bab 2

10.2K 472 13
                                    

Vote dulu ya..

Happy reading



***

Rania POV

Saat akan memasuki rumah, kulihat ada sebuah mobil di garasi dan lampu sudah menyala, itu tandanya suamiku sudah pulang. Ku buka pintu yang tidak tertutup rapat menyisakan celah kecil untuk melihat ke dalam. Bisa-bisanya suamiku itu teledor seperti ini. Kalau ada orang masuk bagaimana. Bisa-bisa rumah kami kemalingan.

Aku mulai memasuki rumahku. Aneh. Kenapa kelihatan sepi sekali. Apa mas Bimo di kamar ya. Sebelum ke kamar aku kedapur terlebih dahulu menata makanan yang tadi ku beli di restoran karna tidak akan sempat untuk masak. Tiba-tiba tadi dikantor aku di suruh lembur bantu staff lain membuat laporan karna staff yang seharusnya mengerjakan tidak berangkat dengan alasan sakit.

Aku mulai menata makanan di atas piring. Kemudian aku hidangkan di meja makan. Setelah selesai aku naik ke atas untuk melihat mas Bimo. Mungkin dia lagi mandi.

Hari ini sungguh melelahkan. Bahkan tadi saat istirahat makan siang aku hanya dapat waktu istirahat lima belas menit untuk makan dan sholat. Itu merupakan waktu yang terlalu singkat. Karna biasanya jam istirahat makan siang dari jam dua belas siang sampai jam satu siang. Satu jam. Kalau tidak dikejar waktu untuk buat laporan yang deadline nya besok. Mungkin bisa santai-santai dulu sambil ngrumpi bareng temen-temen. Bareng maya dan Dwi.

Begitu sampai atas kulihat pintu kamar juga tidak tertutup rapat. Benar-benar mas Bimo ini. Nanti aku akan menegurnya,kalau tidak ditegur kebiasaan nanti. Tapi samar-samar aku mendengar suara-suara aneh dari dalam. Tanganku sudah meraih handle pintu lalu pelan-pelan ku dorong pintu kamar kami.

Pemandangan di depan sana benar-benar membuatku syok. Aku menutup mulutku yang menganga lebar, mataku melotot seperti ingin keluar. Aku mematung di depan pintu kamar. Aku tidak percaya ini ya tuhan. Suamiku, mas Bimo, dia di depan sana sedang bercumbu dengan orang lain. Air mata ku menetes dengan derasnya. Kepalaku menggeleng keras seakan tidak percaya dengan penglihatanku. Selama ini aku pikir dia orang yang baik, meskipun kami kenal lewat kedua orangtua kami. Beberapa lama kami kenal dekat kemudian memutuskan bersama untuk menikah. Kedua orangtua kami tentu senang mendengar itu. Selama ini mas Bimo yang aku kenal orangnya baik, ramah, murah senyum, tapi memang dia bukan tipe lelaki yang perhatian dengan pasangannya.

Rasanya hatiku sakit melihat pemandangan didepan ku. Aku menangis dalam diam. Air mataku tidak berhenti mengalir. Mereka berdua tidak menyadari keberadaanku. Kakiku seakan memaku di tempat walaupun rasanya aku ingin pergi secepatnya dari sini. Tapi seakan kakiku sudah terpaku. Rasanya sulit digerakkan.

Aku tidak bisa melihat selingkuhan suamiku itu. Karna tubuhnya tertutup tubuh suamiku. Benarkan jika aku menyebutnya selingkuhan? Mataku menatap lekat. Siapa dan seperti apa selingkuhan suamiku itu. Setelah aku perhatikan dengan teliti bersamaan jatuhnya air mataku. Aku tidak bisa untuk tidak lebih terkejut lagi. Ternyata selingkuhan mas Bimo l-laki-laki. Oh tuhan kejutan macam apa lagi ini. Rasanya tubuhku geli, gemetar, merinding. Aku menatap jijik pemandangan di depan sana. Mas Bimo lebih hina dari FTV di TV yang mengisahkan perselingkuhan. Dia selingkuh dengan sesama nya.

Aku jijik melihatnya, lebih baik aku cepat-cepat pergi dari tempat menjijikan ini. Aku menuruni tangga dengan cepat. Aku akan pergi ke rumah Maya. Malam ini aku akan menginap di tempatnya. Dia tinggal sendiri di kontrakannya. Aku berlari sekencang-kencangnya ke perempatan jalan. Disana ada pangkalan ojek. Aku akan ke kontrakan Maya dengan ojek saja.

"Pak, pak anterin saya pak, anterin saya ke jalan anggrek cepet pak" kataku sambil berlinangan air mata, nafasku juga tersendat-sendat.

"Neng kenapa neng nangis gitu malem-malem gini"

Rania (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang