bab 6

7.2K 333 4
                                    



Happy reading

**

Tak terasa jam pulang kantor telah tiba. Aku harus bergegas menyelesaikan membuat laporan.

"Ran, ayo pulang" ajak Sinta kepadaku.

"Kamu pulang dulu aja sin, aku masih harus selesain laporan. Tanggung tinggal sedikit lagi"

"Oh begitu ya, aku duluan ya buru-buru soalnya"

"Ah iya gak papa, kamu duluan aja, aku bisa pulang sendiri"

"Yaudah aku pulang ya, bye"

"Bye" ku lambaikan tangan pada Sinta.

"Kita pulang duluan ya ran" pamit arya dan Rama padaku.

"Iya, kalian berdua hati-hati dijalan ya"

"Sip pokoknya ran, ayo ram"mereka berdua pun menghilang di balik pintu.

Kemudian ruangan ini hening. Aku terus menggerakan jemariku diatas keyboard. Harus cepat selesai nih keburu kemaleman.

Ah akhirnya setelah setengah jam lamanya selesai juga. Setelah menyimpan laporan dan mematikan komputer aku bangkit mengambil tasku bersiap pulang.

"Rania"

Tiba-tiba saat akan membuka pintu ruangan, terdengar suara baritone memanggilku.

Deg

Tubuhku menegang. Aku melupakan kehadiran seseorang. Mas bimo. Bagaimana aku bisa lupa dia masih diruangan ini.

Aku mengabaikannya dan melangkah cepat ke dalam lift.

"Rania, tunggu! Rania"

Mas bimo ternyata mengejarku. Setelah memasuki lift tanganku bergerak cepat menekan tombol lantai satu.

Tapi sebelum lift tertutup sebuah kaki terlihat menahannya. Muncul wajah mas bimo setelah lift terbuka.

Rasa cemas datang padaku. Kami hanya berdua di dalam lift. Aku belum siap dengan situasi ini. Kenapa tadi aku tidak terima ajakan Sinta pulang bareng. Aku benar-benar lupa sekarang ada mas bimo. Kalo tahu begini sudah kutinggalkan laporan tadi, dan pulang bareng Sinta.

Aku berdiri resah dipojokan lift. Sedangkan mas bimo melangkah masuk. Kemudian kulihat dia menekan tombol lantai satu.

"Rania, aku mau ngomong sama kamu"

Kualihkan tatapanku kesegala arah, selain pada mas bimo. Aku berharap waktu cepat berlalu agar lift nya cepat sampi di lantai bawah.

Tiba-tiba mas bimo mendekat kepadaku. Aku bersikap waspada.

"Rania, kenapa tiba-tiba kamu meninggalkan ku dulu? Ada masalah apa. Apa aku ada salah hm? "

Sekarang dia ada didepanku hanya berjarak satu langkah saja. Aku hanya menunduk sambil meremas kedua tanganku.

"Kenapa rania, apa alasannya? "
Aku terkesiap saat tangannya tiba-tiba memegang bahuku. Terpaksa aku mendongak keatas. Dan bertemu dengan wajahnya. Kedua mata kami saling pandang selama beberapa detik. Seolah saling menyelami perasaan masing-masing.

Dari sorot matanya terlihat dia menuntut jawaban dariku. Tapi aku hanya diam saja. Tapi aku pikir, aku tidak perlu menjelaskan apa-apa. Aku tidak ingin membuka kembali kenangan menjijikan itu. Biarlah hanya aku yang tahu.

Ting

Di tengah suasana menegangkan ini suara lift berdenting tanda sampai dilantai bawah. Aku menghembuskan nafas lega. Akhirnya aku bisa lari dari situasi tidak menyenangkan ini. Segera aku lepaskan tangan mas bimo yang ada dibahuku. Kemudian bergegas pergi.

Rania (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang