Semarang, 20:03 WIB (10 Oktober 2016)
Afri, Pijan, Lani dan Galih berkumpul sekedar berbincang di sebuah Angkringan. Terutama Afri yang sangat gatal ingin langsung bercerita tentang Resky pada tiga sisanya.
"DEMI APA LU?! jadi si ka Resky itu sahabatnya ka Indri?" Lani terkejut
"Tapi sumpah deh kok dia bisa bisanya ya Fri bohong sama lu yang kurang dari 24 jam, dia ngaku kalau bukan sekedar temen seangkatan doang sama ka Indri. Tapi sahabatan. Ngaku nya lewat surat pula" Galih ikut heboh.
"Lu hati hati deh sama orang yang baru jadi temen gituu" Lani berpendapat. Lalu oleh Afri langsung dipangkas bahwa Resky adalah orang yang dapat dijadikan teman. Afri menjelaskan bahwa ini bukan perihal Resky orang baik atau orang jahat. Melainkan situasi saat Afri dan Resky bersama, diatur oleh semesta untuk menunjukkan bahwa Resky memiliki hubungan pertemanan baik dengan Indri. Resky pun tidak ada niatan untuk menjelaskan panjang kali lebar bahwa Indri adalah sahabatnya.
Lagi lagi ada campur tangan semesta disini
"Bagi gue yang nyelekit sih pas di foto itu, ada tulisan alamat rumahnya ka Indri. Itu sakit banget sih fri. Posisinya lu udah ga di Bali." kata Pijan yang ikut sendu malam itu.
Afri hanya menaikkan kedua bahunya serentak, sebagai jawaban untuk pernyataan ketiga temannya itu. Afri sudah cukup jelas menyampaikan cerita rumitnya selama di Bali, yang membuat semua sobatnya tak habis pikir.
Selanjutnya ia mengeluarkan titipan oleh oleh Bali yang dipinta oleh Pijan Galih Lani saat Ia disana. Semuanya senang dan saling sahut mengucapkan terimakasih pada Afri.
"Sama samaa. Emang kalian pikir pas kemaren gue bilang ogah beliin, itu betulan? Ya bercanda lah, pasti gue beliin. Kecuali lu pada minta gua bawain bintang di langit, baru ga bisa. Ehe" Afri receh. Berusaha mengalihkan topik yang sungguh kusut ini.
Tak lama pelayan di Angkringan Gendhis mengantarkan teh tawar hangat, es teh, kopi drip, dan air es pesanan empat sekawan itu.
"Fri, lu kaget ga kalau gue berfeeling Ka Resky iri sama Ka Indri? Gue berfeeling juga sejak SMA pertemanan mereka kurang tulus deh" kata Galih seraya membagikan kartu Uno sebagai dimulainya permainan pertama yang sudah menjadi kebiasaan mereka berempat jika sedang kumpul.
Galih mengobrak abrik suasana yang sedang seru itu, ketika Pijan Afri dan Lani matanya tengah fokus memperhatikan kartu uno yang sedang dibagikan Galih. Terutama Pijan yang mulutnya komat kamit berharap dapet kartu bagus.
"Husss! Lu yang engga engga aja deh gal. Mana mungkin iri sama sahabat sendiri!" Lani langsung menyambar. Galih malah tersenyum lebar sebagai respon jawaban untuk Lani.
"hmm sesuai urutan yang diceritain Afri, sejujurnya gue juga ngerasa agak ganjel sih sama omongan ka Resky yang bilang "gue heran akan hal itu" setelah dia menjelaskan bagaimana ka Indri waktu SMA. Dan pas Afri bilang maksudnya apa, ka Resky jawabnya cuma "Gapapa". Yang gua tangkep ka Resky heran kalau orang kayak ka Indri secret admirernya banyak. Begitu" Pijan berpendapat.
"Ini lagi si Jandut bikin tambah ngaco!" Lani makin kesal. Karna Galih dan Pijan seakan tak mengerti suasana hati sahabatnya yang sedang kacau, dan malah ditambah tambahi oleh mereka.
Afri lebih fokus akan pendapat Pijan ketimbang feelingnya Galih. Tatapan Afri langsung serius mengarah ke Pijan.
"bener juga apa kata Pijan" Afri membatin
"woy Fri! Udah ah udah hahaha itu cuma ganjel di hati gue ajaa kok. Ga ada artinya. Ayoo ayoo keluarin kartu lu semua weh." Pijan yang mulai ngeh ditatap dalam oleh Afri, langsung berusaha menyudahi topik. Tangannya segera disibukkan mengatur kartu yang Ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Penuntun Pulang
Novela JuvenilSebuah perjalanan yang diakibatkan oleh Aku yang sangat keranjingan oleh pesona mu. Mata elok khas Bali. Delik nya khas Jembrana. Lekuk nya khas Legian. Setelah mengenalmu, Aku menjadi paham bahwa komitmen bukan lagi sekedar ucap. Namun harus tertan...