chapter 5

55 22 3
                                    

***

Tidak terasa aku sudah tidur terlalu lama, sepertinya aku benar-benar lelah. Aku berdiri membuka jendela kamarku, melihat awan yang semula terang kini berubah menjadi gelap, sudah malam ternyata.

Aku duduk di luar jendela kamarku. Merasakan hembusan angin yang menemani sepiku malam ini, dengan bulan dan bintang-bintang yang bertebaran menghiasi langit, semakin menambah kesan indah ciptaan Tuhan.

Mataku tertuju pada satu bintang yang cahayanya paling terang di langit, aku menatapnya begitu dalam, "bintang, tolong sampaikan kepada Tuhan bahwa aku membutuhkan kasih sayang. Tolong kirim orang yang bisa membuatku lebih tegar lagi nantinya," kataku kepada bintang.

Semoga saja kali ini doaku terkabul.

Ini sudah larut malam sebaiknya aku tidur, lagipula besok aku akan sekolah. Aku menutup jendela kamarku lalu berniat untuk pergi ke kamar papa, aku ingin mengeceknya apakah dia sudah tidur atau belum.

Aku berjalan menuruni anak tangga satu- persatu. kamar papa memang berada di bawah, aku mencoba membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati, aku takut jika papa akan terbangun.

Melihat sosok papa yang sudah tertidur dengan lelap sepertinya dia lelah.

Aku berjalan menghampirinya, menutup hordennya, lalu menarik selimutnya agar dia tidak kedinginan sembari membisikkan pelan ditelinganya,"good night Pa, Sabil sayang Papa."

***

Hari ini hari keduaku berada di sekolahan ini, aku sudah sampai di sekolah ini sangat pagi, sepertinya belum terlalu banyak orang yang berangkat, maklum saja ini masih jam enam pagi.

Aku berjalan menuju halaman sekolah dengan membawa buku-buku novel yang sengaja aku bawa untukku baca saat istirahat nanti, aku suka membaca novel.

Tiba-tiba saja mataku tertuju pada montor ninja bewarna merah yang sedang parkir di samping halaman sekolah, montor itu sangat familiar dimataku. Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi kapan? Ah iya aku lupa itu montor Garka yang pernah mengantarku pulang kemarin.

"Apa garka sudah berangkat?" ucapku pelan.

Aku berjalan menelusuri koridor sekolah, sepi sekali belum ada yang berangkat.

"Elo?" Suara dari arah belakang yang suaranya sepertinya pernah aku dengar. Aku berbalik memutar badanku untuk melihat siapa orang itu.

Garka.

Dia di depanku dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya, dan tatapan yang dingin, aku sempat terkejut tapi aku berusaha untuk bersikap biasa saja.

"E–e kenapa kamu disini?" tanyaku sembari meremas-remas androku, tanganku dingin demi apapun aku gugup.

"Ya orang ini sekolahan, emangnya ini sekolahan bapak lo?" ujarnya dengan begitu santai.

Aku menarik nafas panjang, membuangnya dengan perlahan. Sepertinya aku harus lebih sabar jika menghadapi Garka si most wanted SMA tunas bangsa katanya.

Aku tidak menghiraukan kalimatnya yang hanya akan menambah perdebatan panjang jika aku meresponnya.

"Jadi kamu kenapa kesini? Apa ada perlu sama aku?" tanyaku dengan kedua tangan yang sengaja aku lipat ke dada.

Me and my broken heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang