Dewa Persahabatan

100 12 2
                                    

Tugas Dewa adalah melindungi dan itu yang dilakukan Dewa padaku. Sahabat kecilku itu sangat nakal, suka menggigit tanganku yang kecil ini. Tetapi walaupun dia nakal, Dewa sangat melidungiku. Suatu saat dia pergi, lama sekali hampir 6 tahun tidak bertemu hingga akhirnya Ayah ditugaskan di tempat yang sama dengan tempat tinggal Dewa.
Membayangkan bisa bertemu dengan Dewa yang dewasa, ingin memeluk badannya yang kini sudah tumbuh besar, malahan aku sudah membuat rencana ingin pergi bersama Dewa. Menatap bulan, bermain, bersender di bahu kecilnya merupakan keinginan sederhana ketika bertemu dengannya. Itu semua hanya keinginan sebab Tuhan merebut Dewa dariku. Dewa tewas dalam kecelakaan saat aku mulai berhasil bertemu dengannya.

"Jangan pergi ya kak Dewa."

"Tapi Rasya, bumi terus berputar dan segala sesuatu akan datang dan pergi sesuai waktunya."

"Pokoknya gak boleh pergi. Gak ada alasan sedikitpun untuk kak Dewa pergi ninggalin Rasya."

"Nanti suatu saat ketika Rasya sudah tumbuh menjadi perempuan cantik, Rasya bakal ngerti tentang alasan-alasan ketika seseorang memilih pergi."

Dari situ aku mencari sosok Dewa ditubuh orang lain dan aku menemukannya di tubuh Malviano. Ya, aku dengan Malviano bermula dari kata persahabatan.
Satuhal yang aku tau, persahabatan dengan Malviano itu berbeda. Persahabatan Dewa dengan aku saat masih kecil adalah murni, tidak ada rasa ingin memiliki, tidak ada rasa cemburu, hanya ada perasaan ingin melindungi. Lain halnya ketika bersahabat dengan Malviano, perasaan itu tumbuh seiring berjalannya waktu, rasa ingin memiliki, ingin berlama lama dengannya. Memang virus merah jambu yang satu ini membuat kami berdua tak tentu arah, seperti sedang berpetualang tanpa menggunakan kompas.

"Malviano, sekarang kita bersahabat. Ceritakan apa yang ingin kami ceritakan, jangan ada yang disembunyikan dari aku ya"

"Iya Rasya. Ayo kita berjanji tentang satu hal."

"Tentang apa?"

"Tentang perasaan dan jangan berpacaran dengan siapapun ketika kita bersahabat."

"Baiklah, aku juga sepakat tentang hal itu."

Aku dan Malviano menyatukan jari kelingking, menyepakati tentang hal itu. Tapi sekali lagi takdir suka sekali bercandakan, jadi mari kita liat siapa yang melanggar janji tersebut.

Setelah Tidak Dengan MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang