Seharusnya Tidak Serumit Ini

169 96 64
                                    


Pikiran afri semakin terganggu. Namun ia berusaha mengontrol diri untuk tetap tenang berada dalam percakapan di atas motor itu.

"oh kampus mana ky? Jurusannya apa?"

"yang kampus tembalang. jurusannya... hmm kelautan.. eh perikanan.. eh apa yaa. Antara dua itu pokoknya" resky bernada ragu

Afri menelan ludah. Setelahnya ia menghela nafas panjang. Sedangkan resky asik memandangi jalanan di kanan kirinya.

"loh FPIK maksud lo? sefakultas sama gue dong berarti" afri singkat namun pikirannya sudah tak sabar untuk mengetahui jawaban akhir dari resky.

"oh ya?" nada resky antusias

Afri memberanikan diri bertanya pada Resky. Ia harus membayar terkejut dan rasa penasarannya detik itu juga "siapa nama temen lo?"

"Indri fri. Indri Putri Nitisara. Kenal?"

Terjawab sudah....

Tangan kanannya reflek kendur. Sehingga motor yang sedang Ia kendarai di jalur kanan, berkurang kecepatannya.

Benar kata manusia. Dunia ini sempit.

Benar kata manusia. Dunia ini perihal sebab akibat

Sebegitu tak adilkah semesta pada Afri?

Harus memberi jalan padanya melalui perantara seperti ini?

Setelah sekian lama seseorang yang Ia kagumi seperti hilang ditenggelamkan lautan.

Mengapa harus rumit melalui orang lain? Jika semestinya lebih mudah mendapat sebaris pesan

*TIIN...TIIN...* suara klakson kendaraan di belakang saling protes

"woy fri, kalau mau pelan di jalur kiri aja" Resky ikutan

Afri tersadar, Ia langsung me-riting ke kiri.

.....

"eh frii" resky memanggil. "hah apa?" sahut afri.

"lu belom jawab pertanyaan gue yang tadi" tagihnya

"ooh iya iya kenal kok. Tapi beda prodi sama gue. Dia dulu panitia ospek, jaman gue jadi mahasiswa baru" Afri jawab tergesa.

Resky kebingungan, akhirnya hanya merespon jawaban afri dengan berguman disertai anggukan.

Walau hati dan pikiran masih kacau, Afri berusaha mengumpulkan konsentrasinya saat mengemudi, dengan cara sigap menanyakan kepada resky jalan mana yang harus dipilih perihal 50 meter didepan terdapat persimpangan jalan. Sekaligus sengaja memberhentikan topik mengenai teman angkatan nya, dan berniat akan melanjutkan ketika Ia dapat menatap mata Resky langsung.

Perjalanan yang telah berlangsung 50 menit tersebut, diakhiri dengan berhenti di depan sebuah pagar kayu yang cukup besar. Resky turun dari motor dan membuka pagar dengan susah payah. Afri turun dan ikut membantu.

Setelah pagar berhasil dibuka, seketika mata afri berbinar. Sebuah rumah yang penuh kaca, Sehingga berbagai coffee machine beserta mini roaster dapat tembus pandang.

Resky hanya tertawa ringan melihat raut afri yang mudah ditebak.

Setelah afri memarkirkan motor dengan sempurna, ia menatap resky yang jalannya lebih dulu dengan semangat menuju kedalam sebuah rumah yang bernuansa khas Bali. Di dalamnya sudah ada 3 orang pemuda yang berjajar siap menyambut. lalu afri mulai jalan perlahan ke dalam rumah dengan bangunan yang masih berlandaskan pada Bali Tradisional, memiliki tiga area horizontal (Utama, Madya, Nista). Beberapa Pilar penghias rumah diramaikan oleh berbagai ukiran yang membuat mata teduh memandangnya. Temboknya berbatu abu kokoh. Namun di dalamnya sesempurna itu bagi pecinta kopi.

Senja Penuntun PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang