"Ella, aku harus pergi." Satu kalimat singkat itu membuat dadaku sakit. Kutatap sepasang mata seindah malam itu dengan lekat. Bibirku kelu. Mengapa ini terasa sangat menyakitkan? Pandanganku memburam. Tak dapat lagi aku membendung air mata ini. Mengapa dia harus pergi? Mengapa dia harus meninggalkan ku? Mengapa aku harus sendiri lagi?
"Mengapa.....mengapa kau harus pergi? Bukankah kita pernah berjanji untuk selalu bersama? Bukankah kau telah berjanji untuk tidak membuatku sendirian lagi?" tanyaku sembari memukul dadanya yang bidang. Kutatap erat wajahnya, berharap suara bariton itu kembali terdengar dan menjawab pertanyaanku. Namun hanya senyuman getir yang terpatri di wajah tegas itu. Senyuman yang membuat dadaku semakin terasa sesak. Senyuman yang membuat firasat burukku semakin terasa nyata.
Ia menarikku kedalam pelukannya yang hangat. Tangannya yang besar mengusap rambutku penuh kehati-hatian, seolah tak ingin membuat diriku terluka karena tangan yang terbiasa memegang pedang itu. "Kau tak akan aman jika terus bersamaku, Ella. Aku hanya ingin melindungimu," bisiknya padaku.
"Tapi mengapa? Mengapa aku tidak aman bersamamu? Berikan aku alasannya, Sean!" Emosiku memuncak. Aku menunggu jawaban itu keluar dari mulutnya. Namun lagi-lagi ia malah tersenyum dan berkata, "Aku tidak bisa memberitahukannya padamu, Ella. Semua ini demi keamananmu.Maaf, mungkin inilah pertemuan terakhir kita."
Kalimat itu lah yang menjadi kalimat terakhirnya sebelum ia masuk ke bagian hutan yang lebih dalam. Kupandangi punggungnya yang terus menjauh dan mulai menghilang ditelan oleh kegelapan malam. Satu hal yang seharusnya kusadari dari awal, bahwa takdir baik memang tak pernah berpihak padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astera Kingdom : Love and Sacrifice
FantastikThe Second Book of Sky Universe Series Ella, gadis dingin yang terkenal dengan julukannya sebagai "Iblis Es dari Utara" itu tak sengaja jatuh hati pada seorang pemuda yang ditemuinya di dalam hutan. Namun siapa sangka takdir baik tidak berada di pih...