chapter 10

39 9 2
                                    

Cklekkk....

Aku membuka pelan jendela kamarku, aku sudah diantar pulang oleh Garka sekitar 15 menit yang lalu. Sekarang aku sedang berusaha masuk ke dalam rumah melalui jendela kamar. Sungguh, aku sangat takut jika Papa melihatku pulang terlalu malam.

"Huftt akhirnya," aku membuang nafas lega ketika pintu jendela sudah berhasil dibuka.

"INI JAM BERAPA!"

Aku menoleh ke belakang ketika suara bentakan itu terdengar.

Papa berdiri di depan pintu kamarku dengan tangan yang dilipat didada dan tatapan yang begitu tajam.

"Ini masih sekitar jam 12 kok Pa," ucapku lirih.

Papa menarik pergelangan tanganku, sepertinya aku akan dibawa ke kamar mandi.

"Malam ini kamu tidur dikamar mandi!" Papa melepaskan cengkraman tanganku, tubuhku didorong dengan keras sampai aku jatuh tersungkur ke dalam lantai kamar mandi itu.

"Tapi-"

"Apa? Ini konsekuensinya! Mau bantah kamu?" Bentaknya.

Aku hanya menunduk pasrah, jujur kepalaku masih sedikit sakit.

Pintu kamar mandi didorong dengan begitu keras kemudian Papa mengunci nya dari luar.

Malam ini terpaksa aku harus tidur didalam kamar mandi.

Memeluk diriku sendiri dengan kedua tanganku, benar-benar sangat dingin.

****

Aku terbangun dari tidurku, merasakan kepalaku yang mulai terasa sangat sakit dan tubuhku yang sudah kedinginan dari semalam.

Melihat jam dari handphoneku ternyata ini sudah pagi, mataku mengerinyit ketika ada notif dari Garka. Rupanya itu chat semalam belum aku balas, semalam aku langsung tidur begitu saja di kamar mandi.

Cklekk....

Pintu kamar mandi terbuka, rupanya itu Bibi.

"Non udah bangun? Ayo udah Bibi siapin peralatan sekolahnya." Bibi menarik tanganku pelan.

Aku hanya mengangguk menurut.

Aku berganti pakaian seragam sekolah. mengikat tali sepatuku, memasukan beberapa buku pelajaran kedalam tas, dan merapikan bagian rambutku yang berantakan. Mengucirnya ke belakang, menaburkan sedikit bedak ke wajahku, dan aku sudah siap. Aku memang hanya memakai bedak tidak memakai lipstik atau alat make-up seperti cewek-cewek pada umumnya. Toh ini hanya sekolah kan? Bukan pergi ke pesta.

Setelah aku sudah siap aku mulai berjalan keluar kamar, menemui Papa yang ku lihat sudah duduk di meja makan sambil menikmati sarapan paginya.

"Selamat pagi Pa," sapa ku lembut ketika aku sudah sampai di meja makan.

Papa tidak membalas ucapanku. Melihatku saja tidak, ia sibuk menikmati sarapannya sambil bermain ponsel.

"Non gak makan dulu?" Tanya Bibi.

Aku menggeleng pelan.

Jujur hari ini aku benar-benar tidak enak badan. Nyeri dikepalaku belum juga hilang, aku berniat untuk izin sekolah hari ini.

"Pa," panggilanku pelan.

"Hm." jawabnya singkat masih saja
sibuk memainkan ponselnya.

Me and my broken heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang