Chapter-9

1.3K 165 28
                                    

Sesampainya dirumah Reno, Rafi dan Bhima segera turun dari motor.

“Rafi!”

“Apaan anjir?”

Bhima berjalan mendekati Rafi.

Tangan Bhima dengan lembut menyentuh wajah Rafi.

Reflek Rafi menutup mata.

Duh dia mau ngapain gustii.

"Klik"

“Helm lu belum dilepas,kenapa buru-buru banget sih?”

“Hah? O..oh iya lupa gue,thanks.”

Bhima mengangguk sebagai jawaban.

Anjirr dasar otak laknat.Rafi, mikirin apa lu barusan?!

“Rafi,gue harap lu ngga menunjukan ekspresi bingung itu pada siapapun.” Gumam Bhima.

“Y..ya? Lu ngomong apa barusan.”

“Oh,lupakan.”

“Eumm,ok?”

Setelah perbincangan singkat itu Rafi berjalan menuju pintu depan rumah Reno.

Rumah Reno tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil,hanya rumah biasa yang bertema minimalis yang dicat abu-abu. Dihalaman depan terdapat pohon yang sangat rindang. Membuat suasana rumah bernuansa minimalis itu sejuk. Diterasnya ditaruh dua buah kursi dan meja yang minimalis berwarna putih abu-abu.

Sepi. Itu satu kata yang terlintas dibenak Bhima saat pertama kali mengunjungi rumah Reno.

Rumah bernuansa minimalis itu benar-benar sepi.

“Bhima,gue mohon sama lu ketika kita didalam nanti apapun kondisinya gue harap lu bisa terima.” Peringat Rafi pada Bhima.

“As you wish.” Jawab Bhima dengan senyuman.

Sial,senyuman bodoh itu lagi! Woy jantung!gue mohon lu jangan berisik!

Dengan hati-hati Rafi menekan tombol bel dirumah itu.

Satu kali.

Dua kali.

Tiga kali.

Tak ada jawaban,yang didapati hanyalah keheningan yang sama.

Karena tau kemungkinan apa yang terjadi.

Dengan tergesa Rafi berlari kearah belakang rumah Reno diikuti Bhima tentunya.

Sampai dihalaman belakang Rafi mencari tongkat baseball yang Reno tinggalkan jaga-jaga untuk keadaan “darurat”

Ah! Ketemu.

“Bhima menjaulah dari jendela,gue bakal mecahin jendela.”

“Baikl… Tunggu Rafi, biar gue aja!”

“Ugh… terserah. Tapi cepatlah!”

Prangg!!!

Dengan cepat Bhima masuk kedalam rumah disusul dengan Rafi.

“Akh!”

Tanpa sengaja Rafi menginjak serpihan kaca yang pecah sehingga membuat kakinya berdarah.

Bhima yang melihat itu sigap menggendong Rafi ala bridal.

“Woy anjing ini bukan saatnya bercanda! Turunin gue Bhima bego!”

“Gue mohon Rafi,perhatikan langkah lu. Sekarang urusan Reno serahin sama gue. Lu tunggu disini dan jangan kemana-mana.” Mohon Bhima dengan tegas.

Our Love Is... [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang