Semakin sulit mengatasi kecemburuan ini dengan caramu bahagia tanpaku.
Apakah namaku masih kau sematkan? Masihkan namaku berputar dalam benakmu? Masihkan detakmu mencemaskan ku? Dan berjuta pertanyaan yang hanya bisa tertelan pahit
•••"Chels Lo ngapain sih di sini? Maksud pesan Lo juga apaan?" Ali mendesah frustasi. Ia telah sampai di Rooftop sekolah, dan sudah 10 menit ia di sini dengan Chelsea yang hanya diam saja. Gadis itu menunduk dan senantiasa terisak kecil, hal itu pula membuat Ali khawatir bukan main. Itu berarti gadis itu sudah lama terisak dan sekarang tengah mencoba untuk berhenti menangis.
"Chels nanti Lo sesek."
Chelsea berusaha menghentikan tangisannya, ia berusaha berbicara dengan lancar tanpa isakan.
"Se--jak Lo ninggalin gue di sekolah tadi, gue emang udah sesek." Balas gadis itu dengan nada parau.
Ali menghela napas dan merasakan bagaimanapun pembelaannya, jika sedang seperti ini Chelsea tak akan mau mendengarkan nya. Atmosfer antara keduanya terasa begitu panas. Dan Ali seperti nya harus paham tindakan apa yang akan ia ambil selanjutnya.
Hening. Ali terdiam sebelum membuka suara.
"Gue minta maaf." Ali menurunkan rasa ego nya yang terlalu tinggi. Ia mengalah pada gadis itu.
"Lo baru mau minta maaf pas gue udah mau bunuh diri ya?" Tanya Chelsea tersenyum hambar. "Kalo tadi gue loncat aja gak usah nunggu Lo, Lo bakalan nyesal gak ya?"
"JAWAB LI?" Tanya Chelsea berapi-api.
"KENAPA DIAM AJA?"
Ali menggeleng pelan. Puing-puing ingatan tersebar dalam memorinya. Ia tidak boleh gegabah, ia sendiri tidak boleh terpancing emosi, jangan sampai emosinya begitu mudah tersulut. Ia yang lebih sehat secara jasmani dan rohani tidak boleh bertindak sembrono.
"Kondisi Chelsea sangatlah lemah, tubuhnya begitu rentan. Dia butuh perawatan yang intensif karena keadaan jantungnya yang memicu kestabilan tubuhnya. Tekanan darahnya gampang naik, tolong jangan membuat kondisinya semakin parah dengan memicu kekesalannya. Kita semua tau imunitas tubuhnya lemah."
"Tingkat emosionalnya belum stabil. Dari dalam diri Chelsea sendiri belum bisa mengontrolnya, ia bisa meledak-ledak di suatu moment. Oleh karena itu kita sebagai orang terdekatnya lah yang harus menyeimbanginya. "
Ali melihat dengan jelas bagaimana Chelsea terbaring dengan alat-alat kesehatan yang tentunya sebagai penunjang hidup. Hati Ali terasa sakit melihatnya, ia menatap sendu ke gadis yang asyik terbaring di brankar rumah sakit itu. Sahabat kecilnya, teman bertengkarnya. Teman yang selalu menemaninya dalam konsisi apapun sewaktu-waktu bisa terbaring lemah karena diselimuti penyakitnya. Dan Ali benar-benar tidak ingin mengulangi moment seperti itu untuk berkali-kali. Ia haruslah bisa menstabilkan emosi gadis itu.
Ali mengambil napas pendek kemudian berusaha memberikan senyum tipis. Sangat tipis, ia berharap Chelsea tak melanjutkan perbuatan nekadnya tadi.
"Maksud gue gak gitu Chels. Gue cuma pengin Lo minta maaf sama Prilly." Terang Ali. Wajahnya nampak begitu bingung atas apa lagi yang harus ia lakukan setelah ini.
Chelsea menatap Ali sinis. "Gue minta maaf? Ngaak akan Li!"
"Chels." Lirih Ali penuh keputusasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine
Teen FictionAli itu selalu berada di dua pilihan. Bersama Chelsea atau Prilly yang sama-sama mengharapkan nya. Chelsea sahabatnya, tapi jika diingat kembali Prilly itu menempati tahta ratu di hatinya. Ali kerap meninggalkannya untuk Chelsea. Prilly juga ingin m...