dia menyukainya.

Kau tau sifat Arashi yang satu itu cenderung aneh dan tidak normal.

Arashi memang memiliki perasaan yang halus. Dia mudah menangis atau tersentuh akan hal-hal yang menguras emosi. Semisal ketika menonton film sedih. Sewaktu kecil, Arashi juga lebih senang bermain boneka dari pada bermain bola atau lebih memilih bermain dengan anak-anak perempuan dibanding teman-teman laki-lakinya.

Kau tidak mempermasalahkan kekurangan Arashi, karena kau menerima lelaki itu apa adanya. Kau hanya tidak suka ketika orang lain mengolok-olok Arashi dan mengatainya sedemikian rupa.

Seperti saat ini.

Karena merasa jengah mendengar bisikan-bisikan menyebalkan itu, kau memilih bangkit dari kursi dan berjalan keluar. Lagipula, pemotretannya masih lama. Jadi tidak masalah rasanya jika kau menghirup udara segar untuk menenangkan pikiranmu.

Kau berjalan menuju atap yang berada di gedung ini. Yahh, pemandangannya tidak buruk. Setidaknya cukup untuk membuatmu merasa tenang.

.
.
.

Kau terkejut begitu mendapati kau tertidur di atap. Lebih terkejut lagi dengan keberadaan Arashi yang kini duduk di sampingmu dengan kepalamu bersandar di bahunya. Pakaian pemuda pirang itu pun sudah berganti menjadi pakaian casual yang dia pakai sebelumnya.

"Apa aku membangunkanmu?" Tanya Arashi pelan.

Kau menggeleng, "Kau sudah selesai? Maaf, aku ketiduran."

Ketika kau hendak mengangkat kepalamu, tangan Arashi segera menahannya. "Biarkan seperti ini dulu."

Kau menurutinya, dan Arashi segera menyadarkan kepalanya di atas kepalamu. "Maaf."

"Maaf? Untuk apa?"

"Kau pasti malu punya pacar seperti aku."

Kau tersentak. Apakah Arashi mendengar ketika orang-orang itu membicarakannya?

"Aku tidak."

"Tunggulah, [Name]. Aku sedang berusaha."

"Kau tau aku tidak pernah mempermasalahkan itu, Arashi."

"Aku tau. Aku hanya ingin merasa pantas berada di sampingmu."

Kau mengangkat kepalamu dan beralih untuk menatapnya.

Arashi tersenyum dan bergerak untuk mencium keningmu. "Entah kenapa tiba-tiba aku ingin mendengarmu memanggilku 'Arashi-kun'."

"Kau yakin? Bukankah dulu kau ingin aku memanggilmu Ara-nee?" Kau mengering pada Arashi.

"Itu dulu. Sekarang aku ingin kau memanggilku 'Arashi-kun'."

"Kalau aku tidak mau?"

"Kau tau apa hukumannya."

Kau mendengus, "Baiklah, Arashi-ku-..."

Cup

Kalimatmu terpotong oleh kecupan Arashi yang tiba-tiba.

"Katakan lagi."

"Arashi-k- ..."

Cup

"Apa yang k- ..."

Cup

"ARASHI!"

Bletak

"Aduh~"

DRABBLE | Knights [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang