Flashback karier 6

6.1K 393 2
                                    

Brak.....

Jason menggebrak tas sekolahnya ke mejanya sendiri. Hera terlihat bingung dengan apa yang dilakukan remaja itu, Hera melihat Nathan yang baru masuk dengan ekspresi lesunya.

"Ada apa ini?" Tanya Hera mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada dua iblis ini selama di sekolah.

"Mereka tau!" Kata Jason. Hera menaikkan sebelah alisnya 'tau apaan?' batin Hera.

"Mereka tau kejadian kemaren, lo tau mereka nyebar video gue di grup angkatan! Sial!" Marah Jason sambil menendang mejanya.

'Video? Kemarin? Oh! Yang  ketemu cewek itu,' batin Hera.

"Terus apa masalahnya?" Tanya Hera pada Jason. Lagian apa masalahnya hanya karena vedeo sepele itu.

"Ya reputasi gue kecoreng lah!" Bentak Jason. 'Emangnya punya reputasi apaan?' Batin Hera.

"Udah gak usah difikirin gitu aja, lagian kamu itu harusnya bangga dong kalo mereka tau kamu cari uang pake tenaga kamu sendiri. Lihat saja mereka masih mengandalkan orang tua, sedangkan kalian sudah jadi pengusaha sendiri," ucap Hera. Ia mencoba membesarkan hati keduanya, lagian apa yang dikata Hera benar bukan?

"Ya tapi lo gak tau rasanya diejek. Kalo kerja di kantor mah gak apa, lah itu video waktu bagiin brosur. Kita dianggap seles," kata Jason sudah tak membentak lagi tapi masih terkesan emosi.

"Ya gak apalah yang penting halal," kata Hera  menyauti dengan ngegas.

"Kok malah kakak yang ngegas," celutuk Nathan.

"Sudah-sudah. Udah anggep aja itu angin lalu. Anggap saja ocehan ejekan mereka itu motivator kalian untuk cepat sukses. Ada manfaatnya loh! Dengan mereka mengejek pastinya kalian bakalan cepet pengen berhasilkan nunjukkin ke mereka bahwasannya aku ini bisa! Nah udah anggap kata-kata motivator. Jangan denger sisi negatifnya ambil sisi positifnya. Oke? Jadi adik kakak bisa kan ngendaliin emosinya?" Tanya Hera seolah memang ia kakak mereka.

Sedangkan mereka berdua tak menjawab, hanya diam. "Ah! Saya dapat ide bagus, gimana kalau kalian promosiin karya kalian ke pihak sekolah?"

Mereka berdua langsung melotot, tadi aja udah di olok-olok seles dari masuk sekolah sampe pulang. Ini malah disuruh promosi kesekolah? Mau ditaruh dimana muka keduanya nanti?

"Gak!" Tegas keduanya.

"Kenapa enggak? Lagian apa masalahnya? Takut diejek lagi? Oi! Bilang dong kamu itu bukan seles tapi kamu pendisainnya gitu aja kok susah," kata Hera kesal.

Keduanya diam kembali, saling pandang. "Udah! Kalian ganti baju dulu, itu pak Dedi dan Yudha sudah datang," kata Hera menyuruh keduanya ganti baju.

.
.
.
.
.
.

Siang ini seperti kemarin Hera sudah duduk cantik di meja kerja Dandelion. Hari sabtu ini seharusnya keduanya pulang jam setengah dua siang. Namun ini sudah jam dua mereka belum sampai juga? Kemana ini keduanya? Seingat Hera sejak satu bulan yang lalu mereka (khususnya Jason) sudah tak pernah keluyuran dari sepulang sekolah maupun sehabis kerja.

Setelah kesal dengan keduanya Hera membuka laptopnya, ia menyambungkan ingin menyambungkan kamera cctv di mobil mereka, saat baru connect wi-fi pintu sudah dibuka dan keduanya masuk bersamaan.

"Darimana saja kalian?" Tanya Hera.

Mereka hanya diam dan duduk di kursi depan Hera. Kemudian Jason mengeluarkan selembar kertas dan menyodorkan ke Hera. Hera langsung menbukanya, Hera melotot.

I'm Perfect CEO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang