BAB 3

15 1 0
                                    

"Elnia, pulang." Sahut Elnia ketika membuka pintu rumahnya yang tidak terkunci.

Di ruangan itu ada kedua adiknya yang tampaknya juga baru pulang dari sekolah. Dari arah belakang, tampaklah seorang pria berbadan tinggi besar menuju ke arahnya sambil membawa beberapa piring berisi makanan. Ya, itu adalah ayahnya Elnia.

"Wah, pas banget Kak El udah pulang. Papa baru aja selesai goreng ayam goreng sama tahu tempe. Kamu mendingan ganti baju dulu abis itu makan. Nanti kalau udah selesai makan, jangan lupa cuci piring ya, El." Pinta ayahnya kepada El sambil meletakkan makanan itu di meja.

"Oke, Pa." Jawab Elnia yang disusul dengan dirinya pergi ke kamar untuk menaruh tas dan seragam sekolahnya.

Ia pun berganti baju dengan kaos lengan pendek warna biru dongker polos dan celana pendek berwarna merah. Segera setelah selesai berganti pakaian, Elnia bergegas keluar kamar untuk makan. Walaupun sudah makan di sekolah tadi, tapi menurutnya itu masih belum cukup, buktinya di perjalanan pulang tadi perutnya sudah berbunyi lagi yang berarti sudah waktunya untuk diisi lagi. Oleh karena itu, ketika pulang langsung diminta untuk makan, maka dengan senang hati Elnia akan melakukannya.

"Kak El, ayo makan ayam sini." Panggil adik-adiknya yang sudah terlebih dahulu mengambil makanan dan menyantapnya.

"Iya, tanpa diminta kalian aku juga bakalan makan kok." Balas Elnia menjawab panggilan dari adik-adiknya. Ia pun mengambil piring sendok dan mengambil beberapa centong nasi dari rice cooker. Kemudian, ia mengambil sepotong dada ayam yang cukup besar lalu mengambil tahu tempe. Dari porsi nasi yang diambilnya terlihat jelas kondisi perut Elnia yang kelaparan.

"Banyak banget ngambilnya El, emangnya tadi di sekolah kamu gak makan?" Tanya ayahnya yang baru saja keluar dari toilet.

"Makan, kok. Emangnya kenapa, Pa?" Balas Elnia sambil balik bertanya kepada ayahnya.

"Enggak ada apa-apa sih. Papa kira tadi kamu di sekolah belum makan makanya kamu ambil makanannya banyak banget. Harus abis, ya." Jawab ayah El.

"Kak El 'kan emang rakus, Pa. Makanya dia jadi gendut. Coba kalau Kak El kurusan sedikit, pasti dia jadi cantik." Celetuk Delia, adik pertama El sambil menyendok nasi ke dalam mulutnya.

"Iya, Kak El gendut gara-gara kebanyakan makan, sih." Kata Tania, adik El yang bungsu menimpali sekaligus menyetujui pernyataan kakaknya.

"Weekk... gak apa-apa gendut, yang penting sehat. Lagian gendut itu tanda orang bahagia, tau. Daripada kalian kurus kerempeng." Balas Elnia kepada adik-adiknya dengan nada mengejek.

"Setidaknya masih mending karena kita berdua bakalan lebih tinggi dari Kak El. Buktinya aja Kak Delia udah lebih tinggi dari Kak El, tinggal tunggu aku nyusul aja." Sahut Tania tanda tak mau kalah dari kakaknya. Ia pun mengungkapkan fakta sekaligus kenyataan yang pahit bagi Elnia.

Bila dibandingkan dengan kondisi sebenarnya, maka pernyataan kedua adik Elnia betul adanya. Dibanding dengan adik-adiknya, tubuh Elnia memang lebih besar karena ia mendapat gen itu dari ayahnya, sedangkan adik-adiknya tidak. Sayangnya, tidak semua gen ayahnya menurun padanya. Jika ayahnya memiliki badan yang tinggi besar, Elnia memiliki badan yang besar dengan badan yang tidak tinggi. Ia mendapatkan gen ini karena tubuh ibunya yang demikian.

Kata sebagian orang, Elnia itu tidak gendut, melainkan 'berisi'. Walaupun begitu, tetap saja tak mengubah pandangan adik-adiknya bahwa kakaknya yang sulung itu gendut. Apalagi dengan tubuh adik-adiknya yang kurus dan tinggi, perbedaan yang jauh ini sering digunakan oleh adik-adiknya sebagai bahan bercandaan di waktu kumpul bersama.

"Sudah-sudah, daripada ejek-ejekan terus mending kalian abis-in makanan nya. Kasian 'tuh makanan nya daritadi dianggurin, sayang 'kan kalau gak abis." Akhirnya ayah dari Elnia, Delia, dan Tania pun melerai ejek-ejekan yang sudah berlangsung daritadi. Lelaki itu tahu bahwa itu semua hanyalah untuk bercanda.

"Siap, Bos!" Jawab Elnia dan kedua saudaranya serentak. Mereka pun segera melakukan perintah ayahnya untuk menghabiskan makanan yang ada. Berbanding terbalik dengan keadaan tadi yang ribut karena saling ejek-mengejek, keadaan saat ini lebih tenang. Hanya terdengar suara sendok yang saling beradu dengan piring untuk mendapatkan makanan.

Selama beberapa menit keheningan menguasai ruangan itu. Hingga akhirnya keheningan itu dipecah oleh sebuah pertanyaan yang ditujukan ayah Elnia kepadanya.

"Gimana hari pertama masuk sekolah, El?" tanya ayahnya setelah menelan makanan yang ada.

"Ya gitu, deh. Kayak biasanya," sahut Elnia menjawab pertanyaan ayahnya sambil melirik ayahnya sebentar dilanjutkan dengan menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Tampaknya perhatian Elnia masih tertuju pada makanan yang ia makan sehingga ia hanya melirik ayahnya sebentar.

Mendengar jawaban anaknya yang singkat, Ayah Elnia tahu jika anaknya itu masih berfokus pada makanan nya. Maka ayahnya pun bertanya kepada kedua adik Elnia, "Kalau Delia sama Tania gimana?"

Delia yang baru saja memotong-motong ayam gorengnya menjadi potongan yang lebih kecil. Saat mendengar pertanyaan itu Delia segera menjawab dengan santai, "Tadi di sekolah sih, gak ada pelajaran. Abisnya ini masih hari pertama masuk sekolah makanya guru belum pada masuk." Seusai menjawab pertanyaan itu, ia mengambil potongan ayam dan nasi lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Berbeda dengan Delia yang menjawab santai sambil makan, Tania yang mendengar pertanyaan itu tiba-tiba berhenti. Ia meletakkan sendok dari genggamannya ke atas piring yang masih terdapat makanan. Sepertinya ada sesuatu yang sangat ingin disampaikan Tania setelah mendengar pertanyaan sang ayah.

Kemudian ia pun menjawab, "Kalau aku tadi di sekolah diajarin lagu baru sama Bu Guru, judulnya Hari Pertama ke Sekolah!" jawab Tania semangat. Tania pun melanjutkan, "Papa mau denger lagunya, gak? Kalau mau aku bakal nyanyi buat Papa." Tania menatap mata ayahnya itu dengan penuh semangat. Terdengar jelas dari nada suaranya jika ia ingin sekali menyanyikan lagu itu di depan ayah dan kakak-kakaknya.

"Boleh... Ayo coba kamu nyanyi biar Papa tau lagunya." Jawab ayah menyetujui permintaan Tania.

Pria yang sangat menyayangi anak-anaknya itu tahu bahwa anaknya yang paling bungsu memiliki bakat menyanyi. Oleh karena itu, tanpa diragukan lagi ia sangat mendukung bakat anaknya itu.

Tania mulai bernyanyi. Lagu yang dinyanyikan olehnya cukup mudah dinyanyikan. Tapi, lagu yang dinyanyikan oleh adik bungsu Elnia terdengar sangat merdu. Mungkin ini dikarenakan bakatnya dalam bernyanyi. Padahal, ia baru menginjak kelas 4 SD. Sungguh bakat yang luar biasa ini tidak boleh untuk disia-siakan.

Mendengar suara merdu adiknya yang sedang bernyanyi membuat Elnia berpikir tentang bakatnya. Adiknya sangat beruntung memiliki bakat yang langsung bisa diketahui banyak orang. Sedangkan Elnia? Elnia saja tidak tahu bakat apa yang dimilikinya saat ini. Ia sudah banyak mengikuti tes minat bakat. Tapi, ia merasa itu semua sia-sia. Buktinya sampai saat ini ia belum mengetahui apa bakat yang dimilikinya.

Jujur, Elnia merasa iri dengan kedua adiknya. Jika adiknya yang bungsu memiliki bakat bernyanyi, adiknya yang pertama memiliki bakat menggambar. Delia dapat menggambar dengan sangat bagus dan realistis meskipun ia baru kelas 2 SMP. Bahkan, adiknya itu pernah ditawarkan oleh gurunya untuk masuk ke sekolah seni dengan beasiswa penuh karena bakatnya itu.

Bagaimana ia tak iri pada kedua adiknya jika melihat kondisinya yang sampai kelas 2 SMA masih belum menemukan bakatnya?
Pikiran Elnia yang melayang-layang itu akhirnya kembali kepada kenyataan. Adiknya sudah selesai bernyanyi. Lagu yang dinyanyikan oleh Tania pun berakhir dengan tepuk tangan dan pujian dari sang ayah.

Tak mau kalah dari ayahnya, Elnia pun juga memuji suara adiknya itu. "Wah, suara Tania bagus banget. Kak El bangga padamu, Tan." Katanya sambil mengacungkan jempol tangan kepada adiknya. Kemudian Elnia melanjutkan, "Nanti tolong ajarin Kak El nyanyi ya, biar suara Kak El bisa jadi bagus juga kayak kamu,"pinta Elnia kepada adiknya. Adiknya pun membalas perkataan Elnia dengan jempol tangannya.

Aku Harap Kau TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang