4.

6.6K 705 312
                                    

In a world devoid of life, you bring colour
In your eyes i see the light my future
•••

Cowok itu meringkuk di balik selimut, suhu badannya yang tengah meningkat drastis membuatnya hanya bisa bergelung dalam selimut tebal itu. Kepalanya benar-benar pening, bahkan ia merasa mual dan hendak muntah. Matanya terpejam rapat namun dahinya berkerut menahan sensasi pusing.

"Ali, ke rumah sakit ya? " tanya Chelsea menatap cowok yang memejam sembari menahan pusing itu.

"Enggak. " balas Ali lirih.

"Ali Lo nurut bisa gak sih? Lo itu habis pingsan, gimana kalo nambah parah coba? Udah tau Lo itu alergi seafood terutama udang! Kenapa malah diulangin lagi? Ngapain Lo sok masak nasi goreng seafood buat Prilly, segala Lo cicipin! " sentak Chelsea kesal. Bagaimana tidak kesal, tadi siang saja cowok itu sudah cukup gatal-gatal dan sesak napas sampai pulang sekolah ia harus mengenakan Nasal Kanula, jelang petang Ali malah bertingkah seenaknya, membuatkan cewek bernama Prilly itu nasi goreng seafood bahkan sampai menyicipinya untuk memastikan masakannya itu telah layak dimakan dan sempurna. Dan lihat, berujung seperti ini.

Chelsea tak habis pikir. Clara, Mommy Ali pernah bercerita jika saat Ali berusia 1 tahun ia diberikan seafood dan udang yang tercampur dalam buburnya dan sangat berdampak fatal. Jantung nya sempat berhenti berdetak layaknya orang mati dan kemudian kembali hidup lagi. Hal yang membuat keluarga itu terguncang dan bersyukur di saat bersamaan.

"Buat minta maaf sama Prilly, Gue gak enak Chels. Sekarang Gue tau, rasanya masak susah banget. Udah masaknya susah payah sampai mau tepar, eh nasgornya gak jadi sama sekali." gurau cowok itu berusaha meringankan kekhawatiran yang menimpa sahabatnya itu. Ali meladeni ucapan Prilly, sudah bukan hal asing jika dia mampu berbicara panjang dan akrab seperti itu pada Chelsea, tanpa disingkat ataupun tanpa keketusan. Mereka telah lama bersama.

"Gue kesal sama Lo. Lo itu nyentuh seafood atau ngirup uap masakan seafood aja bisa keleyengan, sesek sampai pingsan! Masih aja sok-sokan masak plus dicicipin! Tadi pagi aja gak cukup Lo sampai gatal-gatal? "

Ali berdecak lirih. "Udah dong, Gue lagi sakit. Jangan dimarahin, pusing Chels... "

"Gue bakalan nyuruh Tante Clara buat bawa anaknya yang bandel ini ke Rumah Sakit. Tunggu aja entar pas nyokap lo pulang. " sahut Chelsea.

Ali menggeleng pelan berharap Chelsea tak menelpon Clara apalagi Arkan. Dan Ali juga berharap agar Bian sialan itu tak buka mulut tentang keadaannya. Tapi sepertinya tidak mungkin? Kerjaan Bian sendiri adalah mengadu.

"Chels, ini gue gak papa. Jangan lebay, gue mau tidur bentar. Gue mohon ya jangan nelpon orang tua gue, Lo taukan reaksi mereka bakalan gimana. "

Mata sayu Ali hendak kembali terpejam rapat, namun matanya kembali terbuka menyadari satu hal. Rautnya tampak cemas. "Chels, gue lupa ngabarin Prilly. Pasti dia masih nunggu gue di taman, pasti gue ngecewain dia lagi. " ujar Ali, ia kemudian memaksakan tubuhnya untuk duduk. Chelsea berdecak membantu sahabatnya itu duduk.

"Duduk sendiri aja gak bisa. Di luar hawa dingin." balas Chelsea. "Ali dengarin Icel bisa gak sih? Ali itu butuh istirahat, ini biar demamnya cepat turun Ali... " titah gadis itu meletakkan punggung tangannya di dahi Ali. Hangat dan mungkin akan menjelma menjadi panas.

"Beneran Chels, Gue harus kesana. " balas Ali menatap Chelsea lekat. Ali sibuk dengan pikirannya, memikirkan Prilly yang mungkin sudah lama menunggunya di sana. Atau memikirkan tatap kecewa dari manik hazel yang akan ia dapati besok. Ali menggeleng pelan.

"Segitu pentingnya Prilly bua Lo? " tanya Chelsea pelan.

Ali mengangguk, "Gue udah banyak ngecewain dia Chels. Dia itu udah terlalu sabar, bukan gak mungkin kalo suatu saat dia bakalan letih. Dan Gue gak mau dia ninggalin gue. " jawab Ali lirih. Ia memijat pelipisnya yang masih berdenyut tak karuan, tapi ia harus pergi sekarang juga.

He's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang