pdkt 1

17.2K 751 6
                                    

Hera menuju rumah sakit Abdi Nugroho saat ini. Ia tak lagi memakai blazer maupun jas kebanggaan CEO nya. Melainkan hanya memakai baju terusan biasa yang terkesan kampungan. Ia menuju resepsionis. "Boleh tanya disini dokter nefrologinya siapa?" Tanya Hera.

"Iya bu, dokter Wira Subagyo Sp.DP-KGH." Jawab sang petugas.

"Apa bisa bertemu sekarang? Saya harus memeriksakan bapak saya," tanya Hera sekali lagi.

"Bisa, hari ini dokter Wira sedang praktek. Ibu langsung saja ke ruangannya di lantai empat," kata petugas. "Nanti ibu bisa tanyakan kepada petugas disana dimana ruangan dokter Wira."

"Baiklah terimakasih," kata Hera

Kemudian lift yang ia naiki sampai di lantai empat. Hera bertanya pada petugas dan langsung diantarkan ke ruangan dokter Wira. Begitu masuk Hera dipersilahkan duduk di kursi yang disediakan.

Sebenarnya Hera kenal dokter ini. Dokter Wira adalah seorang dokter senior di rumah sakit Abdi Nugroho ia mengenalnya karena Rian.

Tok tok tok

"Permisi," kata Hera.

"Oh... iya silahkan duduk," kata dr. Wira. "Baiklah ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter Wira.

"Iya, nama saya Putri saya ingin konsultasi mengenai penyakit bapak saya dok," jawab Hera. "Ini dok, bapak saya sakit ginjal. Ini rekam medisnya dari puskesmas," Hera memberikan map yang kemarin diberikan oleh ibuk. Ia sempat meminta untuk membawa rekam medis tersebit untuk dibawa ke rumah sakit pusat. Saat memberikan ia mencuri pandang, sepertinya dokter tersebut tak mengenalinya. Memang saat ini penampilan Hera berubah total. Saat ini penampilannya lebih mirip gadia desa, ia menggunakan baju terusan polos dengan tas biasa dan sandal jepit, rambutnya hanya ia kuncir satu di belakang.

"Ini rekam enam bulan yang lalu, dan saat itu kondisi ginjalnya sudah rusak," kata Dokter Wira.

"Untuk saat ini bapak Ramlan perlu di cek lap lagi, dan bapak Ramlan harus datang ke rumah sakit," kata Dokter Wira.

"Bawa bapak anda ke rumah sakit lalu kita cek lab dulu mbak, tapi melihat kondisi ginjal bapak ini enam bulan lalu kemungkinan kita harus angkat ginjal bapak ini," kata Dokter Wira. "Pokoknya bapaknya dibawa kesini dulu mbak."

"Gitu ya dok, kalau begitu terimakasih dok dua hari lagi saya kembali bersama bapak," kata Hera.

"Kalau begitu mbak, nanti mbak langsung keruangan saya saja. Ini jadwal praktek saya," dokter Wira memberikan secarik kertas kepada Hera.

"Terimakasih dok, saya undur dulu," kata Hera pamit lalu pergi dari rumah sakit.

Setelah dua hari Hera datang menuju rumah bapak.

Ia datang dengan pakaian santai yang terkesan kampungan seperti kemarin membuat sang ibuk bingung. "Loh neng Hera gak kerja?" Tanya ibuk melihat Hera dengan pakaian sederhana.

"Libur sementara buk, kita berangkat sekerang yuk," kata Hera lalu ia dan Dita (anak pak Ramlan) memapah bapak untuk dibawa ke mobil. Namun Dita tak ikut karena ia harus bekerja.

Hera menyetir sendiri mobil, ia membawa mobil yang pertama kali ia miliki, mobil dari hadiah menang lomba menyanyi se Jabodetabek. Memang tak terlalu bagus bahkan terkesan kuno. Setelah menempuh perjalan panjang akhirnya mereka tiba di sebuah rumah sakit.

Rumah Sakit Abdi Nugroho.

Hera segera turun dari mobil dan meminta kursi roda untuk bapak. Ia dibantu oleh perawat laki - kali memindahkan bapak dari mobil ke kursi roda.

I'm Perfect CEO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang