BAB 5

14 1 0
                                        

Alvi sibuk menggerakan jari-jemarinya di atas layar smartphone miliknya. Di pagi hari yang cerah ini, ia sedang memainkan game yang baru ia unduh kemarin. Awalnya ia mengira bahwa game yang ia download ini sangat membosankan, tetapi ternyata seru juga untuk dimainkan.

“Alvi ayo turun ke bawah, makan!” seru ibunya dari lantai bawah.

Perhatian Alvi yang sedari tadi terfokus pada layar, tiba-tiba teralihkan karena panggilan orang tuanya yang menyuruhnya untuk makan. ‘Yah, padahal lagi seru-serunya,’ begitulah yang dipikirkan Alvi. Sebagai anak yang baik, mau tak mau Alvi harus memenuhi panggilan dari orang tuanya.

Alvi pun segera meletakan HP di atas meja yang ada di dekatnya. Kemudian, ia berdiri dari tempatnya dan segera turun ke bawah menuju meja makan. Di sana sudah ada ibu beserta ayah dan adiknya yang menunggu nya di meja makan.

Harum dari makanan yang baru saja matang tercium oleh Alvi. Dari baunya saja Alvi sudah tahu makanan apa yang tersedia di meja. Di atas meja makan itu ada nasi putih, sebuah panci besar yang berisi sayur sop dengan bakso, tahu tempe goreng, ayam goreng, dan tak lupa makanan kesukaannya telor ceplok. Selain itu, tersedia juga kecap, saos sambal botol, dan sambal terasi.

“Ayo makan, Al.” Kata ibunya sambil mengambil sebuah piring untuk Alvi. Tak lupa ibunya mengambil sendok dan garpu dan menyerahkan nya kepada Alvi.

“Iya, Ma.” Sahut Alvi pelan.

Ia pun mengambil piring beserta sendok garpu dari tangan ibunya kemudian mengambil makanan. Menu yang dia ambil untuk sarapan kali ini adalah  nasi dengan telor ceplok, sayur sop, dan sambal terasi. Alvi pun membawa piring itu kemudian mengambil tempat kosong yang ada di meja makan itu.

Kursi yang ada di meja makan itu akhirnya terisi penuh. Setelah doa makan bersama, mereka sekeluarga makan. Terkadang di meja makan itu terdapat beberapa percakapan tentang berbagai topik, dari mulai hari pertama Alvi dan adiknya bersekolah lagi hingga bercandaan yang tidak ada kaitannya dengan topik yang sedang dibicarakan.

Selesainya mereka sarapan, Alvi kembali ke kamarnya untuk melanjutkan game yang tadi sempat tertunda karena Alvi dipanggil. Karena ini adalah hari Sabtu, otomatis Alvi dapat dengan bebas melakukan apapun yang ia mau tanpa harus mengkhawatirkan pelajaran. Selain itu, ini masih minggu pertama masuk sekolah. Guru-guru memang sudah ada yang masuk ke kelas untuk mengajar, tapi relatif materi yang diajarkan masih mudah.

Ngomong-ngomong tentang sekolah, entah kenapa Alvi jadi teringat dengan Nia terutama ketika Nia meminjamkan topi padanya saat hari pertama masuk.

‘Darimana  Nia tahu kalau gue lagi butuh topi?’ itulah yang dipikirkan nya. ‘Mungkin saja dia kebetulan ngeliat gue lagi nyari-nyari topi di kelas kali.’

Mengingat keadaan saat itu di mana Alvi sudah pasrah, diam-diam ia bersyukur karena ada pinjaman topi dari Nia. Karena jika tidak, bisa saja ia menanggung malu karena dihukum di depan banyak orang di hari pertama nya masuk ke sekolah.

Tapi, yang paling dipikirkan olehnya saat ini adalah kenapa Elnia justru memberinya topi pinjaman itu kepada Alvi saat ia ingin mengembalikannya? Apapun alasannya, Alvi tidak terlalu peduli. Setidaknya saat ini ia sudah mempunyai topi karena topi miliknya masih saja belum ditemukan di rumah, entah ada di mana topinya saat ini.

Banyak yang ingin dilakukan olehnya saat ini. Ia akan melanjutkan game yang tadi dimainkan. Setelah itu, ia akan bermain online  game yang ada di komputernya. Kebetulan rank-nya saat ini menurun, Alvi ingin memainkan game itu hingga rank yang ada naik. Sehabis tujuannya berhasil, ia berencana untuk beristirahat sebentar kemudian ia akan melanjutkan permainan nya itu hingga ia puas.

Memang, tidak pernah terbesit di pikirannya untuk mengulang materi yang ada. Alvi bisa dikatakan adalah pro gamers karena kecintaannya terhadap game. Hampir semua game, baik online atau offline pernah ia mainkan. Dari mulai permainan sederhana seperti masak-masakan, hingga permainan yang membutuhkan konsentrasi dan strategi yang cerdas. Selain itu, ia dikatakan demikian karena semua game yang ia mainkan dapat dikuasai dengan baik.

Aku Harap Kau TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang