Chapter-8

1.5K 171 24
                                    

Pukul tujuh tepat bel sekolah berbunyi,murid-murid mulai bergegas memasuki kelas. sama seperti hari-hari biasanya,sebelum pelajaran dimulai diadakan kegiatan literasi selama lima belas menit. Para siswa dibebaskan membaca buku yang mereka suka.

Tapi seperti disekolah kebanyakan ada saja siswa yang tidak melaksanakan kegiatan yang suda diatur.

Seperti dikelas Rafi saat ini contohnya,tidak sedikit siswa yang memanfaatkan waktu literasi ini untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang belum selesai.

Rafi yang notabenenya tadi pagi tidak menjadwal buku dengan benar sekarang harus buru-buru menyalin PR milik temannya.

Disaat yang sama Ia juga kebingungan, kenapa sampai saat ini Reno belum datang kesekolah.

Ah urusan Reno bisa ia urus nanti,saat ini pr yang belum ia kerjakan lebih penting.

"Hei,nama lu Eirill kan? gue boleh minjem pr lu ngga? Plis banget,gue butuh." Pinta Rafi pada teman perempuan yang duduk dibelakangnya.

Dengan malu-malu perempuan yang dimintai tolong Rafi itu memberikan pr-nya.

"I...ini."

"Thanks ya!" ucap Rafi yang disertai senyuman spontan.

Tanpa disadari Rafi,senyuman yang ia sunggingkan saat itu mampu membuat wajah Eirill memerah hingga ketelinga. Teman sebangku Eirill hanya ber cie-cie ria, melihat reaksi Eirill yang tanpa disengaja Rafi buat.

Dengan tenang Rafi mulai mengerjakan pr nya.
.

.


.

Rafi POV

"Vuaahh... akhirnya selesai juga."

Untung aja,gue selesai tepat waktu.

Pas banget gurunya baru masuk kelas.

"Eirill nih pr lu,makasih ya udah minjemin gue."

"I...iya sama-sama fi."

"Lu sakit? Muka lu merah gitu."

Ini cewe baik-baik ajakan?

Gue spontan mendekatkan tangan gue ke-keningnya.

Eits! Jangan salah. Gue ngga bermaksud modus loh ya.

Tapi gue bingung kenapa muka ni cewe merah banget.

Disaat gue lagi menempelkan tangan gw dikeningnya,saat itu juga gue merasakan ada aura-aura yang mengerikan diruangan ini.

Anjirr,perasaan apa lagi ini gustii.

Kenapa tiba-tiba gue jadi merinding.

Tiba-tiba gue mendengar suara yang tak asing angkat suara.

"Permisi pak saya Bhima dari OSIS mohon izin ingin memanggil Rafi Maulana Gentara."

Anjrit tuh orang ngapain disiniii...

Parahnya lagi, ngapain dia manggil gue bangsatt.

"Ah,kamu nak Bhima. iya silahkan,Rafi silahkan ikut nak Bhima." guru gue berucap dengan santainya.

Anjir lah pak, biasanya aja bapak ngga ngebolehin muridnya keluar kelas.

Sedangkan Bhima yang manggil kenapa dibolehin sih.. :")

"Ah,baik pak. Saya mohon izin." Ucap gue sambil berdiri meninggalkan meja gue.

Dan hanya dijawab Anggukan oleh guru gue.

Sekilas gue menengok kearah meja Eirill.

Eh? Kenapa dia menutupi wajahnya?

Tadi saat gue periksa suhu tubuhnya sepertinya normal kok. Dan kenapa teman sebangku Eirill hanya terus tersenyum? Temanmu itu sakit loh!

Our Love Is... [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang