11 [Percaya Padaku]

221 4 0
                                    

Aku menunggu mama datang sambil berjalan-jalan di koridor rumah sakit. Paman yang tadi menolong Kak Cherry sudah pamit pergi karena ada urusan, ia sudah selesai mengurus administrasinya. Tiba-tiba saat aku hendak berbalik arah, aku melihat keluargaku datang, aku segera menghampiri mereka.

"Rania, apa yang terjadi?” tanya Mama, kepanikan terpancar dari wajahnya.

"Aku juga tidak tahu, Ma. Aku mencoba menghilang dari kalian, dua hari aku berjuang hidup sendiri, sampai tadi pagi aku menemukan Kak Cherry terbaring di pinggir sungai dengan pakaian yang basah dan tubuhnya penuh luka.” Aku menjelaskan semuanya pada mama.

"Mama tidak percaya, pasti kau yang sengaja mencelakai Cherry 'kan? Tidak tahu diri, Cherry sudah berusaha mencarimu malam itu, ini balasanmu terhadapnya? Dari dulu tidak pernah berubah, kau selalu berusaha mencelakai Kak Cherry.” Kalimat itu terucap dari mulut mama. Bagai petir yang menyambar di siang hari, membuat hatiku terluka untuk ke sekian kalinya. Kapan mama bisa percaya padaku?

"Ma, tolong percaya padaku sekali ini saja, maafkan aku bila aku pernah berbuat salah, Mama boleh benci padaku, tapi tolong dengarkan penjelasanku dulu.” Aku memohon pada mama. Air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mataku, kini mulai menetes, satu persatu jatuh membasahi wajahku.

"Aku tidak berbohong, aku janji kalau ucapanku tidak terbukti aku akan pergi meninggalkan kalian.” Aku melanjutkan ucapanku diiringi isakan-isakan kecil. Tangisku semakin deras.

"Baiklah, kali ini kita tunggu sampai Cherry sadar dan menceritakan semuanya. Kalau ucapanku tidak terbukti, kau harus menepati janjimu.” kata Mama.

Aku mengangguk tanda setuju, berusaha menghapus air mata dengan tanganku. Suasana kembali datar, tidak ada pembicaraan lagi di antara kami. Hanya keheningan yang terasa. Lalu, mama dan papaku dipanggil ke ruangan dokter. Kini hanya tersisa aku dan Kak Risa saja. Kami hanya berjarak beberapa sentimeter, dipisahkan oleh penyangga kursi rumah sakit. Aku memulai pembicaraan.

"Kak Risa.” ucapku memanggil namanya.

"Hmm.." Ia menjawab tanpa menoleh ke arahku.

"Bisa kau ceritakan, apa yang sebelumnya terjadi saat acara itu selesai.” pintaku,

"Tidak, aku tidak mau bicara banyak dengan orang yang telah mencelakai adik kesayanganku.” jawab Kak Risa ketus.

"Kumohon, kali ini saja.” pintaku sekali lagi.

Kak Risa menghela napas panjang dan bercerita, "Semua berawal saat acara itu selesai, kami semua mencarimu-"

"Kalian mencariku, untuk apa? Aku pikir kalian tidak peduli lagi padaku."Aku memotong ucapan Kak Risa.

"Jangan memotong, aku belum selesai bercerita.” marah Kak Risa,

"Oh maaf, yasudah lanjutan.” ucapku

"Kau tiba-tiba menghilang. Hari sudah semakin malam, kami memutuskan untuk pulang tanpamu. Namun, Cherry memaksa untuk tetap mencarimu. Cherry bilang ia tidak akan pulang jika tidak berhasil menemukanmu, ia berjanji akan baik-baik saja. Kami sudah melarangnya, tetapi ia terus memaksa. Kemudian Cherry berlari menaiki angkutan umum yang kemudian melaju begitu saja. Kami berusaha mengejarnya tapi kami kehilangan jejak. Lalu kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Sudah dua hari dihubungi Cherry tidak juga menjawab telepon dari kami, sampai hari ini tiba." Kak Risa menjelaskan semuanya.

Dalam hati, aku merasa bersalah pada Kak Cherry. Ternyata ia begitu peduli padaku, tanpa memikirkan keselamatannya. Aku bisa membayangkan bagaimana Kak Cherry berusaha mencarimu di kegelapan. Ia pasti sangat ketakutan, ia tidak bisa melihat dengan jelas. Mungkin Kak Cherry tidak melihat langkahnya saat berada di sekitar sungai, sehingga ia terpeleset dan kemudian terbawa arus.

Benar kata mama, aku ini adik yang tidak tahu diri. Aku selalu menyusahkan orang lain. 'Maaf' hanya itu yang bisa kukatakan pada Kak Cherry. Tapi kapan aku bisa menyampaikan permintaan maafku.

        Setelah mendapat penanganan oleh pihak medis berupa perawatan di ruang intensif, pemberian tambahan oksigen serta memasang alat bantu napas. Kondisi Kak Cherry mulai membaik.
Beberapa jam kemudian Kak Cherry mulai sadar. Aku dan keluargaku berdiri mengelilingi Kak Cherry yang sedang terbaring lemah. Kami membiarkannya menyesuaikan diri dengan keadaan, ia melihat-lihat keadaan sekeliling ruangan.

Mama mulai bertanya pada Kak Cherry,
"Cherry, apa yang membuatmu menjadi seperti ini?”

Kak Cherry tidak menjawab. Ia hanya memandangi kami selama beberapa detik, kemudian ia memegangi kepala dengan kedua tangannya."Aku tidak ingat siapa diriku, aku tidak ingat semuanya.”

Kami semua terkejut dengan ucapan Kak Cherry. Sepertinya Kak Cherry lupa ingatan. Mama mulai menitikkan air mata."Haruskah kita mulai semua kembali dari awal?”

"Tenang saja, perlahan kita pasti bisa mengembalikan ingatannya bersama.” Papa merangkul bahu mama, berusaha menenangkan.

Lalu mama menatap ke arahku, dan berkata."Kau yang membuat Cherry seperti ini, ucapanmu tidak bisa di buktikan. Lebih baik kau pergi saja!”

"Aku tahu itu Ma, aku akan menepati janjiku. Terima kasih semuanya. Ini surat untuk  Kak Cherry, kuharap dia bisa kembali mengingat semuanya. ” Aku menyerahkan surat itu pada mama, kemudian beranjak pergi dengan penuh air mata.

Mereka akan bahagia jika tanpa aku. Tadi, sesudah mendengar cerita dari Kak Risa, aku sempatkan menulis surat untuk Kak Cherry. Isi surat itu adalah :

Untuk : Kak Cherry
Dari : Rania

Hai Kak Cherry, ini aku adikmu. Mungkin aku tidak pantas disebut sebagai adik. Aku tahu aku selalu menyusahkan orang lain, aku anak yang tidak berguna, aku tidak tahu diri dan tidak tahu terima kasih, aku tidak berharga. Aku hanya pembuat ulah, sang pengacau, perusak kebahagiaan orang lain. Memang seharusnya aku tidak terlahir di keluarga ini. Mungkin kalian lebih bahagia jika tanpa aku. Aku tidak pantas menjadi bagian dari kalian, kalian orang-orang hebat. Sedangkan aku hanya sampah. Itu sebabnya kalian tidak pernah menganggapku.

Seperti kejadian malam itu, melihat kalian disebut sebagai sebuah keluarga tanpa diriku dan disaksikan banyak orang. Rasanya sakit sekali, aku juga bagian dari kalian, aku ingin kalian peduli padaku. Aku juga ingin menjadi seperti Kak Risa dan Kak Cherry. Aku juga ingin mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuaku.

Tapi aku tahu itu semua tidak pantas untuk kurasakan. Aku hanya pembawa sial di keluarga ini. Aku terlalu jauh berbeda. Aku hanya bisa membuat ulah yang memalukan. Tidak seperti kalian yang selalu bisa membuat mama bangga. Malam itu aku pergi, demi kebahagiaan kalian, agar kalian tidak merasa terbebani dengan adanya diriku. Agar aku bisa merasakan kebebasan tanpa rasa sakit saat harus melihat kalian bersama tanpa aku. Agar aku bisa bebas dari celotehan orang-orang yang membandingkanku dengan kedua kakakku.
Aku mencoba hidup tanpa kalian, tapi ternyata tidak semudah yang kubayangkan. Rasanya hambar, kehadiranku selalu ditolak dimana-mana. Mungkin memang takdirku tidak pernah dipedulikan.

Untuk Kak Cherry, aku mengucapkan banyak terima kasih dan permohonan maaf. Terima kasih karena telah berusaha mencariku, terima kasih karena telah peduli padaku, terima kasih karena telah rela berkorban mengalahkan ketakutanmu untukku.

Maaf, selama ini aku belum bisa menjadi adik yang baik untukmu. Maaf, aku selalu mengecewakanmu. Maaf, aku selalu mengabaikan perhatianmu.

Maaf aku baru bisa menyampaikan perasaan ini. Karena aku baru sadar, bahwa selama ini aku yang bersalah. Aku harap kalian tidak melupakanku. Terima kasih karena telah memberiku kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga yang hebat ini. Aku mohon maaf atas semua kesalahan yang telah kuperbuat.

Selamanya, aku akan selalu menyayangi kalian.

Salam,
Rania Velica Edelweis

        Kalian tahu mengapa aku menulis surat itu untuk Kak Cherry? Jawabannya karena aku hanya bisa menyampaikan perasaanku padanya. Ia yang selalu mau mendengarkan perkataanku, selalu membantuku. Walaupun sekarang mungkin ia sudah lupa semuanya, semoga dengan membaca surat itu ingatan Kak Cherry bisa kembali.

Tapi aku sudah berjanji, akan pergi dari mereka. Sudahlah tidak apa-apa yang penting keluargaku bisa utuh kembali.

Pergi Bersama Angin [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang