Kobaran api melahap mobil milik Jinan. Sang pemilik sudah berjalan menjauh bersama gadis yang ikut serta dalam rencana gila Jinan. Panasnya masih terasa di belakang punggung mereka. Tapi mereka tak bisa menoleh sedikit pun kebelakang.
Mereka harus cepat pergi sebelum pihak berwajib mengetahui keberadaan mereka. Tak mereka pedulikan apakah akan ada orang yang datang untuk menghentikan kobaran api apabila mendengar suara ledakan yang terjadi beberapa menit lalu.
Berjalan melalui semak belukar, Jinan dan Yuna tiba di pinggir pantai. Netra mereka sama-sama tertuju pada kapal nelayan yang akan mereka gunakan untuk kabur.
"Saya temannya Smith."
Jinan hanya perlu menyebut satu nama, bawahan si nelayan langsung membantu keduanya. Mereka lalu diberitahu kalau lewat dari subuh mereka harus pindah dari dek ke gudang penyimpanan bawah. Istilah lebih gampangnya, bersembunyi. Karena kalau siang hari biasanya polisi akan berpatroli di laut, baik di perairan Indonesia maupun di perairan Australia.
Si nelayan adalah partner kerja Smith, teman Jinan di Australia, yang merupakan pewaris perusahaan sardin terbesar di Australia Barat. Yang dibelakang juga memiliki bisnis kotor seperti Jinan, menjual obat-obatan terlarang.
Malam pun keduanya habiskan dengan menatap bulan dan bintang. Yuna tidak lagi menangis hari ini. Pasalnya sejak Dayana meninggal, kerjaan Yuna hanya menangis setiap malam. Bahkan saat perjalanan darat dari Surabaya ke Kupang, hanya itu kegiatan yang bisa Yuna lakukan.
Menyesali perbuatannya karena membunuh ibu kandungnya sendiri.
"Tumben ga nangis Ra," celetuk Jinan.
"Hmm capek. Ngapain aku nangis buat sesuatu yang udah lewat kak, ga guna juga," balas Yuna.
"Kan dari awal aku yang menyetujui. Jadi harusnya aku ga boleh nangis. Pilihanku kan begitu biar aku bisa kabur. Walaupun harus jadi buron akhirnya," lanjut Yuna.
Entah gerangan apa yang merasuki Jinan, lelaki itu menarik Yuna dalam pelukannya. Mengelus punggung si gadis sebagai bentuk penenang.
Semua badai itu mulanya dari Jinan, maka dari itu ia mengemban tanggung jawab pada Yuna. Selalu berada di samping gadis itu akan menjadi prioritasnya selain menimba ilmu ketika mereka sudah settle di tempat baru.
"Kamu ga usah takut, aku bakal ada buat kamu kok. Aku ga bakal kemana-mana," ucap Jinan.
Yuna mendorong tubuh Jinan pelan. "Kita kan punya kehidupan masing-masing."
"Well, I've decided to spend the rest of my life with you. Isn't it sounds great?"
"We don't love each other. Why would we stay together then?"
"Love could be grown. Toh ga perlu cinta pun, kita bisa ngelakuin ini."
Yang selanjutnya Jinan lakukan adalah menempelkan bibirnya pada bibir Yuna. Menjauh sebentar untuk kembali. Berulang kali hingga lumatan pada bibir atas dan bibir bawah Yuna yang lelaki itu perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
trash life | yunasung ✔
General Fictioncover by @lazynim orang dewasa selalu menganggap bahwa remaja hanyalah sekumpulan anak kecil yang menua tanpa mengetahui bagaimana kerasnya hidup, tanpa melihat kemungkinan lain bahwa kehidupan remaja bisa jadi lebih menyeramkan dari yang mereka bay...