BAB 7

11 1 0
                                    

‘Ih, kebiasaan deh.’ Begitulah yang dipikirkan Elnia ketika ia melihat layar HP-nya.

Ini sudah hari Minggu, tetapi Alvi masih belum membaca pesan yang dikirimkan nya. Padahal pesan itu sudah ia kirimkan sejak siang kemarin, tetapi sampai sekarang Alvi belum membacanya. Waktu hari Sabtu kemarin sekitar jam 12 siang Elnia mengirimkan pesan kepada Alvi.

Sebenarnya Elnia tahu bahwa setiap hari Sabtu Alvi memang jarang membuka HP-nya sehingga setiap pesan yang ada kemungkinan besar baru dibalas beberapa jam kemudian. Tapi, kali ini ada hal penting yang harus ia beritahukan kepada Alvi terkait dengan pelajaran.

Elnia baru ingat bahwa Senin besok ada tugas kelompok yang memerlukan bahan-bahan yang harus disiapkan dari rumah. Kebetulan ia sekelompok dengan Alvi karena mereka duduk sebangku. Karena hal inilah, ia mempertaruhkan kesempatannya untuk menghubungi Alvi.

Ternyata Elnia sedang beruntung. Setelah dua jam ia mengirimkan pesan, Alvi menjawab pesan itu. Pesan dari Alvi ia balas lima belas menit kemudian ketika ia baru membuka HP-nya lagi.

Ia mengira bahwa Alvi masih memegang HP-nya sehingga ia pun menunggu balasan dari Alvi, tetapi ia merasa bahwa keberuntungan itu tak lagi memihak padanya. Balasan yang ditunggu Elnia itu tak kunjung datang dari kemarin hingga saat ini. Hal ini sungguh membuat Elnia frustasi.

Tugas itu harus dikerjakan dengan baik agar ia juga bisa mendapat nilai yang baik. Namun, bagaimana caranya ia bisa mengerjakan tugas itu dengan baik jika teman yang sekelompok dengannya tidak tahu atau mungkin tidak peduli dengan itu.

Elnia pun terus memikirkan cara terbaik memberitahu Alvi mengenai tugas ini. Sempat terlintas di pikirannya untuk menelpon Alvi, tapi dari pengalamannya selama setahun berteman dengan Alvi, Elnia tahu kalau Alvi tidak akan mau menjawab telepon darinya. Hal ini dikarenakan Elnia yang sejak kelas 1 suka mengisengi Alvi dengan menelponnya berulang kali. Jadi, sejak saat itu ketika Elnia menelpon, Alvi tak pernah mau menjawab telepon darinya. Sejenak ia menyesali perbuatan isengnya dulu.

Setelah berpikir cukup lama, Elnia akhirnya menemukan solusi terbaik untuk tugas kelompoknya. Elnia akan membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk berjaga-jaga jika Alvi tetap tak membalas pesannya. Tapi jika Alvi sudah membalas pesan nya, maka Elnia akan memintanya tetap membawa sebagian bahan-bahan yang diperlukan sebagai cadangan apabila ada bahan-bahan yang kurang.

Setelah solusi itu terpikirkan olehnya, Elnia langsung melaksanakannya. Ia mencatat bahan apa saja yang dibutuhkan untuk tugas kelompok di HP-nya kemudian membagi pembagian tugas membawa bahan-bahan. Tak lupa ia juga mengirimkan daftar tersebut kepada Alvi yang sampai sekarang belum juga membaca dan membalas pesan Elnia. Ia hanya perlu menunggu Alvi membalas pesan itu dengan sabar sambil membeli semua bahan yang ia perlukan. Kini, ia tak lagi perlu khawatir akan nasib nilai tugas kelompoknya karena semua bahan telah Elnia beli dan tinggal dibawa ke sekolah besok.

Karena satu masalah sudah selesai, Elnia pun memikirkan masalah lainnya yang masih belum dapat ia pecahkan. Ia sudah penasaran dari awal sejak sang guru memberi tugas ini. Untuk apa gurunya itu menyuruh mereka sekelas membuat kelompok dengan jumlah masing-masing dua orang serta meminta mereka untuk membawa bahan-bahan yang cukup banyak? Sebenarnya apa yang ingin dibuat sehingga butuh bahan sebanyak ini?

Hmmmmm... Kalau dilihat-lihat bahan-bahan yang diminta oleh gurunya memang terbilang banyak. Bahan yang dibutuhkan pun macam-macam sehingga orang yang diminta membawanya pasti bertanya-tanya tentang apa yang akan dibuat. Oleh karena itu, anak-anak yang ada di kelas Elnia menanyakan kepada gurunya tentang apa yang akan dibuat. Tapi, apa boleh buat anak-anak hanya bisa bersabar menunggu jawabannya hingga minggu depan karena beliau tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Jadi, mau tak mau Elnia juga harus menunggu tentang apa yang akan ia lakukan besok. Jujur ia tak sabar menunggu kejutan yang akan disiapkan oleh gurunya itu.

Aku Harap Kau TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang