21:20 WIB
Baik Lani maupun Galih saling hening di atas motor. Diam tanpa bahasa. Pisang bakar keju yang telah berhasil dibeli pun, mengikat longgar di jari Lani. Galih selaku yang mengemudikan roda dua pun kerap kali tidak sadar menabrak lubang di jalan.
Keduanya kacau tak berarah. Perihal apa yang mereka lihat. Nyatanya tak sesuai dengan apa yang mereka kira saat beberapa jam yang lalu. Saat dimana mereka dengan menggebu gebu membahas sosok Nia sang perebut suami orang. Dan kini hanya lamunan disertai otak yang penuh dengan keheranan membumbui diri mereka.
Lampu jalanan yang berwarna kuning mengkilap menyelipkan dirinya diantara pepohonan, dengan setia menemani suasana hati Lani dan Galih yang dibuntuti rasa bingung karna telah keliru akan rumor Nia, yang ternyata semakin parah ini.
Pikir mereka, dengan apa yang telah terlihat nantinya akan menjadi kapur. Memperkeruh air yang sebelumnya saja sudah jauh dari kata "jernih". Pikir mereka, sebelumnya pasti ada manusia manusia lain yang telah menyaksikan.
Ini seperti tembakan perang yang siap menggempur dunia Tembalang dengan gosip baru mengenai diri Nia.
Belahan dunia bagian mana yang dapat menerima kelakuan Nia?
Selanjutnya tanpa aba aba, mereka pun kompak memikirkan bagaimana respon Afri dan Pijan ketika nantinya mengetahui ini.
Terlebih Afri.
Lani dan Galih sangat paham bahwa Afri lah yang paling sensitif perkara ini. Karna pernah berada dalam 1 tim dengan Nia dan sampai kapan pun tak mungkin ada istilah "putus 1 tim". Yang ada hanyalah "mantan 1 tim". Perbuatan buruk Nia pastinya akan selalu terekam di otak Afri.
"Gal... Masa iya sih ka Nia separah itu?" Lani memulai
"Mas Listyo pasti pelampiasan ka Nia doang lan" Galih berpendapat.
Lani terdiam. Memahami bahwa pendapat Galih sebetulnya belum lengkap.
"Ga mungkin bisa secepat itu abis putus sama suami orang langsung balikan sama mantannya yaitu mas Listyo" Galih menuntaskan
"Kok bisa udahan yaa sama si cowo yang suami orang itu?" Lani bertanya polos. "Ketauan mungkin Lan sama istrinya. Trus jadi ancur deh mereka" Galih membalas
"Tapi bisa aja ga sih ka Nia tuh awalnya gatau kalau si cowo ini udah punya istri? Trus pas udah tau baru deh ancur" Kali ini giliran Lani yang berpendapat. Membuat Galih cukup berpikir keras karna memang bisa saja pendapat Lani benar. Namun Galih tak berani berkata setuju atau tidak. Ia hanya mengangkat kedua bahunya, dan berkata..
"Yang jelas Mas Listyo adalah orang yang dibentak sama ka Nia di telfon saat di rumah sakit tadi. Bukan si cowo suami orang itu . Dan yang dimaksud "DIA" adalah temennya mas Listyo. Kita berempat salah memprediksi"
Lani masih menolak untuk berdamai dengan pikiran negatifnya "Tapi tetep aja sih bagaimanapun awal ceritanya, menurut gua ka Nia parah banget. Iso iso ne gosip pelakor masih menjalar, tapi udah balikan sama Mas Listyo. Fix jadi omongan se jurusan sih ini"
Setelah mereka selesai saling bertukar pendapat, Lani dan Galih akhirnya sepakat untuk lebih baik tidak menceritakan hal ini kepada Afri. Mereka sepakat untuk menyimpan hal ini baik baik. Karna mereka tidak mau membuat Afri dendam pada Nia berlarut larut. Pun bila Afri tau, dapat dipastikan itu bukan dari mulut sahabatnya sendiri
Tepat saat kesepakatan ini selesai dibuat, Lani juga jujur mengemukakan pendapatnya kepada Galih bahwa dia sebenarnya setuju akan feeling Galih perihal Afri yang sepertinya diam diam sedikit menaruh rasa kagum pada Nia, dibalik ketidaksukaannya itu didepan mereka dan Pijan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Penuntun Pulang
Teen FictionSebuah perjalanan yang diakibatkan oleh Aku yang sangat keranjingan oleh pesona mu. Mata elok khas Bali. Delik nya khas Jembrana. Lekuk nya khas Legian. Setelah mengenalmu, Aku menjadi paham bahwa komitmen bukan lagi sekedar ucap. Namun harus tertan...