chapter 2

82 27 11
                                    

Hari ini rencanaku untuk pergi ke rumah sakit rupanya harus tertunda karena hari ini juga aku harus memasuki sekolah baruku. Bukan, aku bukan anak SMP yang ingin masuk ke SMA. Hanya saja aku siswa pindahan dari SMA 1 Garuda dan sekarang ingin memasuki SMA 1 Tunas bangsa, SMA yang terkenal dengan murid-muridnya yang keren, katanya.

Ah iya aku lupa bercerita, sebenarnya aku dan orangtuaku baru saja pindah rumah dari rumahku yang di Bandung sekarang pindah ke Jakarta. Jujur aku lebih nyaman tinggal di Bandung, suasananya yang dingin dan begitu tenang, aku suka ketenangan. Tidak seperti Jakarta yang terkenal dengan panas dan macet, ah tapi aku bisa apa ini juga kemauan orang tuaku.

Aku yang sedang melamun di depan rumah sembari memakai sepasang sepatu sekolahku, mengikatnya dengan tali bewarna hitam tiba-tiba saja lamunanku terganggu oleh suara Pak Parto yang nyaring sekali masuk ditelingaku.

"Nona Sabil ayo berangkat ini sudah siang," teriaknya di depan garasi mobil.

"Iya pak, sebentar," kataku.

Hari pertama aku di sekolah, seharusnya aku hari ini diantar oleh kedua orang tuaku, tetapi pekerjaan mereka lebih penting daripada aku.

****

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke SMA 1 Tunas bangsa, karena rupanya rumahku tidak terlalu jauh dari sekolahan itu.

Gedung dengan cat berwarna gold dan silver, perpaduan warna yang senada membuat sekolahan ini terlihat begitu mewah.

Aku melangkahkan kaki menuju gerbang masuk sekolah, di situ sudah ada kepala sekolah yang menyambutku dengan sekilas senyuman.

"Kamu Sabil Sabila kan? Yang juara 1 olimpiade fisika tingkat nasional kemarin? Kamu datang dengan siapa? Orang tuamu tidak datang kesini?" sapa ibu kepala sekolah itu dengan senyuman hangat.

Aku tersenyum,"iya Bu nama saya Sabil Sabila, saya diantar supir papa saya, kalo orang tua saya lagi pada sibuk ngurusin pekerjaan Bu."

"Oh begitu, ya sudah ayo ibu antar ke kelas baru kamu," ajaknya kemudian merangkul pundaku dan mengantarkanku menuju kelas baru itu.

Sepanjang koridor sekolah sepertinya aku menjadi tontonan saat ini, orang-orang melihatku dengan tatapan aneh, ada yang menatapku tidak suka ada juga yang menatapku dengan tersenyum.

Aku diantar ke kelas intensif, termasuk kelas unggulan di sini, maklum saja aku bisa masuk di sini dengan prestasi yang bisa dibilang lumayan membanggakan.

"Ini kelas kamu silahkan masuk, ibu ke kantor dulu ya, masih ada urusan," ucap Bu kepala sekolah sembari menepuk pelan pundaku, maaf aku belum tau nama dia siapa jadi aku panggil saja Bu kepala sekolah.

Sebelum aku menginjakkan kaki menuju kelas, langkah kakiku terhenti ketika ada seseorang yang mendorongku dari belakang, entah itu sengaja atau tidak aku tidak tau.

Aku membalikan tubuhku kebelakang ingin melihat siapa yang menabraku barusan.

Jantungku seketika berhenti berdetak ketika melihat wajah tampan orang yang sedang berada di depanku ini, bisa dikatakan aku memang lebay, tapi sumpah demi apapun aku baru melihat makhluk indah ciptaan tuhan ini dengan begitu nyata.

"Kenapa Lo ngeliatin gue gitu? Jadi Lo anak barunya?" tanyanya dengan alis yang sengaja diangkat sebelah, dan tangan yang dilipat ke dada.

Aku masih terdiam, berusaha menetralkan detak jantungku yang berdetak tak karuan, ini sebenarnya kenapa?

"Ee ... Iya" jawabku dengan wajah menunduk, sialan kenapa aku jadi gugup seperti ini.

"Lain kali kalo jalan tu pake mata! Masih anak baru udah sok-sokan!" bentaknya sembari menunjuk jidatku begitu saja.

What the f**k benarkah dia barusan berbicara seperti itu? Apa katanya? Apakah ini tidak terbalik? Bukankah dia yang menabraku?

"Maaf sebelumnya, bukannya kamu yang menabraku? Apakah kamu tidak ada niatan untuk mengucap kata maaf?" tanyaku dengan tangan yang gemetar karena gugup.

Dia menatapku.

Tatapannya begitu dalam.

Baik, sepertinya aku bisa terkena penyakit jantung.

Lalu dengan santainya dia berjalan pergi meninggalkanku begitu saja, apakah dia manusia atau sebenarnya alien di bumi? Ah tidak mungkin ada alien setampan itu.

Aku melihat sekelilingku, begitu banyak orang yang menatapku, aku juga tidak tau mereka kenapa.

Bagus, sekarang aku sudah menjadi tontonan di sepanjang koridor.

Me and my broken heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang