Rasa Peduli itu wajar
Tapi memanfaatkan kepedulian adalah tindakan kurang ajar
•••
Aliandra Kenzo Baintez...Terkenal sebagai pewaris tunggal dan satu-satunya dari keluarga Baintez. Seorang anak dari pasangan Arkan Galileo Baintez dan Clara Grafeca Blanka. Siapa yang tak kenal dengan keluarga Baintez? Keluarga yang menduduki peringkat pertama di dunia? Mereka tak hanya menjalankan dan bergerak pada perusahaan besar yang tersebar di seluruh benua. Tetapi juga menguasai dunia bawah. Ya, mereka juga keluarga mafia. Dikenal tak segan-segan menghadapi para musuh, tak takut pada siapapun bahkan bekerja sama dengan kepolisian dan FBI serta mendapatkan izin sah saja untuk segala kegiatan bawah yang dilakukan. Mengherankan, tapi jangan heran. Dengan kekuasaan semuanya bisa dilakukan. Keluarga itu seimbang, mereka menjalankan dunia atas dan bawah secara bersamaan.
Semua orang selalu segan hanya dengan mendengar nama keluarga yang sering bermunculan di berita itu. Mengambil langkah mundur tak ingin kena masalah apabila berhadapan dengan keluarga itu.
Tapi Ali tak pernah memanfaatkan semua itu untuk kepentingannya, ia tumbuh seperti orang biasa. Ia jarang bahkan hampir tidak pernah menggunakan kekuasaannya, tak pernah berfoya-foya. Ali ingin hidup normal seperti orang biasa, tak melulu dijaga oleh para bodyguard seperti semasa ia kecil. Dan sebagai hadiah dari Daddynya karena nilainya yang sangat memuaskan, mencapai skor tertinggi yang bahkan belum pernah dicapai angkatan sebelumnya. Ali diizinkan untuk berhenti dikawal oleh bodyguard nya saat memasuki jenjang SMA, namun dengan catatan. Cowok itu tetap punya orang kepercayaan yang selalu memudahkan dan menjaganya. Bian namanya. Yang selalu merecoki Ali di setiap pagi.
"Tuan muda, bisakah meminum vitamin anda." titah seseorang dengan pakaian serba hitam ala bodyguard. Dia adalah Bian, orang kepercayaan Arkan yang akan mengawal Ali dan memudahkannya cowok terserag dalam segala urusan.
Ali yang sibuk memasang kaus kaki mendelik dan memutar bola matanya jengah. "Duduk Lo " ujarnya singkat. Sudah terlampau jengah melihat Bian yang selalu saja diam berdiri tegak layaknya Patung, apa tidak pegal Bian ini?
"Tidak terimakasih Tuan muda, ini sudah tugas saya."
Ali menggeleng kecil, percuma memaksa. Ia tak akan didengar. Lebih baik ia cepat memasang kaus kaki agar tidak terlambat. Lebih tepatnya hari ini ia bangun sedikit kesiangan.
"Tuan muda, sarapannya sudah siap. Mari turun bersama. "
"Gue gak sarapan, malas. Udah terlambat."
"Tapi Tuan muda, Tuan Arkan memerintahkan saya untuk---"
"Gue ngaak peduli ya. Daddy bahkan gak pernah nemanin gue sarapan, dia cuma sibuk kerja. Mommy juga gak ada kan, ngapain gue sarapan sendiri. Gue bisa makan di sekolah, gak kesepian kayak di sini."
Aura permusuhan mulai terlihat di mata Ali. Ia mengatakannya tanpa nada namun terkesan ketus dan sarkas.
Bian menghela napas sejenak. "Tuan muda, tetapi jika anda tidak makan---"
Ali meraih tas ranselnya kemudian bergegas lari tanpa menunggu kelanjutan kalimat Bian. Bian panik? Tentu saja, ia langsung mengejar Tuan mudanya itu. Tetapi terlambat, pintu lift sudah tertutup. Ali benar-benar gesit dalam berlari, dan secepat kilat ia tiba di lift kemudian langsung memencet tombol dengan cepat. Sehingga saat Bian sampai di depan pintu lift, pintu itu sudah menutup sempurna, dan tadi dapat Bian lihat dari sedikit celah. Ali menyunggingkan senyum tipis.
Merasa lolos tentu saja. Lagipula Bian tidak punya hak membuntutinya sampai sekolah jika bukan Ali yang meminta.
Ali berjalan santai keluar dari lift dan tiba di lantai 1. Semua pasang mata menatapnya, bahkan para maid yang semula melakukan kegiatan langsung terdiam dan memberikan salam pada Tuan mudanya itu. Ada yang menawarkan sarapan, susu, dan sebagainya. Ali hanya membalas sapaan dengan anggukan dan menggeleng saat mereka menawari makan. Karena memang benar, seiring berjalannya waktu, sifatnya semakin sulit tersentuh, ia hanya akan berbicara seperlunya saja. Dibiarkan tumbuh di mansion sendiri dan hanya dititipkan pada para bodyguard dan maid menjadi salah satu alasannya. Padahal cowok itu sebenarnya pasti membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya yang tengah sibuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine
Novela JuvenilAli itu selalu berada di dua pilihan. Bersama Chelsea atau Prilly yang sama-sama mengharapkan nya. Chelsea sahabatnya, tapi jika diingat kembali Prilly itu menempati tahta ratu di hatinya. Ali kerap meninggalkannya untuk Chelsea. Prilly juga ingin m...