Jam sudah menunjukkan jam enam kurang lima dan Alvi masih tertidur pulas di ranjangnya. Padahal biasanya ia sudah bangun dari jam setengah enam. Bagaimana bisa ia bersiap-siap ke sekolah jika dirinya saja masih berada di tempat tidur? Bisa-bisa ia datang terlambat ke sekolah dan mendapat poin serta hukuman.
Di sekolah Alvi ini diterapkan sistem poin bagi yang melanggar tata tertib sekolah serta sanksi tambahan jika melanggar tata tertib tersebut. Sebagai contoh adalah datang terlambat. Anak yang datangnya terlambat selama beberapa menit dari jam masuk sekolah akan langsung diberi poin pelanggaran sebesar 10 poin.
Selain itu, anak yang datang terlambat tidak langsung diperbolehkan untuk masuk ke kelasnya masing-masing, melainkan mereka disuruh untuk menulis sebuah kalimat yang ditulis berulang kali sebanyak lima lembar kertas bolak-balik. Jika sanksi itu sudah selesai mereka lakukan barulah mereka boleh masuk ke dalam kelas.
Alvi masih belum memiliki poin pelanggaran. Sebenarnya waktu hari pertama sekolah ia bisa saja mendapat poin itu, tapi untunglah ia selamat berkat topi dari Elnia. Namun, kali ini bagaimana bisa poin pelanggaran tetap kosong jika bangun pagi saja tidak bisa?
“Alvi, ayo turun buat sarapan!” panggil Ibu Alvi dari bawah.
Biasanya beliau akan mendapat jawaban Alvi dari atas disusul dengan kehadirannya di meja makan. Akan tetapi, kali ini tidak ada satupun jawaban dari Alvi. Ia pun mengira bahwa anaknya mungkin tidak mendengar suaranya dan menganggap bahwa Alvi masih bersiap-siap sehingga ia membiarkannya.
Kini jam sudah menunjukkan jam enam lewat lima menit, sepuluh menit sejak ibunya terakhir memanggil. Biasanya jam enam kurang sepuluh Alvi yang telah mandi dan memakai seragam lengkap sudah turun ke bawah untuk sarapan. Tapi, kali ini sang ibu tak mendapati anaknya di meja makan untuk sarapan. Sekarang dengan nada khawatir, beliau memanggil Alvi agar segera turun ke bawah dan tetap tidak mendapat balasan.
Sang ibu akhirnya memutuskan untuk naik menuju kamar Alvi karena menyadari ada sesuatu yang salah dengan anaknya. Firasatnya mengatakan bahwa Alvi masih tertidur lelap di atas kasur dan di bawah selimut sambil memeluk guling. Entah karena apa ia sampai bangun setelat ini. Ibu Alvi mengira ini disebabkan kebiasaan Alvi yang sering begadang hanya untuk memainkan game.
Firasat seorang ibu tak pernah salah. Ternyata benar jika Alvi ditemukan masih tertidur. Ia tertidur sangat pulas hingga ibunya sampai kerepotan untuk membangunkannya. Andai saja Ayah Alvi tidak tugas ke luar kota hari Minggu kemarin pasti masalah Alvi yang belum bangun tidak akan terjadi.
Merasakan goncangan serta sentuhan pada tubuhnya membuat Alvi terbangun. Ketika ia bangun, hal pertama yang ia lihat adalah muka khawatir ibunya. Melihat mukanya ibunya, Alvi langsung membuka matanya lebar. Ia terbelalak ketika ia menyadari jam yang berada tepat di samping tempat tidurnya. Ternyata sudah jam enam lewat sepuluh. Biasanya jam segini ia sudah berangkat ke sekolah, tapi kini ia justru masih berada di tempat tidurnya.
Dengan panik, Alvi langsung bangkit berdiri dari tempat tidurnya dan mengambil handuk bergegas ke kamar mandi dan mengabaikan ibunya yang masih berada di dekat tempat tidur. Baru sebentar ia masuk ke kamar mandi tiba-tiba ia sudah keluar lagi dengan kondisi telah selesai mandi. Bahkan jika dihitung dengan timer, waktu Alvi mandi hanya tiga menit. Waktu tersebut terhitung sangat singkat apabila dibandingkan dengan waktu mandi pagi biasanya. Wangi sabun tercium ketika ia keluar dari ruangan itu.
Seusai mengeringkan seluruh badan serta rambut yang masih basah, ia bergegas ke lemari pakaian untuk mengambil seragam hari ini. Karena ini adalah hari Senin, maka seragamnya adalah putih-putih.
Seragam yang tadinya terlipat rapih di lemari kini telah dipakai oleh Alvi. Tampaknya dari mandi hingga mengenakan seragam dilakukan Alvi dengan cepat, secepat kilat. Dan benar saja. Ia melakukan itu semua hanya dalam waktu lima menit!
Syukurnya, ia tak perlu khawatir tentang tas dan barang-barang lain karena ia telah menyiapkan segala yang dibutuhkan semenjak kemarin malam. Mungkin ini juga yang menjadi alasan utama ia tidur telat sehingga bangun pun juga telat.
Segera setelah segala sesuatu yang dilakukannya selesai, Alvi bergegas menuju ke bawah. Ketika akan berangkat, jam sudah menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit yang artinya adalah jam setengah tujuh kurang sepuluh menit. Biasanya perjalanan ditempuh dari rumah ke sekolah memakan waktu sepuluh menit. Oleh karena itu, Alvi merasa bahwa ia masih sempat mengejar waktu agar tiba tepat waktu di sekolah.
Alvi memilih untuk melewatkan sarapan yang biasanya ia lakukan. Beruntung ibunya cepat tanggap. Karena ia tahu bahwa anaknya sudah tidak sempat lagi untuk sarapan, sang ibu segera mengambil kotak bekal dan memasukkan nasi beserta lauk pauknya sebagai bekal untuk Alvi. Sehingga setidaknya Alvi tidak berangkat dengan tangan kosong, melainkan dengan bekal yang telah disiapkan ibunya.
“Aku berangkat dulu, Ma!” pamit Alvi kepada ibunya kemudian menghilang di balik pagar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Harap Kau Tahu
RomansaElnia terkejut ketika melihat orang yang ada di hadapannya kini. 'Untuk apa orang itu datang kemari? Dalam rangka apa ia kembali kemari? Apakah ia bermaksud untuk meminta maaf... atau..?' pikiran Elnia melayang-layang entah ke mana. Orang yang telah...