bab 18

9.3K 228 26
                                    




Aku update gaiss.. 😊
Ramein komentar..
Follow aku yuk.. ☺✌
Pembaca baru or lama mari ikut nge-Vote+komen ya!

Py reading yah
Vote komen first


***

"Iya Rania, aku bermaksud untuk menjalin hubungan serius dengan kamu. Apa kamu mengijinkan aku menjadi Ayah untuk sikembar? Dan juga pendamping kamu?" tanya Adrian.

Rasanya Adrian deg-degan menunggu jawaban dari Rania.

Rania masih terdiam selama beberapa menit kemudian. Jawaban seperti apa yang akan dia berikan pada Adrian. Dia masih berstatus sebagai istri orang. Dan jujur saja, Rania hanya menganggap Adrian sebatas seorang kakak, tidak lebih. Selama ini Adrian begitu baik dengannya, juga anak-anaknya. Dia sangat berterimakasih untuk itu. Tapi untuk menjalin hubungan yang lebih serius Rania tidak bisa. Tidak ada rasa suka, ataupun ketertarikan antara seorang perempuan dan laki-laki.

Rania sangat menghormati Adrian sebagai kakak. Dia tidak menyangka Adrian ingin mengajaknya ke dalam hubungan yang lebih serius. Dia ingin menolak, tapi mengingat kebaikan Adrian dan Bu Ratih selama ini padanya, dia sangat merasa tidak enak.

"Bagaimana nak?" tanya Bu Ratih.

Rania mencoba menjawab sehalus mungkin, "Begini Bu, Adrian, maaf untuk saat ini, Rania tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Rania belum bisa. Ada suatu hal yang membuat Rania tidak bisa. Dan maaf Rania tidak bisa mengatakan hal itu" tutur Rania.

"Memangnya ada apa nak? Apa ada masalah? Kamu bisa bercerita pada Ibu" kata Bu Ratih.

"Rania minta maaf Bu, Rania belum bisa menceritakan masalah ini pada Ibu" Rania memberikan tatapan tidak enak pada Bu Ratih.

"Dan untuk mas Adrian, bukannya Rania sombong atau apa, tapi memang untuk saat ini Rania tidak bisa menjalin hubungan dengan siapapun" Rania mengatakan itu dengan tatapan bersalahnya.

Adrian menghela nafas berat, "Kalau memang begitu Mas juga tidak bisa memaksa kamu Rania, tapi kamu harus ingat, Mas akan menunggu kamu sampai kamu siap" kata Adrian.

"Hmm. Iya Mas" Rania hanya mengiyakan saja.

"Kamu jangan terlalu memikirkan ini ya, kita jalani saja yang sekarang. Mas tidak ingin gara-gara ini kamu tidak nyaman sama Mas" tutup Adrian.

Adrian kemudian bangkit dari sofa, "Kalau gitu Adrian pamit dulu ya Bude, sudah sore"

"Nggak mau sholat disini aja yan?" tawar Bu Ratih.

"Tidak usah Bude, insyaallah adzan magrib Adrian sudah sampai rumah. Mas pulang dulu ya Rania, nanti week-end Mas kesini lagi" Kata Adrian pada Rania.

Rania juga ikut bangkit dari sofa, bersama Bu Ratih mengantarkan Adrian sampai pintu depan.

"Iya Mas, hati-hati di jalan ya" pesan Rania.

Adrian mencoba menampilkan senyumannya, meskipun ada raut kecewa diwajahnya,
"Iya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab Bu Ratih dan Rania.

Setelah Adrian pergi, Rania juga ikut pulang ke rumahnya.

"Rania juga pulang ya Bu. Dafa, Difa ayo kita pulang sayang" panggil Rania pada keduanya.

"Dafa sama Difa pulang dulu ya Nek" pamit Dafa.

"Iya sayang" sambil tersenyum Bu Ratih mengusap kepala sikembar dengan sayang.

Rania (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang