Langkah Awal

348 136 56
                                    

21 juni 2016. 22:05

Stasiun Semarang Tawang hari ini cukup ramai dengan kebanyakan penumpang yang akan melakukan tujuan ke arah timur, bulan ramadhan ini tak mengurungkan niat para manusia untuk bepergian jauh. Termasuk afri yang sudah menunggu kereta Harina sejak 30 menit yang lalu. Tak lama kereta mulai memasuki jalur satu dari arah barat. 

Tiket yang digenggam afri menunjukkan gerbong 1 eksekutif , sehingga ia harus menenteng badan beserta 1 koper nya untuk berjalan kedepan. Setelah menempati tempat duduk sesuai dengan yang tertera di tiket, 10 menit kemudian kereta pun mulai membunyikan Semboyan 35 nya sebagai tanda berangkat meninggalkan Stasiun Semarang Tawang. Afri yang sangat menikmati perjalanan, sengaja membuka notes kecil nya dan mulai mengekspresikan bahagianya bepergian sendiri untuk pertama kalinya sembari menyimpan harapan penuh akan bertemu dengan idolanya, panutannya, perempuan yang ia kagumi, tak lain adalah seniornya sendiri di dunia perkuliahannya. 

Indri Putri Nitisara.

Memang memberikan animo sendiri di hati afri. Perempuan yang berasal dari Pulau Dewata Bali, kelahiran virgo 1995 telah berhasil menghipnotis afri. Kenangan yang berhasil tercipta walau setitik bersama sang idola, melekat sudah di benaknya. 

Namun

Semesta yang kian hari kian tidak berpihak pada niat afri untuk dapat mengenal lebih jauh tentang Indri, harus ditelan pahit. Indri hilang dari pandangannya. Afri hilang arah. Sulit menemukan jalan pulang. Ratusan senja telah dilewati. Sulit menemukan titik terang mengapa Indri undur diri dari hadapan Afri. 

Aku tak bisa bohong

Kau adalah yang terindah

Diantara baris warna pelangi setelah hujan

Tapi

Aku tak bisa bohong

Kecewa ku telah bertumpuk tebal

Diantara awan mendung sebelum badai

Salah siapa?

Aku yang terlalu berlebihan padamu

Kamu yang terlalu bungkam padaku

Kepala Stasiun Surabaya Pasar Turi telah siap berdiri di samping jalur 3, menyambut datangnya kereta api harina dari arah barat. Afri yang pegal karena 6 jam di kereta terus menerus menempelkan tubuhnya di kursi, jalannya agak tergopoh gopoh. Pandangan masih sedikit kabur karena saat sahur ia tak makan dengan heboh. Beberapa menit kemudian setelahnya  tepat adzan subuh berkumandang. Sebagai pertanda dimulainya ibadah puasa pada pagibuta ini. Segera kaki nya melangkah menuju musholla yang berada di sudut stasiun. Memanjatkan beberapa doa lalu diaminkan paling serius.

22 juni 2016. 06:15

Perjalanannya disambung ke Bandar Udara International Juanda Surabaya menggunakan layanan taksi online. 

Sesampainya disana proses check in sesegera mungkin dilakukan. Lalu Afri berjalan menuju waiting room, ia sendiri sadar bahwa masih ada sisa 90 menit lagi untuk boarding. Pukul 06:30 di Bandara Juanda masih cukup sepi karena penerbangan untuk maskapai LCC itu belum terlalu banyak. Kursi kursi dengan pemandangan runway masih banyak yang belum terisi. Dengan leluasa nya afri memilih duduk dengan spot ternyaman. 

Namun, langit surabaya pagi ini ternyata tak senyaman mata afri memandangi nya. Langit tak menampakkan matahari yang seharusnya sudah siap menerangi bumi. Ia kalah dengan awan gelap nan menggumpal. Hujan turun dari awalnya malu-malu , hingga sangat berani ramai ramai jatuh ke bumi. Tangan afri mulai dingin. Dingin karena pendingin di ruang boarding semakin hebat karena hujan diluar, dan dingin karena ia agak takut harus terbang dengan kondisi seperti ini yang di udara nanti pastinya akan turbulance. 

Senja Penuntun PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang