chapter 6

20 4 0
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasanya, sekarang Azura selalu bersama Edrea kemana pun ia pergi. Menjadi rekan berbincang, berdiskusi, dan lainnya. Azura teman yang baik. Dia juga pendengar sekaligus penasihat yang baik. Jika Edrea mengalami masalah Azura adalah satu-satunya orang yang selalu menemani Edrea mencari jalan keluar.

Hari ini Edrea berencana mengunjungi rumah Azura. Seminggu yang lalu Azura sudah mengunjungi rumah Edrea, bertemu dengan ibu Edrea, berbincang.

Bel pulang berbunyi. Edrea mengemasi buku-bukunya ke dalam tas.

"Makin hari kamu dan Azura sepertinya makin menempel saja" Geysa tertawa . Menggoda.
"Diamlah, oh ya Gey apa kamu ingin ikut bersama kami?" Tanya Edrea.
Gey bergegas menggeleng. "Aku tidak mau mengganggu kalian" Ia tertawa kembali.

"Hust! Dasar! Menyebalkan!" Edrea mendengus. Memutar bola matanya.

"Pulang sekarang?" Tanya Azura sambil menggandeng tas hitamnya. " Oh ya aku punya sesuatu untukmu."

"Wahhh, benarkah? Coba mana tunjukan sekarang." Ia menjulurkan tangannya pada Azura.
"Nanti saja"

"Sekarang! Ayo mana."Edrea mendekatkan telapak tangannya ke wajah Azura.
Azura tertawa kecil. Lantas mengeluarkan kotak persegi berwarna biru dengan pita biru tua.
"Eh, ini aku hanya ingin memberikan ini," Ucapnya.

Edrea tersenyum merih kota itu. Bergegas membukanya, baru kali ini dia di beri hadiah oleh seorang pria. "Apa ini?"

"Bukalah, jangan banyak bertanya," Edrea tertawa dia membuka kotak itu. Dan isinya sebuah liontin berwarna biru.
"Waw, ini untukku? Bagus sekali terimakasih," Edrea bergegas mengenakan liontin itu. Azura mengangguk.
"Kamu menyukainya?" Tanya Azura.

"Sangat, ngomong-ngomong dalam rangka apa kamu memberi hadiah ini?"

"Tidak ada, hanya sebagai tanda pertemanan kita,"Edrea mengangguk. Dia masih saja menatap liontin biru itu.

____________

Akhir-akhir ini hujan suka sekali berkunjung. Pagi, siang, sore, hingga malam tanpa henti. Membuat semua orang harus membekali diri dengan payung dan jas hujan.

Mereka akhirnya sampai di depan rumah Azura. Rumah dengan cat oranye. Begitu asri banyak tanaman hias yang di tanami di halaman rumahnya. Rumah Azura terbilang sederhana.
"Apa kamu tinggal sendiri di sini?" Tanya Edrea. Azura menggeleng lantas menunjuk seorang wanita paruh baya dan seorang laki-laki tua yang sedang membersihkan pekarangan rumah.

"Mereka orang tua angkatku" Ucap Azura. Mereka lantas mendekati kedua orang tua tersebut.

"Eh Azura ini siapa?" Tanya wanita paruh baya.

"Teman Azura bu, namanya Edrea rumahnya di Komplek seberang sana" Wanita itu memberi senyuman pada Edrea. Lantas dibalas anggukan oleh Edrea.
"Ayo masuk," Ajak Azura.

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Ruang tamu di rumah Azura di desain dengan model klasik. Lukisan-lukisan indah, vas bunga semuanya antik. Edrea menyukai barang antik.

"Kita ke ruangan atas" Ucap Azura. Mereka menaiki sebuah tangga pualam agar bisa ke lantai atas. Mata biru Edrea tak henti memperhatikan sekitar. Rambutnya diikat satu dengan sedikit rambut yang terurai di dekat matanya dengan tas yang masih di punggung. Ia mengikuti Azura. Derap langkah kaki mereka terdengar. Tangga pualam yang tua, membuat suara berdecit.

"Uhuk!" Edrea terbatuk. Di lantai atas berdebu. Sepertinya ini gudang. " Kotor sekali."
"Haha memang sudah lama tidak di rawat, orang tua angkatku malas membersihkannya jadi aku mengajakmu ke sini untuk membantuku membersihkan ruangan ini. Kita bisa memakainya sebagai tempat mengerjakan tugas atau sebagai tempat beristirahat" Kata Azura sambil melepas kain putih yang menutupi sebuah cermin besar.

"Maksudmu kamu ingin menjadikan aku babumu?" Edrea melipat kedua tangannya di depan dada. Azura mengangkat bahu.

"Jika itu yang kamu pikirkan ya terserah intinya bantu aku membersihkan ini nona Rea."

Edrea tertawa. Lantas membuka seluruh kain yang menutupi benda-benda. Semuanya tampak berdebu. Mereka mulai bekerja. Membersihkan debu, menyapu lantai, mengelap kaca, mengepel dan lain lainnya.

Sudah pukul 08.00 malam. "Kamu tidak mau pulang Rea?" Tanya Azura pada Edrea yang sedang melonggarkan dasinya sambil mengipas-ngipas rambutnya yang basah karena peluh.
Edrea menatap jam besar di sudut ruangan. Lantas berdiri.

"Baiklah sepertinya sudah malam, dan tuan rumah sudah mengusirku, aku pulang." Edrea meraih tas birunya, merapikan rambutnya yang acak-acak kan. Azura tersenyum mendengar ucapan Edrea. Ia mengikuti Edrea yang sudah duluan turun dari tangga pualam.

"Hei Edrea, Azura ayo makan malam,"Saut ibunya Azura yang sedang menata meja makan.

"Siapa itu?" Tanya seorang laki-laki tua. Edrea belum sempat berkenalan jadi dia menghampiri laki-laki tua itu dahulu.

"Saya Edrea temannya Azura paman" Ucap Edrea dengan sopan. Laki-laki tua itu tersenyum.

"Gadis yang manis, matamu sangat bagus apa kamu keturunan orang belanda?" Edrea menggeleng.

"Sudahlah Mad kau jangan sok tahu ayo silahkan duduk aku memasak ikan bakar untuk malam ini. Kelihatannya kalian lelah sekali sampai-sampai baju kalian kusut, astaga kenapa kalian tidak mengganti baju terlebih dahulu?"

"Kau sangat cerewet Len! Biarkan mereka menjawab satu-satu pertanyaannya!"

Mereka tertawa. "Maaf mereka memang suka begitu" Bisik Azura. Edrea mengangguk, setidaknya rumah Azura tak sesepi rumah Edrea. Di sini banyak tawa, mereka ramah dan juga baik meski hanya orang tua angkat.

"Hei kenapa kalian masih berdiri ayo duduk" Ajak Mad ayah angkat Azura.

Edrea menggeleng, "Maaf sebelumnya aku harus pulang ibuku pasti khawatir ini sudah malam, lagi pula aku belum minta izin sebelum ke sini."

"Oh baiklah tak apa tapi lain kali kamu harus kemari, cicipi makanan yang ku buat! Ini lezat sekali! Kamu harus mencobanya," Ucap Len.
Edrea tertawa diikuti Azura dan Mad.
"Azura antar dia! Jangan biarkan dia pulang sendiri bahaya"

"Iya bu, ayo Rea sebelum ibuku merepet sebaiknya kita keluar" Ajak Azura. Edrea mengangguk, berpamitan terlebih dahulu lantas keluar.

DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang