Whip fast without hesitation
Turn the steering wheel more
Floating body is like a roller coaster
Press the accelerator like exploding
We outta control yah yah
We won't stop the racing till it's over yah"Woy Jinan!" teriak Sagara sahabat Jinandara Aksara sembari menarik airpods di telinga kanan lelaki yang tidak menggubrisnyan sejak bel istirahat berkumandang
"Janc*k, apaan sih?" bentak lelaki yang lebih sering dipanggil Jinan oleh teman-temannya.
"Kon mesti galak. Ayo nang kantin! Wes jam istirahat iki," seru Sagara, tidak mempedulikan teriakan Jinan barusan.
(Kamu mesti galak. Ayo ke kantin! Udah jam istirahat ini.)
"Kon ae kono sing metu, ora luwe aku," balas Jinan dengan tangan menengadah, meminta Sagara untuk mengembalikan airpords miliknya.
(Kamu aja sana yang pergi, ga lapar aku.)
Sagara mengembalikan barang milik Jinan tersebut dengan bibir mengerucut. Setelahnya langsung melangkah keluar kelas sembari sengaja menghentakkan kaki ke lantai, ingin menunjukkan pada Jinan kalau ia tengah kesal.
Jinan hanya mendengus pelan. Lelaki itu memasang kembali aipods ke telinga kanan, membiarkan lagu dari boy group Korea Selatan berjudul Ridin' itu mengalun di otaknya.
Jinan bukan penggemar lagu atau apapun yang berbau Korea, hanya saja lagu yang dia repeat di aplikasi Spotify ini terdengar adiktif. Tanpa perlu mengerti makna lagu tersebut, Jinan dengan santai mengetukkan kakinya ke lantai. Lalu memutuskan untuk menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Tidur sebentar tidak masalah bukan?
Akan jadi masalah kalau kebablas melewati jam istirahat. Bel sudah berkumandang, tanda bahwa jam pelajaran kelima akan berlangsung. Namun Jinan masih pulas, bahkan goyangan Sagara pada tubuhnya tidak menstimulus lelaki itu untuk bangun dari tidur gantengnya.
Lemparan tepat di kepala lah yang mampu membangunkan Jinan. Guru mata pelajaran Fisika bernama Darius adalah orang yang melempari penghapus papan ke kepala Jinan karena tidur bahkan sebelum pelajaran dimulai.
Jinan segera bangun, melepas airpods dan memasukkannya ke dalam kolong meja sembari meminta maaf kepada Darius.
"Jinandara, walaupun kamu selalu ranking satu pararel, bukan berarti kamu bisa tidur di kelas saya. Begitupun di kelas guru-guru yang lain. Dua minggu lagi ujian nasional, jangan malas-malasan kamu," tegur Darius.
"Iya baik pak," balas Jinan.
"Oke! Kalau begitu hari ini saya akan umumkan hasil ujian akhir semester sekaligus hasil ujian sekolah," lanjut Darius, yang membuat sebagian murid mendengus malas.
"Tenang, tenang! Nilai kalian tidak pernah mengecewakan. Ga salah kelas MIA 1 selalu menjadi kebanggaan sekolah," ucap Darius menenangkan suasana kelas yang mendadak ricuh.
"As always! Jinandara, you got one hundred for the final exam and and ninety seven untuk ujian sekolah,"
Tepuk tangan pun menggema ke penjuru kelas, bahkan mungkin bisa terdengar hingga ke kelas sebelah. Jisung hanya tersenyum simpul saat mendengar nilainya disebutkan.
"Sagara, kamu dapat sembilan puluh lima dan sembilan puluh tiga,"
"Congratulation bro!" puji Sagara sembari mengacungkan jempol.
"You are not bad too!" puji Jinan kembali.
Kelas MIA 1, baik di angkatan kelas sepuluh, sebelas, maupun dua belas, selalu berisikan dengan anak-anak otak cerdas di mana mendapatkan nilai sembilan puluh ke atas adalah hal normal. Kalau di jurusan sebelah, kelas IIS 1 juga berisikan anak-anak otak cerdas. Dalam bersilat lidah lebih tepatnya. Selain sering mendapatkan nilai bagus, mereka juga pintar dalam bernegosiasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
trash life | yunasung ✔
General Fictioncover by @lazynim orang dewasa selalu menganggap bahwa remaja hanyalah sekumpulan anak kecil yang menua tanpa mengetahui bagaimana kerasnya hidup, tanpa melihat kemungkinan lain bahwa kehidupan remaja bisa jadi lebih menyeramkan dari yang mereka bay...