a - across

1.3K 193 26
                                    

Yuna masih menangisi nasibnya yang semakin tidak jelas setiap waktu bergerak mendekati jam tujuh malam, waktu perjanjian Dayana dengan klien yang rupanya saja Yuna tidak tahu.

Dia tidak ingin tahu. Inginnya adalah kabur sesegera mungkin dari ruangan tersebut. Tapi Yuna tidak bisa menolak titah ibunya. Dalam hati mengeluh mengapa ia harus lahir ke dunia untuk menjalani hidup seberat ini. Sebesar apa dosa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga harus menanggung karma seperti ini?

Belum jam tujuh, pintu ruangan terbuka lima belas menit sebelumnya. Melihat kaki seorang pria membuat tangisan Yuna makin kencang. Kenapa klien Dayana datang lebih cepat? Apakah ini akhir bagi Yuna?

"Kamu ngapain di sini?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut pria itu membuat Yuna menjengit. Sembari menghapus air matanya Yuna mendongak guna menatap wajah pemilik suara.

Betapa terkejutnya Yuna saat mendapati bukan pria hidung belang yang sudah berumur atau pria semacam sugar daddy ganteng yang sering Liana ceritakan setiap gadis itu selesai menonton drama, melainkan lelaki seumurannya yang Yuna tahu betul sosoknya.

Jinandara Aksara.

Siapa yang tidak tahu lelaki itu? Semua murid di SMA Negeri 25 pasti tahu mengenai murid terpintar penyandang gelar ranking satu paralel di setiap semester. Selain pintar, Jinan juga terkenal sebagai ace tim futsal sekolah. Apalagi dengan jumlah fans perempuan yang banyak, Jinan yang terkenal dingin itu tentu terkenal hingga penjuru sekolah.

Yuna membatin, apakah Jinan yang terlihat seperti remaja pada umumnya ini suka melakukan hubungan seksual di luar bahtera pernikahan seperti ini? Tangan Yuna otomatis memeluk tubuhnya sendiri.

"Ngapain sih kamu? Saya ga bakal nyentuh kamu. Lagian ngapain juga kamu pakai baju minim gini?" sungut Jinan, membuka jaket yang ia kenakan lalu menggantungkannya pada bahu Yuna.

"Makasih kak Jinan," balas Yuna spontan.

"Oh, kamu sekolah di dua lima juga ya? Kelas berapa? Kok bisa di sini? Kerja?" tanya Jinan saat namanya disebut oleh gadis itu, berarti Jinan tidak perlu repot untuk memperkenalkan namanya.

"XI MIA 5. Dipaksa ibu tadi, baru hari pertama," sahut Yuna pelan.

"Eh? Kamu anaknya tante Dayana?"

Tentu saja Jinan kenal Dayana yang merupakan pacar Jwara, yang membuat Jinan biasa melakukan transaksi di gedung karaoke itu. Tapi lelaki itu tidak pernah tahu kalau Dayana mempunyai seorang putri. Jwara tidak pernah menceritakan perihal hubungan asmaranya, dan Jinan juga tidak memiliki ketertarikan hingga perlu mempertanyakan privasi Jwara.

"Kakak kenal ibu?" tanya Yuna.

"Kenal. Aku sering ke sini, urusan bisnis," balas Jinan sekadarnya.

Pintu ruangan terbuka tiba-tiba saat keduanya mengobrol, memunculkan Jwara dengan klien yang sudah lama Jinan nantikan kehadirannya.

Jwara menutup pintu dan langsung membuat klien berlutut di hadapan Jinan yang kini berdiri, menghalangi pandang Yuna untuk melihat dua orang di hadapan si lelaki.

"Wow! Kon isok nyewa cewek nang kene, tapi bayar hutang ga isok. Duit teko endi? Nyolong a?" sembur Jinan.

(Wow! Kamu bisa sewa perempuan di sini, tapi bayar hutang ga bisa. Uang dari mana? Nyuri ya?)

"Sepurane Nan, aku jek nyari duit iki," ucap klien bernama Birawan itu beralasan.

(Maaf Nan, aku masih nyari uang ini.)

"Kalau emang niat nyari duit ya jangan sewa cewek! Balekno dhisik duitku, ya opo?" bentak Jinan sembari menggenggam dagu Birawan.

(Balikin dulu uangku, gimana?)

trash life | yunasung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang