【part 8】

4.8K 719 208
                                    

ENJOY AND DON'T FORGET TO VOMENT

Ryujin baru saja pulang dari kafe tempatnya bekerja. Begitu memasuki apartemennya, gadis itu merotasikan kedua maniknya saat melihat Hyunjin sudah ada disana.

"Lu lagi lu lagi." Ryujin meletakkan tas slempangnya di meja dan mengikat rambutnya ponytail.

"Jin! Gue bilang ke Jisung kalo kita jadian..." Hyunjin menatap Ryujin dengan raut serius.

"WHAT?!" Ryujin membulatkan kedua maniknya dan balas menatap Hyunjin, berusaha meyakinkan diri bahwa pemuda di hadapannya ini serius.

Dan Hyunjin mengangguk yakin, tanda bahwa ia tidak main-main dengan ucapannya.

"DEMI TUHAN HWANG HYUNJIN... GUE PERNAH BIKIN DOSA APA SIH PUNYA SEPUPU SEBEGO LU?!" Ryujin merasa kepalanya pening bukan main.

"Ya gimana, gue... Gue gak mau Jisung makin berharap atau kesannya gue gantungin dia." Hyunjin menggaruk kepalanya yang tak kalah pening.

"Ya tapi gak gini caranya?! Sekarang lu malah nyeret gue masuk ke dalam masalah lu." Ryujin melempari Hyunjin dengan bantal sofanya.

"Maaf Jin, maaf... Gue ngaku gue salah, tapi sekarang gue udah janji sama diri gue sendiri bahwa gue bakal jadi temen yang wajar, biar dia bisa lupain perasaannya ke gue." Ujar Hyunjin.

Maka makin tidak habis pikirlah Ryujin dengan pola pikir Hyunjin.

"Satu kata Jin, lu TOLOL." Ryujin membuka kulkasnya dan mengambil sebotol air mineral dingin, kemudian meneguknya. "Percuma lu berharap Jisung bakal lupain lu sementara lu sendiri udah jatuh ke dia." Ryujin mendudukkan diri di sofa.

"Lu gak cuma nyakitin Jisung, tapi lu bohongin diri lu sendiri dan juga nyakitin diri lu sendiri. Lu mau bertahan sampe kapan kaya gini?" Ryujin menatap tajam kedua manik Hyunjin.

Hyunjin menarik nafas panjang. Dari awal, ini semua memang salahnya. Ia terlalu nyaman dengan Jisung, ia merasa segalanya kurang jika ia tidak bertemu Jisung barang satu hari saja. Dan ia juga membiarkan perasaannya tumbuh dan berkembang makin besar pada Jisung.

"Gue takut Jin, gue gak siap sama hal kaya gini..." Hyunjin kini menatap Ryujin dengan raut sendu.

Pasalnya, masalah antara Hyunjin dan Jisung menjadi makin rumit akibat Hyunjin yang terlalu takut pada perasaannya sendiri. Hyunjin terlalu takut pada stigma masyakarat, ia tidak ingin membawa Jisung ke dalam sebuah masalah baru yang akan menyulitkan keduanya.

Intinya, Hyunjin hanya ragu pada perasaannya sendiri.

"Trus gimana? Lu bakal terus biarin Jisung nganggep bahwa lu sama gue pacaran? Menurut gue lu bukannya nyelesaiin masalah tapi nambah masalah, Jin. Percuma lu bilang lu sayang Jisung dan gak pengen nyakitin dia, faktanya lu cuma bikin luka dia makin dalem." Ryujin kembali meneguk air mineralnya. "Dan gue gak bakal heran misalnya Jisung bakal benci sama lu."

"Kayanya itu lebih baik." Hyunjin mengangguk.

"WHAT?!" Ryujin kali ini rasanya ingin mengambil palu dan memukul keras-keras kepala sepupunya ini. "Bukan gitu maksud gue Hwang Hyunjin! Argghh!" Ryujin menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.

Baru saja Ryujin hendak berbicara lagi, ponselnya berbunyi. Rupanya ada panggilan masuk. Hyunjin pun sibuk dengan ponselnya sambil menunggu Ryijin menyelesaikan panggilannya.

"Jin, skarang gue harus pergi. Gue udah janji mau dinner sama Chaeryeong." Ryujin bangkit dari duduknya.

"Wait, lu mau ninggalin gue gitu aja?" Hyunjin menahan lengan Ryujin.

"Iyalah! Pacar gue lebih penting daripada masalah lu yang gak jelas ini!" Ryujin membentak Hyunjin.

Hyunjin membulatkan kedua maniknya. "Wait... Lu beneran jadian sama Chaeryeong?"

"Hmm. What's wrong? Gue gak cupu kaya lu." Ryujin melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gimana bisa?! Gimana bisa lu seberani itu, gimana kalo temen-temen lu tau lu lesbi, gimana kalo-"

"Jin, dengerin gue." Ryujin memotong ucapan Hyunjin dan kembali duduk. Maniknya menatap tajam kedua manik Hyunjin.

"Hwang Hyunjin, kalo pandangan lu soal cinta adalah hubungan antara seorang pria dan wanita, lu ketinggalan zaman." Ujar Ryujin.

"Konsep cinta udah berubah. Manusia-manusia kolot kaya lu harusnya musnah aja. Menurut gue, cinta adalah perasaan bahagia yang lu rasain ketika lu bersama orang yang bikin lu nyaman. Gak peduli orang itu cowok atau cewek, pokoknya orang itu mampu bikin lu ngerasa nyaman dan bahagia di saat yang sama. Itu prinsip gue." Ryujin melanjutkan. Dan kali ini gadis itu pun berjalan ke arah kamarnya untuk mandi dan bersiap.

"Dan satu lagi, gue gak lesbi." Ryujin menuding wajah Hyunjin dengan telunjuknya. "Gue bukannya suka sama semua cewek, gue cuma suka Chaeryeong."

"Bukannya sama aja?" Hyunjin mengeryit.

"No." Ryujin menggeleng. "Kalo cewek itu bukan Chaeryeong, berarti gue gak suka. Sama halnya kaya lu. Gue yakin lu bukan gay. Lu gak suka sama setiap cowok kan? Lu cuma suka Jisung."

Kali ini Ryujin pun benar-benar masuk ke kamarnya meninggalkan Hyunjin.

Hyunjin memejamkan kedua maniknya, seluruh ucapan Ryujin betul-betul menusuknya telak.

"Oke... Kali ini gue gak bakal ngehindar." Hyunjin menarik nafas panjang, kemudian bangkit dari sofa dan membawa tasnya keluar dari apartemen itu.

TBC

Akhirnya ku bisa melayarkan kapal ryuryeong di book sendiri, ada yang sekapal gak sih? WKWK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya ku bisa melayarkan kapal ryuryeong di book sendiri, ada yang sekapal gak sih? WKWK.

FRIEND WITH BENEFIT || hyunsung (coмpleтe ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang